Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik agar meningkatkan penanaman modal guna mempercepat pemulihan ekonomi karena serangan pandemi Covid-19. Surabaya Raya ini merupakan jantung ekonomi Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/ AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Badan Koordinasi Penanaman Modal mendorong peningkatan investasi di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik atau Surabaya Raya di Jawa Timur untuk pemulihan ekonomi dalam masa pandemi Covid-19.
Terkait dengan itu, Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadia menemui Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, dan Bupati Gresik Gandi Akhmad Yani. Pertemuan yang turut dihadiri anggota DPR Mufti Anam itu diadakan di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Kamis (18/3/2021).
Menurut Lahadia, BPKM akan memperkuat kolaborasi dengan Surabaya Raya untuk meningkatkan investasi. Percepatan pemulihan ekonomi dengan investasi baru bisa diwujudkan meski aparatur terpadu juga sedang berjibaku menangani pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun dan belum teratasi.
”Investasi perlu dipacu seiring dengan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan dengan tujuan kehidupan negeri bisa pulih,” kata Lahadia.
Surabaya Raya menjadi perhatian karena merupakan jantung ekonomi Jatim. Megapolitan ini menyumbang 40 persen dari produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim yang mencerminkan seluruh kekuatan produksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu.
Peningkatan investasi akan difasilitasi dengan mempermudah perizinan sekaligus koordinasi antardaerah. (Eri Cahyadi)
Eri, Mudhlor, dan Yani berusia muda, yakni di antara 30-43 tahun sehingga diyakini punya semangat dan energi potensial untuk ide-ide baru dalam pemulihan daerah.
Menurut Eri, peningkatan investasi diperlukan untuk pembukaan lapangan kerja. Pandemi telah memukul perekonomian masyarakat dan dunia usaha. Beribu-ribu orang tidak bisa bekerja atau terkena pemutusan hubungan kerja akibat produksi sejumlah sektor yang anjlok terdampak pandemi. Investasi akan mendorong pembukaan lapangan kerja yang diharapkan menyerap kalangan masyarakat terdampak.
”Peningkatan investasi akan difasilitasi dengan mempermudah perizinan sekaligus koordinasi antardaerah,” kata Eri, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
Kurun 2020 atau selama serangan pandemi, nilai penanaman modal di Surabaya sebenarnya mencengangkan, yakni Rp 64 triliun. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan Rp 62 triliun pada 2019 atau sebelum serangan wabah Covid-19.
Investasi tertinggi ternyata dari dalam negeri, yakni Rp 41,92 triliun untuk sektor nonfasilitas dan Rp 20,63 triliun untuk sektor fasilitas. Investasi asing hanya Rp 1,5 triliun.
Menjaga ekosistem
”Kami harus menjaga ekosistem investasi dari aspek perizinan, kualitas sumber daya manusia, prasarana, dan sarana. Segala kekurangan harus bisa diatasi sehingga Surabaya bisa menjadi tujuan investasi kelas dunia,” kata Eri.
Menurut Mudhlor, peningkatan investasi untuk Surabaya Raya diharapkan dapat mendorong ketiga daerah tetap sebagai yang terkemuka. Selain itu, antardaerah perlu saling mengisi, mengingat karakteristik berbeda meski sama-sama berada di pesisir utara Jatim.
”Sektor unggulan yang ada di suatu daerah bisa mengisi kekurangan di daerah lain,” kata Muhdlor.
Yani mengatakan, kolaborasi amat penting agar antardaerah bersaing dengan sehat dan baik untuk mencapai kesejahteraan umum. Ketiga daerah diharapkan bisa segera menyelesaikan hubungan transportasi untuk lebih memudahkan mobilitas orang, barang, dan jasa.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya Andi Affandi Mattalitti mengatakan, mendukung kolaborasi dan keinginan ketiga kepala daerah di Surabaya Raya untuk peningkatan investasi. Pengusaha menunggu terobosan dan inovasi kebijakan Eri, Muhdlor, dan Yani.
”Setelah setahun diserang pandemi, perlu mencoba segera bangkit,” kata Andi Affandi.