Ledakan Tangki Balongan, Megaproyek Petrokimia Tidak Terganggu
Ledakan tangki PT Pertamina RU VI Balongan tidak akan mengganggu pembangunan Petrochemical Complex di Balongan, Indramayu, Jabar. Megaproyek itu dinilai dapat mengurangi ketergantungan pemenuhan minyak dari impor.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI/MELATI MEWANGI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Ledakan tangki PT Pertamina RU VI Balongan tidak akan mengganggu pembangunan Petrochemical Complex di Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Megaproyek PT Pertamina (Persero) itu dinilai dapat mengurangi ketergantungan pada impor minyak.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif memastikan, ledakan tangki Pertamina RU VI Balongan beberapa waktu lalu tidak mengganggu pembangunan Petrochemical Complex di Balongan. ”Rencana pembangunan Petrochemical tetap dalam program Pertamina. Ini program nasional,” ucapnya saat mengunjungi kilang minyak Balongan, Sabtu (3/4/2021).
Pembangunan Petrochemical Complex itu merupakan salah satu program pengembangan kilang (refinery development master plan/RDMP) dan termasuk proyek strategis nasional. Megaproyek dengan investasi sekitar Rp 100 triliun ini dibangun atas kerja sama Pertamina dengan China Petroleum Corporation Taiwan.
Rencana pembangunan Petrochemical tetap dalam program Pertamina. Ini program nasional.
Pembangunannya membutuhkan lahan 331,92 hektar (ha) yang tersebar di lima desa di Balongan, yakni Sukaurip (35,44 ha), Tegal Sembadra (45,21 ha), Sukareja (86,47 ha), Balongan (31,08 ha), dan Majakerta (108,2 ha). Satu desa lainnya, yakni Limbangan (25,5 ha), berada di Kecamatan Juntinyuat.
Pembebasan lahan tahap pertama dilakukan di Sukaurip, Tegal Sembadra, dan Sukareja seluas total 167,12 ha. Ini sesuai Keputusan Gubernur Jabar Nomor 593/Kep.1000-Pemksm/2019 pada 10 Desember 2019 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Petrochemical Complex di Indramayu.
Terdampak megaproyek
Sejumlah desa yang terdampak megaproyek itu juga berada di sekitar area tangki Pertamina RU VI Balongan yang meledak, Senin (29/3/2021) pukul 00.45. Luas area tangki terbakar sekitar 2 kilometer dari total 180 hektar area Pertamina Balongan. Dari 72 tangki di area kilang berkapasitas 1,35 juta kiloliter (KL), ada empat tangki yang terdampak dengan kapasitas 100.000 KL.
Ledakan dan kebakaran juga mengakibatkan 29 warga luka ringan dan 6 orang luka berat karena terbakar. Hingga Sabtu pukul 14.00, tercatat 864 orang terdampak ledakan mengungsi di Bumi Patra Pertamina Indramayu, sekitar 7 kilometer dari lokasi ledakan.
Arifin mengatakan, pembangunan petrokimia dibutuhkan untuk mengintegrasikan dengan produk kilang minyak Balongan sekaligus mencukupi kebutuhan akan bahan-bahan petrokimia di dalam negeri. ”Dan, mengurangi importasi dari luar negeri,” ucapnya.
Selama ini, sekitar 5,5 juta ton produk petrokimia masih diimpor setiap tahun. Adapun kemampuan produksi petrokimia dalam negeri hanya 3 juta ton per tahun (Kompas.id, 16/1/2020).
Sebelumnya, Bupati Indramayu Nina Agustina mengatakan, megaproyek pembangunan Petrochemical Complex di Balongan tidak ada hubungannya dengan rencana Pemkab Indramayu merelokasi warga terdampak ledakan. ”Rencana relokasi masih dalam kajian,” ucapnya.
Asisten Daerah Pembangunan dan Perekonomian Kabupaten Indramayu Maman Kostaman meminta warga Balongan menjaga kondusivitas karena daerah itu akan dibangun pabrik petrokimia. ”Ini bisa membuka lapangan kerja baru untuk warga,” ucapnya.
Rencana relokasi masih dalam kajian.
Penjabat Kuwu (Kepala Desa) Sukaurip Warsono mengatakan, warga mempertanyakan kepastian pembebasan lahan untuk Petrochemical Complex di tengah ledakan tangki Pertamina RU VI Balongan. ”Pelelangan (pembebasan lahan) ini jadi atau tidak?” ucapnya.
Sebelumnya, pembebasan lahan yang ditargetkan rampung pada 2020 terkendala persoalan harga. Pasalnya, lahan warga ditawar paling tinggi sekitar Rp 400.000 per meter persegi. Padahal, warga menginginkan harga lebih dari itu. Hingga kini, belum ada kesepakatan harga antara warga dan pihak yang membebaskan lahan.