Di tengah penurunan pencapaian laba bersih, BRI dan Bank Mandiri masih menyisihkan dividen tunai untuk dibagikan kepada pemegang saham.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Hari Pelanggan Nasional yang diperingati setiap 4 September 2019 untuk perusahaan yang melayani masyarakat adalah memberikan layanan jasa yang spesial atau terbaik bagi pelanggan atau konsumennya. Layanan terbaik itu, seperti yang dilakukan petugas layanan sedang membantu para pelanggannya menjelaskan mengenai berbagai informasi terkait pencairan dana di Kantor PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (2/9/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Meski capaian laba bersih tahun 2020 tergerus akibat pandemi Covid-19, sejumlah bank nasional tetap membagikan dividen tunai kepada investor. Pembagian keuntungan dilakukan dengan pertimbangan terjaganya rasio kecukupan modal dan peluang pertumbuhan bisnis dari perseroan tetap terbuka.
Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Catur Budi Harto, Jumat (26/3/2021), mengatakan, BRI membagikan dividen tunai senilai total Rp 12,12 triliun atau 65 persen dari laba bersih 2020 yang sebesar Rp 18,65 triliun. Nilai pembagian keuntungan tersebut setara dengan Rp 98,3 per lembar saham.
”Rasio pembayaran dividen atas laba bersih BRI sudah mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan bisnis perseroan secara berkelanjutan,” ujarnya.
Rasio pembayaran dividen atas laba bersih BRI sudah mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan bisnis perseroan secara berkelanjutan.
Nilai pembagian dividen tersebut merupakan keputusan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI yang dilaksanakan Kamis (25/3/2021). Rapat tersebut juga menetapkan besaran remunerasi tahun buku 2021 dan tantiem (bagian keuntungan) tahun buku 2020 untuk jajaran direksi dan dewan komisaris.
Pada 2020, besaran rasio pembayaran dividen BRI hanya 60 persen dari laba bersih 2019 yang besarannya mencapai Rp 34,41 triliun. Catur menuturkan, kenaikan rasio pembayaran dividen tahun ini telah mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan bisnis perseroan secara berkelanjutan.
Proyeksi tersebut sejalan dengan target pertumbuhan kredit BRI sepanjang 2021 yang mencapai 7 persen. Di samping itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dari BRI juga masih terjaga di atas 18 persen atau memenuhi ketentuan PSAK 71.
”Dengan posisi CAR tersebut, BRI masih memiliki ruang untuk melakukan ekspansi dan mengantisipasi risiko yang muncul dalam pengelolaan operasional perseroan,” ujar Catur.
Tahun lalu, lanjutnya, laba bersih BRI terkontraksi hingga 45,33 persen dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sepanjang 2020, BRI mengutamakan penyelamatan debitor yang terdampak pandemi melalui restrukturisasi kredit. Memasuki 2021, tren restrukturisasi kredit di BRI telah semakin melandai.
Petugas teller PT Bank Mandiri Cabang Supomo, Tebet, Jakarta, melayani nasabah, Jumat (30/10/2020).
Walaupun BRI unggul dari sisi rasio dividen atas laba bersih, jumlah dividen per lembar saham yang ditebar PT Bank Mandiri (Persero) Tbk masih jauh lebih besar. Bank ini menetapkan membagi dividen Rp 10,27 triliun,atau 60 persen dari laba bersihnya tahun 2020 sebesar Rp 17,1 triliun. Nilai dividen tersebut setara dengan Rp 220 per saham.
Dalam RUPST Bank Mandiri yang berlangsung 15 Maret 20201, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengemukakan, besaran dividen yang dibagikan Bank Mandiri sangat sejalan dengan komitmen manajemen perseroan untuk bisa berkontribusi secara optimal kepada negara.
Bank Mandiri juga berkeinginan untuk menjadi mitra finansial utama pilihan nasabah, salah satunya dengan layanan perbankan digital yang andal dan sederhana.
”Pembagian dividen ini juga mengindikasikan dukungan yang kuat dari pemegang saham kepada jajaran manajemen untuk mengakselerasi rencana ekspansi perbankan digital perseroan,” ujarnya.
Sementara itu, dalam RUPST PT Bank Tabungan Negara Tbk yang digelar 10 Maret 2021, diputuskan bahwa tidak ada pembagian dividen atas laba bersih BTN pada 2020. Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, keputusan tersebut diambil untuk memperkuat permodalan BTN dalam mendorong segmen pembiayaan perumahan tahun ini.