Gelar Operasi Pasar, Pemkot Surabaya Upayakan Pengendalian Harga
Dinas Perdagangan Kota Surabaya sudah mulai menggelar operasi pasar di beberapa lokasi sebagai upaya untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok.
Oleh
AGNESPANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Dinas Perdagangan Kota Surabaya sudah mulai menggelar operasi pasar di beberapa lokasi sebagai upaya untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok. Pada operasi pasar tidak hanya disediakan bahan pokok seperti beras, gula, telur, dan terigu, tetapi juga komoditas seperti cabai rawit, daging sapi, dan daging ayam.
Operasi pasar dilakukan di banyak lokasi, antara lain di kantor kelurahan, balai RW, lahan kosong sekitar permukiman, dan di gedung yang berlokasi strategis, termasuk di pasar. Disediakan pula produk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat sehingga kelompok ini juga mendapatkan akses pasar.
Pemantauan Kompas dalam operasi pasar pada Sabtu (27/3/2021), harga cabai rawit masih berkisar Rp 99.000 per kilogram (kg), ayam potong Rp 31.400 per kg, dan telur Rp 21.100 per kg. ”Operasi pasar sudah digelar sejak dua pekan lalu sebagai upaya mengendalikan harga, terutama cabai rawit,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati, Minggu.
Menurut Wiwiek, operasi pasar akan berlangsung hingga Ramadhan tiba, bahkan bisa diperpanjang sampai sepekan sebelum Lebaran. Operasi pasar meliputi barang kebutuhan pokok, mulai dari gula, beras, minyak goreng, telur, hingga cabai. ”Jadi, Surabaya sudah dua minggu operasi pasar dan akan terus digelar,” katanya.
Operasi pasar, menurut Wiwiek, cukup ampuh menurunkan harga bahan pokok, terupama cabai rawit. Pantauan di Pasar Keputran, misalnya, indikasi penurunan harga cabai signifikan, kini pada kisaran Rp 90.000 per kg, padahal sebelumnya Rp 130.000 per kg. Cabai rawit yang beredar di pasaran Kota Surabaya mayoritas dipasok dari petani cabai di Probolinggo, Pulau Madura, Jember, Bondowoso, hingga Lumajang.
Berdasarkan pemantauan, lanjut Wiwiek, sejak 2017 hingga 2021 harga cabai memang fluktuatif, terutama Januari. Karena masih musim hujan, pasokan berkurang drastis. ”Pada awal tahun harga cabai rawit memang cenderung melambung karena produksi mengalami penurunan akibat musim hujan,” ucapnya.
Pada awal tahun harga cabai rawit memang cenderung melambung karena produksi mengalami penurunan akibat musim hujan.
Kendati harga cabai melonjak, Pemkot Surabaya berusaha mengendalikan harga agar konsumen di Surabaya bisa mendapatkan harga cabai lebih murah daripada harga pasaran dengan menjalin kerja sama dengan distributor cabai.
”Jadi, distributor siap menyisihkan 10-20 persen dari barang yang dikuasai dijual langsung ke pedagang di pasar Surabaya dengan harga murah. Saat ini dipatok Rp 65.000 per kg,” ujar Wiwiek.
Upaya yang sama dilakukan Dinas Perdagangan Kota Surabaya pada komoditas telur, gula, beras, dan barang terkait dengan kebutuhan pokok. ”Jadi, setiap ada lonjakan harga, kami langsung kontak distributor atau produsen langsung agar memberi harga khusus bagi pedagang Surabaya. Cara ini cukup berdampak pada penurunan harga,” katanya.
Menurut Ramli (55), pedagang cabai di Pasar Keputran, ketika harga cabai rawit stabil, misalnya Rp 15.000 per kg, dirinya menyediakan 100 kg cabai per hari. Begitu harga cabai melonjak, persediaan komoditas itu pun langsung turun drastis hingga 40 persen.
”Dengan harga cabai rawit tembus Rp 100.000 per kg, ada juga yang mematok Rp 90.000 per kg (dicampur), saya tak berani stok barang dalam jumlah besar, khawatir busuk,” ujarnya.