Era Digital Jadi Peluang Perempuan untuk Mengembangkan Diri
Era digital mendorong perempuan untuk beradaptasi dan punya kecakapan digital. Hal ini membuka peluang perempuan untuk mengembangkan diri dan berdaya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Era digital menuntut publik, khususnya perempuan, untuk beradaptasi. Kecakapan digital diperlukan agar perempuan bisa memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan diri dan berdaya.
Hal ini mengemuka dalam diskusi daring ”Perempuan Cakap Digital Zaman Now” di kanal Youtube Siberkreasi, Minggu (21/3/2021). Ketua Umum Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) Elly Nurul mengatakan, salah satu bentuk kecakapan digital adalah kemampuan menggunakan berbagai platform daring. Platform daring kemudian digunakan untuk menyalurkan hobi atau membangun usaha kecil.
”Stereotip bahwa perempuan hanya untuk mengurus rumah tangga itu disayangkan. Peran perempuan bisa lebih dari itu. Makanya, kita harus mampu beradaptasi. Terus belajar agar tidak ketinggalan (perkembangan zaman),” kata Elly.
Perwakilan Infina, platform daring yang mempertemukan pemberi pengaruh (influencer) dengan usaha kecil mikro di media sosial, Rachel Octavia, mengatakan, perkembangan teknologi memberikan banyak peluang baru. Para influencer, misalnya, bisa mendapatkan penghasilan dengan menawarkan jasa iklan kepada pelaku usaha.
Hal ini menuntut kecakapan menggunakan platform digital. Selain itu, inisiatif untuk belajar tren digital terbaru juga dibutuhkan.
”Karakter audiens di tiap platform digital berbeda sehingga kita harus terus belajar. Jika sudah tahu trennya, ini bisa dimanfaatkan untuk mencari peluang. Siapa yang menyangka bahwa di zaman sekarang me-manage media sosial bisa mendatangkan uang?” ucap Rachel.
Sebelumnya, Product Marketing Manager Google Indonesia Dora Songco mengatakan, kesadaran digital perempuan perlu dibangun. Ini karena perempuan belum benar-benar memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usaha atau bisnis.
Dora mengatakan, ada 47 persen perempuan yang tidak menggunakan internet untuk kepentingan bisnis, sementara 32 persen tidak tahu cara mencari hal yang diinginkan di internet. Padahal, 80 persen usaha berbasis teknologi mengalami peningkatan pendapatan 80 persen lebih cepat dari bisnis konvensional.
”Menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), hingga kuartal II-2020 ada lebih dari 196 juta pengguna internet. Sebanyak 95 persen di antaranya menggunakan ponsel. Artinya, konsumen sudah ada di sana. Jangan takut ribet dan jangan takut memulai menggunakan teknologi. Semua bisa asal mau belajar,” kata Dora, Rabu.
Digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dinilai menguntungkan karena pengusaha bisa menemukan pelanggan baru di pasar daring. Selain itu, digitalisasi UMKM mendukung efektivitas kerja pengusaha dan mengembangkan peluang bisnis.
Di sisi lain, dukungan keluarga diperlukan agar perempuan bisa berkarya di luar rumah. Tanggung jawab domestik perlu dibagi dengan anggota keluarga lain.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat perempuan Indonesia menghabiskan 13,5 jam per hari untuk mengurus rumah tangga. Sementara, angka rata-rata di Asia Pasifik adalah 5,5 jam per hari.
Adapun laporan ”Dampak Covid-19 terhadap Gender dan Pencapain SDGs” menyebut intensitas pekerjaan rumah tangga perempuan meningkat selama pandemi Covid-19. Ini dialami 19 persen perempuan, sedangkan laki-laki 11 persen.