Mentan Minta Gabah Petani Harus Diserap Sebelum Impor Beras
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta agar gabah petani diserap lebih dulu dan dihitung produksinya sebelum impor beras. Ia siap berdebat dengan menteri yang lain jika produksi beras bagus dan cukup.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta agar gabah petani diserap lebih dulu dan dihitung produksinya sebelum impor beras dilaksanakan. Ia siap berdebat dengan menteri yang lain jika memang produksi beras dalam negeri bagus dan jumlahnya cukup.
”Yang aku minta serap dulu gabah kita. Kalau gabahnya bagus, jumlahnya bagus, ya logikanya tidak boleh imporlah,” kata Syahrul saat memberikan kuliah umum di Politeknik Pembangunan Pertanian Medan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Senin (22/3/2021).
Ketika ditanya lebih lanjut tentang rencana impor beras, Syahrul tidak mau menjawab pertanyaan wartawan.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam rapat dengan Badan Legislasi DPR, Selasa (16/3/2021), menyatakan, pihaknya telah menerima penugasan impor beras secara tertulis dari pemerintah. Rinciannya, impor 500.000 ton untuk cadangan beras pemerintah dan 500.000 ton untuk beras komersial Bulog.
Per Maret 2021, stok beras yang dikelola oleh Bulog mencapai 883.585 ton. Pengadaan beras atau gabah dari dalam negeri mencapai 70.950 ton.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, impor merupakan mekanisme yang dinamis. Menurut dia, ada beras impor tahun 2018 yang sudah turun mutu 270.000 ton. Stok beras Bulog diperkirakan tidak mencapai 500.000 ton, kurang dari stok aman 1 juta ton (Kompas.id, 19/3/2021).
Sektor pertanian bertumbuh
Syahrul mengatakan, sektor pertanian mampu bertumbuh dengan meskipun di masa pandemi. Nilai ekspor pertanian bertumbuh 15 persen dari Rp 390,16 triliun pada 2019 menjadi Rp 451,77 triliun pada 2020.
”Ini contoh bahwa sebenarnya pertanian menjanjikan dalam kondisi aman dan darurat sekalipun. Sektor pertanian tidak mengenal resesi,” kata Syahrul.
Sektor pertanian tidak mengenal resesi. (Syahrul Yasin Limpo)
Syahrul pun memaparkan data yang menunjukkan nilai tukar petani pada Januari 2021 bisa bertahan di angka 103,26 atau menurun sedikit dibandingkan Januari 2020 sebesar 104,16.
Kepala Badan Pengembangan dan Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan, Politeknik Pembangunan Pertanian disiapkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di sektor pertanian. ”Politeknik ini harus bisa mencetak orang-orang yang bisa membuka lapangan kerja atau siap masuk sebagai pekerja di sektor pertanian,” katanya.
Dedi pun meminta agar kampus-kampus pertanian bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan di sektor pertanian. Para mahasiswa pun harus siap terjun menyasar pasar ekspor.
Haris Sanjaya (30), eksportir sektor pertanian, mengatakan, usahanya mampu bertumbuh selama pandemi setahun ini. ”Pasar ekspor pertanian tidak pernah lesu meskipun pandemi,” katanya.
Haris pun mengekspor komoditas porang dan limbah sawit. Pada Maret ini, ia mengekspor porang dan limbah sawit senilai Rp 940 juta.