Presiden meresmikan Bandara Toraja di Tanah Toraja, Sulsel, dan Bandara Pantar di Alor, NTT. Diharapkan, dua bandara itu mempermudah konektivitas wilayah tersebut ke tempat lain dan dapat memicu pertumbuhan ekonomi baru.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan pengoperasian dua bandar udara di daerah terpencil, Kamis (18/3/2021). Kedua bandara itu meliputi Bandara Toraja di Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Bandara Pantar di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Peresmian dilakukan di Terminal Penumpang Bandar Udara Toraja, Kabupaten Tana Toraja. Ini merupakan agenda pertama dari empat agenda Presiden dalam kunjungan kerja sehari di Provinsi Sulawesi Selatan. Mendampingi Presiden dalam peresmian itu adalah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Hadir pula di lokasi Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Toraja Theofillus Allorerung, dan Bupati Toraja Utara Kalatiku Parmbonan. Adapun tersambung secara virtual, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Bupati Alor Amon Djobo.
”Hampir setiap enam bulan selalu saya tanyakan ke Menteri Perhubungan, kapan bandara di Tana Toraja ini selesai. Kok enggak rampung-rampung. Akhirnya, hari ini bisa kita resmikan dan sudah beroperasi. Kita patut bersyukur,” kata Presiden dalam arahannya.
Selanjutnya, Presiden berharap agar keberadaan Bandara Toraja membuat konektivitas Kabupaten Tana Toraja dengan sejumlah daerah lain di Sulawesi dan luar Sulawesi semakin baik. Dengan demikian, pariwisata di Toraja yang selama sudah dikenal juga akan semakin berkembang. Akses wisatawan dari Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, dan daerah lain akan semakin mudah serta cepat ke daerah berjuluk ”Negeri di Atas Angin” itu.
Semoga dua bandara ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja, serta memicu dan menghidupkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru.
Pada saat yang sama, Presiden juga meresmikan Bandara Pantar di Pulau Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bandara yang dibangun sejak 2014 itu diharapkan melengkapi sekaligus menjadi alternatif dari jalur laut yang selama ini banyak digunakan masyarakat. Tantangan jalur laut adalah pada saat-saat tertentu gelombangnya tinggi.
”Semoga dua bandara ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja, serta memicu dan menghidupkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru,” kata Presiden.
Dalam laporannya, Budi menjelaskan, Bandara Toraja dibangun untuk mempermudah aksesibilitas. Sebelumnya, butuh waktu 8-9 jam perjalanan darat bagi masyarakat dari Kota Makassar ke Kabupaten Tana Toraja dan sebaliknya. Sementara perjalanan udara hanya membutuhkan waktu 50 menit.
Pembangunan Bandara Pantar di Kabupaten Alor, sama seperti Bandara Toraja, merupakan instruksi presiden. Intinya, konektivitas harus menjangkau daerah-daerah terluar. Dalam klasifikasi Kementerian Perhubungan, Bandara Toraja dan Bandara Pantar termasuk dalam kategori wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
Merujuk siaran pers Kementerian Perhubungan, Bandara Toraja di Kabupaten Tana Toraja dibangun dengan alokasi anggaran pembangunan senilai Rp 839 miliar. Bandara ini memiliki landas pacu sepanjang 2.000 meter dan selebar 30 meter. Saat ini, landas pacu yang sudah efektif beroperasi baru sepanjang 1.700 meter dilengkapi dengan apron berdimensi 94,5 meter x 67 meter berkapasitas dua parking stands untuk jenis pesawat ATR 72-500/600.
Bandara Toraja dan Bandara Pantar termasuk dalam kategori wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
Luas terminalnya adalah 1.152 meter persegi dengan kapasitas 45.000 penumpang per tahun. Desain bangunannya mengusung kearifan lokal rumah adat Toraja, yaitu Tongkonan, dilengkapi dengan lumbung padi yang disebut Alang. Bandara ini telah beroperasi sejak 4 September 2020. Sebanyak dua maskapai penerbangan telah beroperasi setiap hari, yakni Wings Air dan Citilink, untuk rute Makassar-Toraja dan sebaliknya.
Sementara Bandara Pantar di Kabupaten Alor, NTT, dibangun dengan alokasi anggaran APBN sebesar Rp 103 miliar. Landas pacunya sepanjang 900 meter dan selebar 30 meter dengan apron berdimensi 70 meter x 65 meter. Gedung terminal penumpang seluas 800 meter persegi dengan kapasitas 35.000 penumpang per tahun.
Bandara Pantar merupakan lapangan terbang peninggalan Jepang yang didarati oleh pesawat misionaris milik MAF hingga akhir 1972. Pembangunan bandara yang mulai dikerjakan tahun 2014 itu akhirnya selesai. Selama ini, masyarakat Pulau Pantar butuh waktu empat jam perjalanan laut menuju Pulau Alor dan sebaliknya.
”Dengan adanya bandara ini diharapkan masyarakat dapat terbantu dengan aksesbilitasnya yang lebih cepat,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto.