Rancangan Istana Baru Negara, Antara yang Menolak dan Memuji...
Presiden Jokowi mengunggah video pradesain istana negara berikut lanskap ibu kota baru negara Jumat lalu di tiga akun media sosialnya.
Tanggapan pro dan kontra membanjiri tiga akun media sosial Presiden Joko Widodo yang baru saja mengunggah pradesain istana negara berikut rencana lanskap ibu kota baru negara. Pradesain karya seniman Nyoman Nuarta tersebut diintegrasikan ke dalam desain lanskap ibu kota negara yang sudah ada sebelumnya. Hal ini disajikan dalam bentuk video animasi tiga dimensi berdurasi 2 menit 7 detik.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengunggah video pradesain istana negara berikut lanskap ibu kota baru negara pada Jumat (2/4/2021) sekitar pukul 18.00 di tiga akun media sosialnya.
Sampai dengan Minggu (4/4/2021) pukul 8.30 WIB, 689.000 warganet telah melihatnya di Facebook. Sementara di Youtube dan Twitter masing-masing 239.000 orang dan 119.000 orang. Total sudah ada ratusan ribu komentar yang menanggapinya.
Presiden dalam narasinya di tiga akun media sosial tersebut menyatakan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun lalu mengundang beberapa arsitek dan seniman untuk memberikan masukan dan gagasan mengenai bangunan ikonik di ibu kota baru negara. Sejumlah usulan telah masuk. Salah satunya pradesain Istana Negara karya Nyoman Nuarta.
Baca juga : Jokowi, Bukit Ainslie, dan Imaji Ibu Kota Baru
Menurut Presiden Jokowi, pradesain karya Nyoman Nuarta tersebut syarat dengan filosofi lambang Burung Garuda sebagai pemersatu bangsa. Usulan ini masih pada tahap pradesain.
”Saya sangat mengharapkan masukan dari bapak, ibu, dan saudara-saudara semua tentang pradesain Istana Negara ini. Saya menginginkan Istana Negara tidak hanya dikenang sebagai tempat Presiden bekerja atau menjadi simbol kebanggaan bangsa, tapi juga mencerminkan kemajuan bangsa. Dengan masukan-masukan itu nantinya, saya akan mengundang kembali para arsitek dan para ahli lainnya untuk melakukan pengkayaan pradesain menjadi basis desain Istana Negara.”
”Karena itu, saya sangat mengharapkan masukan dari bapak, ibu, dan saudara-saudara semua tentang pradesain Istana Negara ini. Saya menginginkan Istana Negara tidak hanya dikenang sebagai tempat Presiden bekerja atau menjadi simbol kebanggaan bangsa, tapi juga mencerminkan kemajuan bangsa. Dengan masukan-masukan itu nantinya, saya akan mengundang kembali para arsitek dan para ahli lainnya untuk melakukan pengkayaan pradesain menjadi basis desain Istana Negara,” kata Presiden.
Tiga arus besar penyikapan
Terhadap pradesain itu, warganet memberikan tanggapan beragam. Jika disederhanakan, setidaknya terdapat tiga arus besar. Pertama adalah yang singkat memberikan dukungan. Kedua, mendukung dengan memberikan masukan. Ketiga, tidak mendukung sekaligus mengkritik rencana pembangunan ibu kota baru negara.
Di Facebook dan Youtube, sebagian besar warganet memberikan apresiasi terhadap pradesain tersebut sekaligus mendukung rencana pembangunan ibu kota baru negara. Akun Patar Mandala di Youtube, misalnya, memberikan tanggapan singkat yang intinya mendukung. ”Gua bayangin waktu tahun baru atau 17 Agustusan, kembang api meluncur dari atap Istana Garuda Indonesia. Keren dah. Lanjutkan Pak,” katanya.
Akun Fajar Edista Herliana, juga di Youtube, mengapresiasi pradesain itu dengan catatan. Ia menyatakan bahwa pradesain itu sangat cemerlang dan menyatu dengan lingkungan. ”Semoga yang diberi amanah memegang dengan baik dan saya harap tidak banyak kasus uang yang salah masuk kantong nantinya. Pengawas dan KPK juga bekerja keras untuk ini, hehehe,” ujar Fajar.
Namun, ada pula yang kontra. Salah satunya akun Facebook atas nama Izrail AW. Ia mengkritik rencana pembangunan ibu kota baru karena membebani keuangan negara. ”Berapa lagi negara ini harus membayar? Berapa lagi yang akan dibebankan kepada pajak yang harus dibayar oleh rakyat sendiri,” kata Izrail.
Senada dengan itu, akun Frans Gaharu di Facebook menyoroti prioritas pemerintah yang tidak tepat karena akan membangun ibu kota baru ketika persoalan-persoalan dasar rakyat masih berlangsung. Misalnya, kemiskinan, pengangguran, dan banjir produk impor.
