Bank Optimistis Segmen Kredit Konsumer Akan Tumbuh Tahun Ini
Industri perbankan yakin kredit bisa tumbuh lebih tinggi pada tahun ini. Insentif PPnBM telah menurunkan harga mobil di sejumlah daerah di Indonesia. Namun, konsumsi masih tertahan.
JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan optimistis berbagai macam insentif yang digulirkan pemerintah serta regulator moneter dan jasa keuangan bisa mengangkat penyaluran segmen kredit konsumer tahun ini. Periode triwulan II-2021 diyakini akan menjadi momentum dari pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat yang akan berdampak pada kenaikan permintaan kredit.
Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi penurunan harga mobil segmen khusus setelah pemerintah memberikan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor maksimal 1.500 cc dan 1.501 cc-2.500 cc. Penurunan harga mobil itu terjadi di 46 kota dari 90 kota pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan optimisitis kenaikan penyaluran kredit konsumer akan terjadi seiring dengan penurunan suku bunga kredit tersebut. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, CIMB Niaga telah menurunkan suku bunga dasar kredit untuk segmen konsumer hingga 250 basis poin.
”Target kredit konsumer jauh lebih positif. KPR (kredit pemilikan rumah) diprediksi bisa tumbuh pada kisaran 6 persen hingga 8 persen tahun ini. Sementara untuk KKB (kredit kendaraan bermotor) diproyeksi bisa tumbuh di atas 10 persen,” kata Lani saat dihubungi Jumat (2/4/2021).
Target kredit konsumer jauh lebih positif. KPR diprediksi bisa tumbuh pada kisaran 6 persen hingga 8 persen tahun ini. Sementara untuk KKB diproyeksi bisa tumbuh di atas 10 persen.
Terkait dengan potensi gagal bayar, Lani menambahkan, tahun ini rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) CIMB Niaga segmen KPR masih akan terjaga rendah. Hal ini disebabkan masih berlakunya keringanan restrukturisasi kredit melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hingga Februari 2021, tingkat NPL KPR CIMB Niaga sebesar 2,4 persen. NPL tersebut merata di hampir seluruh jenis KPR CIMB Niaga yang posisinya relatif stabil bila dibandingkan dengan akhir 2020.
”Tanpa ada stimulus restrukturisasi kredit, NPL dipastikan akan lebih tinggi dari ini. Ke depan, kondisi NPL masih tergantung dari seberapa cepat kegiatan ekonomi dan usaha kembali normal ke periode sebelum pandemi,” kata Lani.
Baca juga: BCA Tetap Andalkan Segmen Korporasi di Tahun Pemulihan Ekonomi
Sementara itu, Direktur PT Bank Central Asia Tbk Santoso mengatakan, BCA mencermati bahwa pandemi Covid-19 berdampak besar pada permintaan kredit, salah satunya KKB. Untungnya, berbagai kebijakan pemerintah dalam memberikan relaksasi untuk kendaraan bermotor dapat menjadi salah satu pendorong tumbuhnya kredit perbankan di tahun ini.
”Harapan kami, geliat bisnis konsumer akan segera pulih sejalan dengan berbagai kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan,” ujarnya.
Sepanjang tahun 2020, lanjut Santoso, portofolio KKB terkontraksi 22,6 persen menjadi Rp 36,9 triliun. Guna memacu bisnis konsumsi, BCA telah menggelar BCA Expoversary Online 2021. Beragam promo dan penawaran menarik untuk KKB maupun KPR.
”Kami mencatatkan antusiasme pengunjung menembus angka lebih dari 1 juta pengunjung dan kami juga mencatatkan lebih dari 20.000 jumlah transaksi,” kata Sansoto.
Sementara itu, dalam konferensi pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar optimistis kredit bisa tumbuh di atas 7 persen pada 2021. Adapun berdasarkan rencana bisnis perseroan, tahun ini target pertumbuhan kredit berada di rentang 6-7 persen.
Royke menuturkan, perseroan bakal memanfaatkan berbagai insentif yang telah digulirkan pemerintah. Insentif yang dimaksud meliputi diskon PPnBM untuk kendaraan di bawah 1.500 cc dan 1.501 cc-2.500 cc, pembayaran uang muka 0 persen, serta kelonggaran loan to value (LTV) paling tinggi 100 persen.
Royke optimistis pertumbuhan kredit akan menggeliat tahun ini. Pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh vaksinasi masif yang terus dilakukan pemerintah sejak Januari 2021. Vaksinasi diyakini akan membuat kepercayaan konsumen meningkat setidaknya pada triwulan II-2021.
”Kami sangat yakin mungkin di triwulan kedua tahun ini dan seterusnya, dengan adanya vaksinasi yang mulai berjalan, akan tumbuh kepercayaan dari masyarakat dan ekonomi bergulir,” ucap Royke.
