Hujan deras dan buruknya infrastruktur pengairan menyebabkan sawah petani di sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kembali terendam banjir. Petani pun merugi karena harus menanam ulang.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Hujan deras dan buruknya infrastruktur pengairan menyebabkan sawah petani di sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kembali terendam banjir. Petani pun merugi karena harus menanam ulang dan kualitas gabah menurun.
Banjir merendam sawah petani, antara lain, di Desa Panguragan Kulon dan Desa Gujeg, Kecamatan Panguragan; dan Desa Bayalangu, Kecamatan Gegesik, Rabu (24/3/2021). Sawah tergenang setelah hujan deras pada Selasa (23/3) malam.
Di Desa Panguragan Kulon, tanggul Kali Wates jebol sehingga air sungai membanjiri sawah. Petani berupaya swadaya membangun tanggul dari karung berisi tanah untuk mencegah banjir meluas. Petani juga sudah melapor kepada aparat setempat.
”Tanggulnya sudah rusak tiga bulan lalu. Petugas dari kecamatan cuma kasih karung saja dan petani yang buat tanggul,” kata Sutislah, Ketua Kelompok Tani Silumbu. Sedikitnya 30 hektar sawah terendam banjir di sekitar saluran pembuangan tersebut.
Bahkan, akibat banjir terus-menerus, petani harus mengulang tanam padi sebanyak tiga hingga empat kali. ”Ada yang menyerah tanam padi karena enggak punya modal,” ucapnya.
Tanam ulang
Tanam ulang membutuhkan ongkos lebih besar. Sutislah mencontohkan, biaya tanam pertama untuk 1 hektar sawah Rp 2 juta. Jika terkena banjir, petani bisa mengeluarkan lebih dari Rp 3 juta untuk menanam dengan area sawah serupa. Sebab, jumlah tenaga kerja bertambah.
Sutislah mengatakan, sejumlah petani yang ikut asuransi tani telah melaporkan area sawah kebanjiran. Pihaknya masih menunggu pencairan klaim asuransi tani.
Tanggulnya sudah rusak tiga bulan lalu. Petugas dari kecamatan cuma kasih karung saja dan petani yang buat tanggul. (Sutislah)
Ketua Gapoktan Sri Jaya Makmur di Panguragan, Amrin, mengatakan, sekitar 700 hektar sawah di Panguragan terendam banjir pada awal tahun 2021. Kondisi ini merugikan petani karena harus mengeluarkan biaya lebih untuk tanam ulang.
”Hasil panen petani juga akan berkurang. Kalau biasanya 7 ton gabah kering panen per hektar, sekarang paling 4 ton GKP per hektar,” katanya. Banjir, lanjutnya, menurunkan kualitas gabah sehingga menekan harga hasil panen petani.
Amrin menilai, harga gabah juga bisa turun lagi jika pemerintah mengimpor beras 1 juta ton. ”Nanti, beras melimpah dan pedagang ragu beli hasil panen petani,” katanya.
Sedikitnya 5.287 hektar sawah di Cirebon terendam banjir awal tahun lalu. Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Wasman mengklaim, produksi padi di Cirebon tetap aman.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, luas tanam padi Oktober-Maret 46.157 hektar dengan produktivitas 6 ton per hektar. Adapun potensi panen 265.866 ton gabah kering giling. ”Insya Allah target tercapai,” ucapnya.