Penetapan sejumlah target diharapkan sudah melalui kajian cermat agar tidak berakhir menjadi catatan di atas kertas belaka.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan tiga komoditas unggulan perikanan budidaya yang akan menjadi fokus garapan hingga 2024. Tiga komoditas itu adalah udang, umput laut, dan lobster.
Pemilihan tiga produk unggulan dari sekian banyak komoditas perikanan budidaya telah mempertimbangkan tren permintaan pasar dunia. Sejalan dengan penetapan komoditas unggulan itu, sejumlah target peningkatan produksi dan ekspor produk unggulan hingga 2024 digulirkan.
Komoditas udang yang selama ini menjadi pilar utama ekspor perikanan Indonesia bakal digenjot. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan volume ekspor udang naik 250 persen pada 2024, yakni dari 208.000 ton pada 2020 menjadi 727.000 ton. Pada 2020, realisasi volume ekspor udang tercatat 239.227 ton atau senilai 2,04 miliar dollar AS.
Demi mengejar target tersebut, produksi dan nilai tambah udang mesti melonjak. Berdasarkan hitung-hitungan KKP, tambak mesti diperluas, dari 9.055 hektar menjadi 31.000 hektar. Caranya, antara lain, merevitalisasi tambak skala tradisional (intensifikasi) dan menambah lahan baru (ekstensifikasi) sekitar 10.000 hektar dalam waktu 4 tahun.
Demi mengejar target tersebut, produksi dan nilai tambah udang mesti melonjak.
Target besar bukan sekali ini digulirkan. Sebelumnya, KKP mencanangkan kenaikan nilai ekspor udang sebesar 1 miliar dollar AS pada periode 2018-2021. Nilai ekspor udang pada 2021 ditargetkan 2,7 miliar dollar AS. Artinya, jika target ini dilanjutkan, nilai ekspor harus naik 700 juta dollar AS dalam setahun mendatang.
Proyeksi peningkatan ekspor juga berlaku bagi komoditas rumput laut dengan mendorong produk bernilai tambah. Kendati demikian, arah kenaikan ekspor dalam 4 tahun mendatang masih bertitik tolak pada bahan baku atau material mentah. Ekspor produk olahan ditargetkan tumbuh 44,2 persen, dari 226.949 ton pada 2020 menjadi 327.291 ton pada 2024. Sementara, ekspor bahan baku ditargetkan meningkat 71,53 persen, dari 3 juta ton menjadi 5,1 juta ton.
Terobosan pengembangan lobster hasil budidaya tergolong hal baru di tengah pusaran tarik-menarik kebijakan terkait lobster dalam beberapa tahun terakhir. Usaha budidaya pembesaran lobster sempat surut pada 2016-2019 sejalan dengan kebijakan larangan penangkapan benih lobster. Tahun lalu, ketika keran penangkapan benih lobster kembali dibuka, budidaya lobster tetap tak mampu bangkit karena terlibas kegiatan pengiriman benih bening lobster ke Vietnam yang marak.
Langkah menggulirkan program prioritas setidaknya memberikan karpet merah bagi peta jalan pengembangan komoditas unggulan. Prioritas peningkatan produksi dan ekspor menjadi keniscayaan di tengah kebutuhan dan peluang pasar dunia. Namun, tetap ada tantangan ”amunisi” mengejar target produksi.
Persoalan klasik yang selama ini menghambat pengembangan budidaya mesti segera diselesaikan, antara lain, kesiapan sarana produksi, meliputi ketersediaan benih unggul hingga pakan yang terjangkau. Selain itu, masalah perizinan, pengembangan teknologi, permodalan, dan logistik juga perlu dituntaskan.
Sebagai catatan, peta jalan pengembangan komoditas lobster hingga kini belum diterbitkan. Pemerintah belum menetapkan target produksi lobster budidaya, termasuk belum memaparkan rencana aksi pengembangan kluster budidaya, pemenuhan sarana-prasarana produksi, modernisasi teknologi, hingga akses pasar untuk mengatasi ketertinggalan budidaya lobster.
Selain itu, komitmen penyederhaan perizinan usaha masih perlu dibuktikan. Setidaknya, ada 21 jenis perizinan usaha tambak udang. Melalui implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, pemerintah menjanjikan penyederhaan persyaratan izin menjadi tiga jenis.
Sebagai catatan, peta jalan pengembangan komoditas lobster hingga kini belum diterbitkan.
Penetapan sejumlah target diharapkan sudah melalui kajian cermat agar tidak berakhir menjadi catatan di atas kertas belaka. Atau, berujung pada revisi target dan target yang gagal dicapai. Program terobosan perlu dikawal dengan data konkret dan langkah-langkah yang serius. Jika data belum tepat, saatnya dibenahi agar tidak ada perbedaan antara data di atas kertas dan realisasi di lapangan.