Pemerintah tidak duduk diam menunggu investasi. Perusahaan-perusahaan Jepang didekati untuk menggeliatkan investasi yang bakal menopang ekspor nasional.
Oleh
Agnes Theodora/m paschalia judith j
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Pemerintah intens menjajaki investasi dari perusahaan otomotif besar asal Jepang untuk menguatkan posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor otomotif. Penjajakan investasi itu diharapkan dapat mendorong kembali kinerja ekspor otomotif Indonesia yang sempat melemah akibat pandemi Covid-19.
Dalam kunjungannya selama dua hari ke Tokyo, Jepang, pada 10-11 Maret 2021, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan sejumlah perwakilan perusahaan otomotif raksasa asal Jepang, seperti Mazda, Honda, Toyota, Mitsubishi, dan Suzuki.
Dalam konferensi pers secara virtual dari Jepang, Kamis (11/3/2021), Agus Gumiwang mengatakan, meski berlangsung cukup alot, negosiasi singkat selama dua hari dengan sejumlah perusahaan otomotif tersebut membawa sinyal positif. Honda, misalnya, memberi komitmen untuk melanjutkan investasinya di Indonesia sebesar Rp 5,2 triliun sampai 2024.
Agus mengatakan, komitmen Honda untuk membangun pabrik di Indonesia terkait pula dengan pengembangan model kendaraan baru serta perluasan negara tujuan ekspor. Terkait dengan itu, Honda juga akan memindahkan pabriknya dari India ke Indonesia untuk mengembangkan produksi kendaraan listrik.
Honda, lanjut Agus, berkomitmen menambah jumlah negara tujuan ekspor sampai 31 negara di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, dari pabrik di Indonesia. ”Ke depan, mereka sudah berikan komitmen untuk menambah negara-negara tujuan ekspor dengan mengembangkan model baru yang akan dimulai pada tahun 2022,” katanya.
Komitmen menambah negara tujuan ekspor juga menjadi inti negosiasi pemerintah dengan Toyota. Agus mengatakan, Toyota berencana menambah investasinya sebesar 2 miliar dollar AS atau Rp 28 triliun di Indonesia hingga 2024 dengan kapasitas 250.000 unit per tahun.
Honda berkomitmen menambah jumlah negara tujuan ekspor sampai 31 negara di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, dari pabrik di Indonesia.
Lewat investasi itu, Toyota membuka peluang untuk membuka keran ekspor kendaraan dari pabrik Indonesia ke sejumlah negara. Salah satunya, mengekspor kendaraan utuh (completely built up) ke Australia dengan memanfaatkan kerja sama dagang Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).
”Toyota sudah memberi komitmen memperluas pasar ekspor, dari 80 negara yang sekarang sudah menjadi pasar ekspor Toyota, akan dikembangkan menjadi 100 negara pada 2024,” kata Agus.
Selain Honda dan Toyota, pemerintah juga intens melobi Mazda, yang selama ini belum pernah berinvestasi di Indonesia, untuk membuka pabrik pertamanya. Keputusan investasi dari Mazda baru akan diambil pada Mei 2021 saat jadwal kunjungan pemerintah yang berikutnya ke Jepang.
Agus mengatakan, negosiasi dengan Mazda merupakan yang paling alot dalam kunjungannya selama dua hari ke Jepang. Pemerintah berusaha meyakinkan Mazda bahwa Indonesia menyimpan potensi dan daya tarik besar untuk penjualan otomotif dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, mengingat rasio kepemilikan mobil yang masih rendah.
”Rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih sangat rendah dan penduduk kita sangat banyak sehingga potensi kita berkali-kali lipat dibandingkan negara Asia lainnya,” katanya.
Menggenjot ekspor
Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi menuturkan, penjajakan investasi ini diharapkan dapat mendongkrak kembali kinerja ekspor otomotif Indonesia yang sempat melesu akibat pandemi. Sebelum pandemi, Heri mengatakan, ekspor otomotif Indonesia mencapai 7 miliar dollar AS. Setelah pandemi, nilai ekspor sedikit menurun menjadi 6 miliar dollar AS.
Untuk menggenjot ekspor, insentif akan disiapkan untuk perusahaan yang berkomitmen merealisasikan dan mengekspansi investasi berorientasi ekspor, termasuk di sektor kendaraan listrik. ”Memang akibat pandemi ini, ada penurunan ekspor. Kita akan terus berusaha melobi (Mazda) terkait kesempatan investasi ini, termasuk memberikan insentif kalau mereka mau membangun basis produksi di Indonesia,” katanya.
Dalam negosiasi, lanjut Heri, Mazda menyampaikan minatnya untuk mengembangkan industri kendaraan listrik dan menggunakan pasokan baterai listrik dari Indonesia. Berdasarkan rencana bisnisnya, pada 2035, Mazda hanya akan menghasilkan mobil listrik. Jadi, yang saat ini didorong di Indonesia, kerja samanya dalam hal kendaraan listrik.
Tidak hanya di sektor otomotif, pemerintah juga terus menjajaki investasi di sektor lain yang berorientasi ekspor dan dapat mendorong substitusi impor. PT Frisian Flag Indonesia, misalnya, merealisasikan investasi tahap awal Rp 3,8 triliun untuk jangka waktu 2020-2023 dan membangun pabrik seluas 25 hektar di Cikarang, Jawa Barat.
Melalui investasi itu, perusahaan berkomitmen mengembangkan dan menguatkan kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah. ”Kami berharap kontribusi perusahaan terhadap sektor peternakan sapi perah rakyat untuk mendorong kuantitas dan kualitas susu segar dalam negeri terus berkelanjutan,” kata Agus.
Harapan itu seiring dengan program Kementerian Perindustrian untuk mewujudkan substitusi impor sebanyak 35 persen pada 2022. Pertumbuhan produksi susu segar dalam negeri perlu didongkrak agar dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu di Indonesia.