Adapun kebijakan strategis yang diambil BNI untuk meningkatkan kualitas kredit di antaranya adalah perbaikan manajemen risiko, meningkatkan kapasitas digital dalam memenuhi kebutuhan nasabah, meningkatkan ekspansi bisnis secara berkelanjutan, serta meningkatkan dana murah dan pendapatan berbasis komisi melalui peningkatan transaksi.
Harga mobil turun
Kamis lalu, BPS mencatat, laju kenaikan Indeks Harga Konsumsi atau inflasi pada Maret 2021 sebesar 0,08 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dibandingkan dengan Maret 2020, laju inflasi mencapai 1,37 persen. Inflasi selama triwulan I-2021 sebesar 0,44 persen.
Berdasarkan pengeluaran, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil tertinggi, yakni 0,1 persen dengan inflasi 0,4 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sebaliknya, kelompok transportasi menyumbang deflasi sebesar 0,25 persen dan mobil menjadi komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada kelompok ini, yaitu sebesar 0,03 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengemukakan, dari 90 kota pemantauan IHK, 46 kota menunjukkan adanya penurunan harga mobil. ”Data ini menunjukkan kebijakan PPnBM berdampak pada deflasi (kelompok transportasi). Kelompok transportasi menahan inflasi pada Maret 2021,” katanya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, Jumat, menilai, deflasi akibat turunnya harga mobil di tengah inflasi menandakan kebijakan yang diambil pemerintah belum memberikan efek berganda pada sektor lainnya. ”Volume penjualan mobil memang meningkat. Namun, mobil yang dijual itu adalah stok, bukan produksi baru sehingga dampak gandanya ke perekonomian nasional, khususnya konsumsi masyarakat, belum tampak,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta.
Volume penjualan mobil memang meningkat. Namun, mobil yang dijual itu adalah stok, bukan produksi baru, sehingga dampak gandanya ke perekonomian nasional, khususnya konsumsi masyarakat, belum tampak.
Menurut Tauhid, perluasan kebijakan diskon pajak itu dapat berdampak pada konsumsi apabila mobil yang dijual merupakan produksi terbaru. Proses produksi baru itu akan meningkatkan belanja modal dan bahan baku serta menaikkan partisipasi tenaga kerja.
”Selain itu, inflasi Maret 2021 terhadap Maret 2020 dibandingkan Februari 2021 terhadap Februari 2020 lebih rendah, yaitu sebesar 1,38 persen. Tren tersebut menandakan daya beli masyarakat belum pulih,” katanya.
Baca juga: Harga Mobil Rem Inflasi, Pemerintah Perluas Diskon Pajak
Bank jangan ragu
Sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) meminta perbankan tidak ragu mempercepat penyaluran kredit untuk menggerakkan perekonomian nasional. OJK mencatat, pertumbuhan kredit perbankan pada Februari 2021 masih terkontraksi atau minus 2,15 persen secara tahunan menjadi Rp 5.419,1 triliun. Namun, secara bulanan, Februari 2021 terhadap Januari 2021, kredit perbankan tumbuh 0,41 persen atau meningkat Rp 22 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, pertumbuhan kredit diyakini terus berlanjut. OJK berharap pertumbuhan kredit akan terlihat lebih signifikan pada triwulan II-2021. ”Walaupun secara tahunan menurun, secara bulanan mulai positif. Artinya, berbagai orkestrasi yang dilakukan lintas kementerian/lembaga ini mulai menunjukkan hasilnya,” kata Heru dalam acara Temu Stakeholders untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang digelar BI secara hibrid di Surabaya, Jawa Timur, Kamis.
Meski demikian, lanjut Heru, penyaluran kredit tetap harus berhati-hati. OJK mencatat, NPL per Februari 2021 sebesar 3,21 persen (bruto) dan 1,04 persen (neto). NPL pada Februari 2021 itu lebih tinggi dari Januari 2021 yang sebesar 3,17 persen (bruto) dan 1,03 persen (neto). Namun, NPL tersebut masih terkendali.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, suku bunga acuan BI yang rendah memberi ruang agar perbankan menurunkan suku bunga kredit. BI melihat beberapa bank kini mulai menurunkan SBDK. ”Ini yang sebenarnya kami harapkan dari perbankan. Bunga kredit turun dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi mengingat biaya bunga jadi lebih murah,” ujarnya.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan, dengan kondisi likuiditas bank yang saat ini cukup baik, fungsi intermediasi perbankan seharusnya dapat berjalan lebih gesit. ”Kalau bank ragu, pemerintah akan menjamin kreditnya, kita sediakan skemanya, termasuk melalui penempatan dana pemerintah di bank-bank,” katanya.
Baca juga: Penyaluran Kredit Diyakini Membaik, Bank Diminta Jangan Ragu