Puluhan UMKM Sidoarjo Disiapkan Tembus Pasar Halal Timur Tengah
Pelaku UMKM Sidoarjo didorong naik kelas agar mampu menembus pasar halal, terutama negara-negara di Timur Tengah. Mereka dilatih tata cara berdagang di pasar global, dicarikan jejaring pasar, dan dipromosikan produknya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Sidoarjo, Jawa Timur, didorong naik kelas agar mampu menembus pasar halal, terutama negara-negara di Timur Tengah. Selain menyediakan pelatihan perdagangan barang ke luar negeri, pemda juga merintis jejaring pasar melalui warga negara Indonesia berada di negara-negara tujuan ekspor.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sidoarjo, ada 50 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayahnya yang saat ini siap naik kelas. Mereka siap mengirimkan produknya ke luar negeri. Namun, dari jumlah tersebut, baru 20 pelaku usaha yang mengantongi izin ekspor.
”Sisanya, sebanyak 30 pelaku UMKM, masih proses menyelesaikan pengurusan izin perdagangan ke luar negeri. Pemkab Sidoarjo terus mendampingi mereka untuk mempercepat pengurusan perizinan,” ujar Kepala Disperindag Sidoarjo Tjarda, Selasa (6/4/2021).
Sebanyak 50 pelaku UMKM tersebut menghasilkan produk yang beragam, mulai dari makanan camilan, makanan olahan khas Sidoarjo, hingga barang kerajinan tangan. Ada sambal udang, aneka olahan ikan bandeng, dan produk kerajinan tas kulit dari Tanggulangin.
Para pelaku UMKM ini telah menguasai pasar dalam negeri. Beberapa di antaranya bahkan memiliki jejaring pasar lokal yang sangat luas. Namun, hal itu belum cukup. Pelaku UMKM harus terus mengembangkan diri dengan memperluas segmen pasar.
Terbukanya perdagangan global juga menuntut pelaku usaha ini memiliki kapabilitas bermain di pasar internasional. Atas dasar itulah, Disperindag Sidoarjo memberikan pelatihan tentang seluk-beluk perdagangan barang di luar negeri. Harapannya, materi pelatihan tersebut bisa diaplikasikan agar para pelaku mampu memenetrasi pasar global.
Pasar global
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menambahkan, pihaknya optimistis pandemi Covid-19 akan segera teratasi. Upaya terus dilakukan dengan mempercepat capaian vaksinasi Covid-19 demi membangun kekebalan komunitas yang mampu menekan laju sebaran penyakit.
Pemkab Sidoarjo terus mendampingi mereka untuk mempercepat pengurusan perizinan.
Seiring melandainya pandemi Covid-19, perekonomian global diyakini berangsur pulih. Saat itulah, para pelaku UMKM di Sidoarjo diharapkan sudah siap menyongsong pasar global dengan produk-produk yang berkualitas dan tersertifikasi. Salah satu potensi pasar yang berpeluang besar untuk disasar tidak lain industri halal.
Muhdlor telah mengidentifikasi potensi jejaring untuk membantu mempromosikan produk-produk halal dari Sidoarjo. Salah satunya melalui Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama yang tersebar di berbagai negara. Strategi lain melalui jejaring pekerja migran Indonesia di luar negeri.
Sidoarjo menargetkan menjadi pemasok produk halal di pasar global. Saat ini, salah satu pemain besar produk halal adalah Malaysia. Kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Jatim ini tengah menyiapkan pembangunan kawasan industri halal (KIH) terintegrasi yang berorientasi ekspor.
KIH merupakan suatu area yang dikhususkan untuk produksi dan penyimpanan produk halal. Seluruh proses produksi harus memenuhi standar halal dengan pengawasan yang ketat. Integrasi tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga pada proses sertifikasi hingga pemasarannya.
Proyek KIH ini disiapkan di kawasan industri Safe N Lock dengan luas lahan 410 hektar yang berlokasi di Sidoarjo. Menurut rencana, KIH akan memberdayakan pelaku UMKM yang memiliki potensi bagus agar mereka cepat berkembang. Adapun sektor usaha yang dikembangkan antara lain adalah pariwisata, makanan, minuman, kosmetik, fashion, dan produk kesehatan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bahkan sudah mulai mempromosikan potensi produk halal dari wilayahnya, terutama Sidoarjo. Salah satunya saat menerima kunjungan Duta Besar Perancis untuk Indonesia YM Oliver Chambard, Rabu (24/3). Mantan mensos tersebut menawarkan kerja sama di bidang kebudayaan, pariwisata, serta fashion atau mode halal.
Global Islamic Economy Rating Indicator 2020/2021 menunjukkan industri fashion dan mode halal Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia. Jatim sendiri berpotensi besar dalam memproduksi produk fashion atau mode halal karena memiliki banyak pelaku industri kecil menengah yang berkecimpung di dunia tersebut.
Di sisi lain, Perancis terutama Kota Paris merupakan pusat mode dunia. Kota tersebut menjadi kiblat perkembangan atau tren pasar bagi dunia fashion dan mode dari hampir sebagian besar negara-negara di dunia. Dengan menjalin kerja sama, harapannya produk fashion dan mode Jatim kian dikenal di pasar global.