Selain memacu pertumbuhan ekonomi, pembangunan bandara di daerah terpencil ditujukan untuk membangun daya saing bangsa dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bandara juga menyatukan Indonesia.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menggenjot pembangunan bandar udara di daerah-daerah terpencil. Peningkatan konektivitas ini bertujuan, antara lain, untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hari Rabu (24/3/2021), Presiden meresmikan terminal Bandara Kuabang di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Ini merupakan agenda pertama dalam kunjungan kerja dua hari di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Maluku, 24-25 Maret. Presiden didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba.
Pekan lalu, 18 Maret, Presiden meresmikan pengoperasian dua bandara yang termasuk wilayah terluar di wilayah Indonesia. Kedua bandara itu adalah Bandara Toraja di Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Bandara Pantar di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pembangunan infrastruktur bukan hanya soal membangun fisik, melainkan lebih dari itu, yakni membangun peradaban.
Presiden dalam pidato peresmian terminal Bandara Kuabang menyatakan, pembangunan infrastruktur bukan hanya soal membangun fisik, melainkan lebih dari itu, yakni membangun peradaban. Pembangunan infrastruktur juga membangun daya saing bangsa, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan menyatukan Indonesia.
”Banyak yang saya dengar, ’Pak, jalannya yang dibangun jangan hanya yang di Jawa saja. Bandar udaranya yang dibangun juga jangan hanya di Jawa dan Sumatera saja. Kami di bagian timur (Indonesia) juga memiliki hak yang sama untuk memiliki airport dan jalan yang baik’. Dan keinginan itu betul. Sekali lagi bahwa pembangunan ini adalah juga untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Presiden.
Melalui pembangunan terminal Bandara Kuabang, Presiden berharap muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah sekitar bandara. Keberadaan Bandara Kuabang di Halmahera Utara berfungsi saling melengkapi dengan Bandara Sultan Babullah di Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Menjawab persoalan mandeknya pelayanan penerbangan reguler oleh dua operator akibat pandemi Covid-19 di Bandara Kuabang, Presiden menginstruksikan kepada Kementerian Perhubungan agar mengusahakan kembali layanan penerbangan reguler, minimal terdapat dua kali penerbangan reguler setiap minggu. Ini sekaligus menjadi masa transisi sehingga ketika situasi normal, layanan penerbangan reguler bisa kembali normal, tiga kali sehari.
Melalui pembangunan Terminal Bandara Kuabang, diharapkan muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah sekitar bandara.
Merujuk siaran pers Kementerian Perhubungan, terminal penumpang Bandara Kuabang memiliki luas 3.500 meter persegi. Daya tampungnya 160.000 penumpang per tahun. Bandara ini memiliki landasan hubung (taxiway) 100 meter x 23 meter. Dengan landasan parkir (apron) seluas 157 meter x 72 meter, bandara ini dapat menampung tiga pesawat jenis ATR dan 1 (satu) pesawat boeing.
Pada kesempatan sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan, pembangunan terminal bandara memakan anggaran lebih dari Rp 300 miliar. Dengan landas pacu sepanjang 2.400 meter dan lebar 30 meter, Bandara Kuabang sangat memadai untuk konektivitas serta meningkatkan pariwisata dan perekonomian Halmahera Utara yang mulai menggeliat.
Pada situasi normal sebelum pandemi, Bandara Kuabang melayani dua penerbangan reguler dan satu penerbangan pesanan setiap hari. Akibat pandemi, dua penerbangan reguler tidak lagi berjalan sehingga hanya tinggal satu penerbangan pesanan.
”Jujur kami sampaikan, di masa pandemi, praktis hanya carter yang beroperasi. Kami sedang bicara dengan para operator untuk pengadaan fasilitas-fasilitas atau konektivitas ke sini. Selaku insan perhubungan, saya juga mengusulkan jalan dari Sofifi ke Bandara Kuabang diperlebar sehingga jarak tempuh bisa lebih cepat,” kata Budi.