”Gimana nyambungnya itu. Hal-hal penting seperti produk impor, kesehatan, keamanan, kebarakan hutan, kemiskinan, pengangguran, ekonomi, koruptor, dan lain-lain tidak ada cara dan solusinya. Ckckck,” katanya.
Sementara di Twitter, porsi warganet yang kontra lebih banyak. Sebagian di antaranya mengkritik dengan ungkapan satiris. Misalnya, akun Bottlesmoker yang menyebutkan, ”Di setiap ruangannya pake musik suara kerusakan hutan Pak. Cakep.”
”Kok pohon-pohonnya bukan sawit,” tulis akun Hariswb. Sementara akun Nawoo mengatakan secara datar, ”I’m so sorry Pak. I can’t say anything but a deep sigh (Maaf saya sangat menyesal pak, saya tidak bisa mengatakan apa-apa selain menyesalkan lebih dalam lagi)”.
Akun Aaron Connelly, dalam bahasa Inggris, menyatakan, Presiden Jokowi terus bertekad membangun ibu kota baru di Kalimantan. Ini terlihat spektakuler. Namun, layak dipertanyakan apakah Indonesia mampu mendapatkan dana 32 miliar dollar Amerika Serikat setelah Covid-19. ”Dan kalaupun bisa, kenapa tidak digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di ibu kota negara yang ada sekarang,” kata Aaron.
Proyek pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur adalah salah satu proyek strategis Presiden Joko Widodo pada periode pemerintahan 2019-2024. Pembangunan akan dimulai tahun ini. Targetnya, ibu kota negara dan pusat pemerintahan sudah bisa pindah ke Kalimantan Timur di akhir masa pemerintahan Presiden Jokowi, yakni paling lambat Oktober 2024.
Sebelum Covid-19, pembangunan megaproyek selama 2020-2024 itu direncanakan menelan biaya Rp 466 triliun. Sumber pembiayaan terbesar direncanakan dari Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), yakni Rp 256 triliun. Sementara pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021-2024 adalah Rp 90 triliun dan dari swasta murni Rp 120 triliun.
Dalam catatan Kompas, saat berkunjung ke Uni Emirat Arab pada Januari 2020, Presiden Jokowi mendapat respons positif saat meminta Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed menjadi Dewan Pengarah dan menjadi pengawas pembangunan proyek pembangunan ibu kota negara yang baru tersebut. Sebelumnya, Pemerintah Uni Emirat Arab telah menyiapkan 22,8 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 312 triliun untuk membantu pembangunan ibu kota baru negara di Kaltim.
Dana investasi Rp 312 triliun ini diperoleh melalui Sovereign Wealth Fund bersama-sama dengan Masayoshi dari Softbank (Jepang) dan juga dari Internasional Development Finance Corporatio (IDFC) AS. Selain Sheikh Mohammed bin Zayed, Chief Executive Officer sekaligus pendiri SoftBank, Masayoshi Son, serta mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair juga akan bergabung dengan komite pengarah pembangunan ibu kota baru Indonesia. Mereka dipercaya Pemerintah RI sebagai penasihat.
Bappenas sudah menyelaraskan”Kita optimistis, mudah-mudahan Istana Presiden bisa di-groundbreaking pada tahun ini. Tanggal 17 Agustus 2024 itu, Presiden bisa melaksanakan 17 Agustusan di ibu kota baru negara.”
Mengutip siaran pers Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Suharso Monoarfa dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Rabu (17/03/2021), menyatakan, Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah menyelaraskan materi Rencana Induk Ibu Kota Negara dan Urban Design Ibu Kota Negara. Mempertimbangkan target program vaksinasi dan tercapainya kekebalan komunal, Bappenas optimistis pembangunan istana negara dapat dimulai pada tahun ini dan akan rampung pada 2024.
Baca juga : Warga Jakarta Menanggapi Ibu Kota Baru
”Kita optimistis, mudah-mudahan Istana Presiden bisa di-groundbreaking pada tahun ini. Tanggal 17 Agustus 2024 itu, Presiden bisa melaksanakan 17 Agustusan di ibu kota baru negara,” kata Suharso.
Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Rudy Soeprihadi Prawiradinata menambahkan, desain istana negara saat ini memasuki tahap gagasan awal sehingga prosesnya terus bergulir. ”Desain istana negara yang berbentuk Garuda tersebut adalah rancangan biro arsitek Nuart yang dimiliki Nyoman Nuarta. Sepertinya desain tersebut merupakan gagasan awal yang dapat diperdalam dan didiskusikan bersama para ahli di bidang arsitektur dan perencana,” kata Deputi Rudy.