KNKT Dalami Masalah Mesin dan Roda Pendarat Kanan Trigana
KNKT terus mendalami penyebab kecelakaan pesawat kargo Trigana Air PK-YSF. Masalah mesin kanan dan penyebab kegagalan roda pendarat kanan menjadi hal pokok yang akan didalami.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mendalami penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737 PK-YSF yang dioperasikan Trigana Air pada 20 Maret 2021 di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. KNKT sudah mengunduh perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit pesawat kargo tersebut.
Ketua Subkomite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Capt Nurcahyo Utomo, Selasa (23/3/2021), mengatakan, pihaknya terutama akan mendalami dua poin utama. Pertama, masalah yang terjadi pada mesin sebelah kanan. Kedua, penyebab kegagalan roda pendarat sebelah kanan.
”Ini adalah dua poin pokok yang akan didalami KNKT dalam investigasi kecelakaan pesawat,” kata Nurcahyo melalui pesan video.
KNKT sudah mengumpulkan data berupa informasi data di lapangan, bekas-bekas goresan yang ditemukan di landasan, dan bagian-bagian pesawat yang dinilai perlu untuk dievaluasi. KNKT juga sudah mewawancarai pengatur lalu lintas udara yang bertugas hari itu serta beberapa saksi yang melihat peristiwa kecelakaan tersebut.
Selanjutnya, KNKT masih akan mewawancara awak pesawat yang menerbangkan pesawat dan kru lainnya. KNKT sudah mengunduh data dari perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder/CVR).
”Dari CVR diperoleh informasi rekaman selama 30 menit penerbangan, terdiri dari pembicaraan pilot dan suara yang ada di kokpit, mulai dari pilot melaporkan terjadinya kerusakan sampai dengan akhir penerbangan,” kata Nurcahyo.
KNKT sudah mengumpulkan data berupa informasi data di lapangan, bekas-bekas goresan yang ditemukan di landasan, dan bagian-bagian pesawat yang dinilai perlu untuk dievaluasi.
Sementara, data FDR saat ini masih dalam proses verifikasi demi mendapatkan data yang bisa dipahami KNKT. KNKT akan mendalami data dari FDR dan CVR. ”Kami akan mendalami catatan perawatan pesawat, terutama mesin dan roda pendarat,” ujarnya.
Nurcahyo memaparkan, dalam investigasi ini KNKT juga dibantu National Transportation Safety Board (NTSB) dari Amerika Serikat sebagai wakil dari negara pembuat pesawat.
Berdasar informasi yang diperoleh KNKT, pesawat Trigana Air PK-YSF terbang sebagai pesawat kargo dengan empat orang, yang terdiri dari dua pilot, satu teknisi, dan satu FOO (flight operation officer). Pesawat membawa kargo dengan tujuan penerbangan Bandara Hasanuddin, Makassar.
Dua menit setelah tinggal landas, pilot melaporkan kepada pengatur lalu lintas udara bahwa mereka mengalami kerusakan pada mesin sebelah kanan. Kemudian pilot memutuskan untuk kembali ke Bandara Halim Perdanakusuma.
”Pesawat terbang selama 15 menit, disebut dengan istilah holding atau berputar di atas poin alfa 5 atau poin di Bandara Halim Perdanakusuma. Kemudian mendarat dengan satu mesin,” ujar Nurcahyo.
Terbang dengan satu mesin, lanjut Nurcahyo, termasuk sering dilakukan pilot dalam pelatihan di simulator. Maka, penerbangan dengan satu mesin seharusnya tidak merupakan kesulitan bagi pilot.
”Kemudian pada saat mendarat diketahui bahwa roda pendarat (main landing gear) sebelah kanan mengalami kerusakan. Pesawat berhenti dengan ketiga landing gear patah. Pesawat berhasil dievakuasi Minggu dari lokasi dan dipindahkan ke tempat yang aman,” ujar Nurcahyo.
Penerbangan dengan satu mesin seharusnya tidak merupakan kesulitan bagi pilot.
Sebelumnya, melalui pernyataan pers, Vice President of Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismanto mengatakan, Bandara Halim Perdanakusuma sudah dibuka kembali untuk penerbangan niaga berjadwal pada Senin (22/3/2021). Pada Minggu (21/3/2021), seluruh penerbangan niaga berjadwal di Bandara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Bandara Soekarno-Hatta. (CAS)