Bandara HM Sidik untuk Pergerakan Ekonomi di Kalteng
Wapres Ma\'ruf Amin meresmikan Bandara HM Sidik di Barito Utara, Kalimantan Tengah. Keberadaan bandara tersebut diharapkan mampu membuat titik-titik perekonomian baru di wilayah sekitarnya
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
BPMI SEKRETARIAT WAPRES
Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap Bandara Haji Muhammad Sidik Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, dapat meningkatkan konektivitas dan menggerakkan perekonomian di wilayah.
BARITO UTARA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin meresmikan Bandar Udara Haji Muhammad Sidik Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Selasa (30/3/2021). Bandara ini diharap dapat mendukung industri, pariwisata, pertambangan, dan sektor pertanian perkebunan yang ada di Kalteng.
”Saya berharap Bandara Haji Muhammad Sidik dikelola dengan baik sehingga mendukung pergerakan ekonomi, industri dan pariwisata, serta pertambangan batubara dan emas di Kalteng, juga kelapa sawit,” tutur Wapres Amin dalam sambutan saat peresmiannya.
Wapres Amin meresmikan bandara ini dalam kunjungan kerja satu harinya ke Kalimantan Tengah. Dalam kunjungan kerja ini, Wapres juga akan meninjau pelaksanaan vaksinasi massal. Turut mendampingi Wapres, antara lain, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, dan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.
Bandara HM Sidik dibangun sebagai pengganti Bandara Beringin yang sudah tidak dapat dikembangkan karena berlokasi di tengah kota. Bandara tersebut dibangun dengan biaya Rp 412 miliar dan selesai pada 2019.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin meresmikan Bandar Udara Haji Muhammad Sidik Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Selasa (30/3/2021).
Bandara HM Sidik memiliki landas pacu sepanjang 1.400 meter dengan lebar 30 meter. Landas hubung (taxiway) yang tersedia sepanjang 173 meter x 18 meter dan apron seluas 110,25 meter x 80 meter. Dengan fasilitas tersebut, menurut Menhub Budi Karya, bandara ini bisa didarati pesawat jenis ATR 72.
Terminal Bandara HM Sidik memiliki luas 1.250 meter persegi. Dengan luasan tersebut, sekitar 55.000 penumpang per tahun bisa ditampung.
Bandara Haji Muhammad Sidik diharapkan dapat mendukung pergerakan ekonomi, industri dan pariwisata, serta pertambangan batubara dan emas di Kalteng, juga kelapa sawit.
Desain bandara ini juga mengadopsi kearifan lokal. Di bagian pintu masuk keberangkatan dan kedatangan, terdapat bentukan atap seperti atap rumah adat betang. Selain itu, terdapat ornamen motif saluang teweh dan ornamen motif sulur khas Kalimantan Tengah.
Sejauh ini, rute penerbangan yang sudah tersedia adalah penerbangan perintis setiap Senin dan Rabu untuk jalur Palangkaraya-Muara Teweh pergi pulang (PP) serta penerbangan reguler Senin dan Rabu untuk jalur Muara Teweh-Banjarmasin PP. Selain itu, ada pula penerbangan charter dua sampai tiga kali seminggu untuk jalur Balikpapan-Muara Teweh PP.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran (kiri) menyambut kedatangan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Bandara Tjilik Riwut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (30/3/2021). Ma’ruf Amin berencana meresmikan Bandara Haji Muhammad Sidik di Kabupaten Barito Utara dan memantau jalannya vaksinasi daerah untuk warga lansia.
Dengan adanya bandara ini, konektivitas antarprovinsi, antarkota-kabupaten di seluruh Indonesia semakin baik. Pengadaan Bandara HM Sidik, kata Wapres Amin, juga sejalan dengan pembangunan lumbung pangan (food estate) di Provinsi Kalimantan Tengah yang merupakan salah satu program prioritas nasional.
Lokasi lumbung pangan ini di daerah Tapen Raya dan Batu Raya Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara. Jarak antara bandara dan lumbung pangan yang ditanami jagung tersebut sekitar dua jam perjalanan barat.
Wapres pun berpesan supaya ada jalinan kerja sama yang baik dengan maskapai-maskapai penerbangan. Dengan demikian, layanan kargo untuk komoditas produk yang dihasilkan Kabupaten Barito Utara bisa didistribusikan ke berbagai wilayah.
Budi Karya menambahkan, jika Bandara HM Sidik terus bertambah penumpangnya,tentu akan ada pembangunan perpanjangan landas pacu. Saat ini, bandara yang ada akan mengoptimalkan perekonomian di wilayah ini.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran saat ditemui wartawan pada akhir Juli 2019.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dalam sambutannya juga menyampaikan optimismenya bahwa bandara akan mendorong kemunculan titik-titik perekonomian baru di Kalteng.
Namun, di sisi lain, dia meminta dukungan Wapres Amin untuk mempertimbangkan pengembangan Bandara Tjilik Riwut yang saat ini panjang landas pacunya masih 2.500 meter. Diharapkan, ada perpanjangan landas pacu menjadi 3.000 meter.
Dengan pengembangan itu, Bandara Tjilik Riwut juga ke depannya diharapkan bisa menjadi bandara internasional. ’Dengan demikian, umat Islam yang ingin beribadah haji tidak harus ke Banjarmasin, tetapi bisa langsung ke Jeddah,” kata Sugianto.
Pengembangan Bandara Tjilik Riwut juga dinilai akan mendukung program lumbung pangan (food estate) serta sektor peternakan dan perikanan.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Kabut asap tebal menyelimuti Bandar Udara Tjilik Riwut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada pukul 09.00, Senin (16/9/2019). Kabut asap menyelimuti Kota Palangkaraya akibat kebakaran hutan dan lahan hingga kualitas udara masuk kategori berbahaya.
Selain itu, Sugianto juga mengusulkan pengembangan Bandara Iskandar di wilayah barat Kalteng. Bandara yang masih milik TNI AU ini memiliki landas pacu 2.150 meter. Diharapkan, ada perpanjangan landas pacu menjadi 2.500.
Bandara Iskandar dinilai strategis karena dekat dengan Taman Nasional Tanjung Puting. Setiap tahun, menurut Sugianto, lokasi ini dikunjungi hampir 40.000 wisatawan. Selain itu, bandara ini juga bisa dihubungkan dengan daerah wisata lain seperti Bali dan Yogyakarta.