Pertumbuhan Ekonomi dan Kinerja Emiten Jadi Katalis Pasar Modal
Data pertumbuhan ekonomi dan laporan keuangan emiten dinanti investor dan pelaku pasar modal untuk menyusun strategi investasi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pergerakan indeks terpantau pada layar elektronik di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (5/2/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 44,51 poin atau 0,73 persen ke level 6.151,73 pada penutupan perdagangan kemarin.
JAKARTA, KOMPAS — Performa pasar modal dalam negeri pada triwulan II-2021 akan sangat dipengaruhi laporan keuangan emiten serta catatan pertumbuhan ekonomi di sepanjang triwulan I-2021. Katalis positif ini diharapkan mampu mengangkat indeks saham setelah sempat terjerumus akibat faktor eksternal dan internal.
Mengawali perdagangan perdana di triwulan kedua tahun ini, Kamis (1/4/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,43 persen ke level 6.011,45. Namun, apabila dibandingkan dengan posisi di akhir pekan lalu, IHSG masih terkoreksi 2,9 persen.
Dihubungi pada Minggu (4/4/2021), analis Indo Premier Sekuritas, Mino, mengatakan, pelaku pasar menanti laporan keuangan emiten serta data pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 untuk menentukan strategi investasi. Apabila kedua data tersebut positif, IHSG akan melejit di triwulan II-2021.
”Jika proses vaksinasi yang hingga saat ini terpantau lancar bisa berlanjut, kemudian dipadukan dengan data ekonomi dan laporan keuangan emiten yang positif, seharusnya pasar bisa rebound pada triwulan II-2021,” ujarnya.
Bila proses vaksinasi yang hingga saat ini terpantau lancar bisa berlanjut, kemudian dipadukan dengan data ekonomi dan laporan keuangan emiten yang positif, seharusnya pasar bisa rebound pada triwulan II-2021.Analis Indo Premier Sekuritas Mino
Pada awal tahun ini, pasar modal mendapatkan katalis positif berupa optimisme pemulihan ekonomi. Adapun sejak Maret 2021, IHSG kembali tertekan. Tekanan terberat yang membebani pergerakan IHSG, antara lain, dari tren kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US treasury).
IHSG juga mendapat tekanan setelah salah satu pemodal besar, BPJS Ketenagakerjaan, akan mengurangi investasinya pada instrumen saham dan reksa dana. Menurut Mino, kabar tersebut membuat pelaku pasar panik dan melakukan aksi jual besar-besaran.
IHSG sempat terkoreksi parah pada hari-hari terakhir Maret dan bertahan di level 5.985 pada 31 Maret 2021.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menambahkan, aksi BPJS Ketenagakerjaan mengurangi porsi saham dan reksa dana bisa mengganggu kenaikan IHSG pekan ini. Meski demikian, kinerja IHSG pada awal pekan masih berpeluang menguat seiring proyeksi pemulihan ekonomi Indonesia dari sejumlah lembaga internasional.
Lembaga internasional mulai dari Bank Dunia, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Bank Pengembangan Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4-4,8 persen. Proyeksi ini sejalan dengan target pemerintah, yakni 4,5-5,5 persen.
”Pemulihan ekonomi terjadi di banyak negara meskipun ancaman pandemi Covid-19 masih terjadi. Pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021 cenderung berbentuk kurva V, menyusul membaiknya indikator perekonomian dan kemajuan penanganan pandemi Covid 19,” ujarnya.
KOMPAS/DIMAS WARADITYA NUGRAHA
Para pemain dan official Bali United bercengkerama di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (17/6/2019), saat penawaran umum saham perdana Bali United.
Sepak bola
Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, setelah PT Bali Bintang Sejahtera Tbk atau Bali United menjadi perusahaan tercatat di BEI, sejumlah klub sepak bola di Indonesia menunjukkan minat untuk dapat menawarkan saham perdana (IPO).
Bahkan, ada salah satu klub sepak bola yang sudah sangat serius menjajaki IPO hingga mendaftar untuk menjadi perusahaan tercatat ke BEI pada tahun lalu. Namun, kondisi ekonomi tahun lalu yang terpukul pandemi membuat klub bola tersebut memperpanjang persiapan untuk masuk ke pasar modal.
”Kami berharap, seiring dengan pemulihan ekonomi dan pasar modal yang semakin kondusif serta adanya kemungkinan dimulainya kembali kompetisi liga sepak bola di Indonesia, rencana klub-klub sepak bola tersebut untuk menjadi perusahaan tercatat di BEI akan segera dapat terealisasi,” kata Nyoman.
Sejumlah klub sepak bola di Indonesia menunjukkan minat untuk dapat menawarkan saham perdana (IPO).
Ia menambahkan, manajemen BEI akan senang hati mendukung melalui diskusi maupun pemberian informasi terkait IPO. Dalam antrean IPO BEI per 26 Maret 2021, terdapat 24 perusahaan yang menjadi calon emiten, tetapi belum ada klub bola di antara perusahaan-perusahaan tersebut.