Perempuan masih terkendala untuk mandiri secara ekonomi, baik karena kesempatan kerja yang belum setara maupun adanya beban kerja domestik. Padahal, perempuan pekerja bisa membantu pemulihan ekonomi nasional.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peran perempuan di sektor ekonomi dinilai belum optimal karena beberapa hal, seperti beban kerja rumah tangga yang berat dan upah kerja yang lebih rendah dari laki-laki. Padahal, peran perempuan pekerja bisa membantu pemulihan ekonomi nasional. Perempuan pun didorong untuk berdaya dengan menjadi wiraswasta.
Beban perempuan terhadap pekerjaan rumah tangga masih tinggi. Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Eni Widiyanti mengatakan, perempuan Indonesia rata-rata menghabiskan 13,5 jam per hari untuk mengurus rumah tangga. Sementara itu, waktu rata-rata di Asia Pasifik 7,7 jam per hari.
Pada 2017, penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja pun lebih banyak laki-laki (77,95 persen) dibandingkan perempuan (48,12 persen). Perempuan lebih banyak mengurus rumah tangga (37,86 persen) daripada lelaki (3,65 persen).
”Ini menunjukkan bahwa pembagian tugas pengasuhan tak berbayar antara perempuan dan laki-laki di Indonesia belum seimbang,” kata Eni dalam diskusi daring, Jumat (12/3/2021).
Menurut laporan ”Dampak Covid-19 terhadap Gender dan Pencapain SDGs”, intensitas pekerjaan rumah tangga perempuan meningkat selama pandemi. Hal ini dialami 19 persen perempuan, sedangkan laki-laki hanya 11 persen.
Studi ini dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Indosat Ooredo pada 2020.
Menurut Eni, partisipasi perempuan di bidang ekonomi perlu didukung dunia usaha dan pemerintah. Jika tidak, perempuan akan selalu lebih miskin dibandingkan lelaki. Posisi perempuan juga rentan jika ada krisis di masa depan.
”Dukungan bisa berupa peningkatan infrastruktur guna menurunkan angka pengasuhan tak berbayar yang tinggi. Kemudian meningkatkan penggunaan perangkat digital pada perempuan. Ini untuk membuka peluang mereka menjadi wirausaha,” tutur Eni.
Head of Programme UN Women Dwi Yuliawati Faiz Dwi mengatakan, pandemi juga mengurangi pendapatan sebanyak 82 persen pada perempuan dan 80 persen pada laki-laki. Penurunan ini berpartisipasi terhadap kemunduran kesetaraan jender.
Kondisi itu semakin mempersulit posisi perempuan untuk berdaya. Sebab, menurut laporan ”Profil Perempuan Indonesia 2020” oleh Kementerian PPPA, perempuan dibayar lebih rendah dari laki-laki. Upah perempuan hanya 77,39 persen dibandingkan rasio upah lelaki.
Padahal, peran perempuan pekerja penting untuk ekonomi nasional. McKinsey Global Institute memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) bisa naik 135 miliar dollar pada 2025 jika tiga kondisi terpenuhi. Ketiganya adalah partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat, lebih banyak perempuan bekerja penuh waktu, dan lebih banyak perempuan bekerja di sektor dengan produktivitas tinggi.
Perempuan wirausaha bisa dibilang punya daya lenting yang tinggi. Jiwa kewirausahaan mereka keluar, kemudian jadi solusi kondisi ekonomi keluarga.
”Kita perlu menyadari bahwa ketidaksetaraan (jender) melebar saat pandemi. Penting untuk memulihkan ekonomi yang lebih baik dan setara. Dunia usaha juga perlu mengedepankan kesetaraan jender, bahwa kesetaraan baik untuk bisnis,” kata Dwi.
Menurut Dwi, perempuan punya potensi besar di bidang kewirausahaan. Mereka dinilai lebih mampu beradaptasi saat pandemi dibandingkan lelaki.
Sebanyak 59 persen usaha mikro yang melakukan diversifikasi dimiliki oleh perempuan. Sementara 52 persen usaha mikro yang mengikuti protokol kesehatan juga dimiliki perempuan.
”Perempuan wirausaha bisa dibilang punya daya lenting yang tinggi. Jiwa kewirausahaan mereka keluar, kemudian jadi solusi kondisi ekonomi keluarga (saat pandemi),” katanya.
Sementara itu, untuk mendukung keterampilan perempuan menjadi wirausaha, Danone Indonesia dan Stellar Women mengadakan Stellar Women Entrepreneurship Academy. Kegiatan ini berlangsung pada 23 Maret-16 April 2021 dan terbuka untuk umum. Peserta akan diberi pelatihan, modal usaha bagi peserta terpilih, dan kesempatan membangun jaringan.
Executive Director Indonesian Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Maya Juwita mengatakan, dunia usaha perlu membuka ruang bagi perempuan untuk maju. Hal ini tidak cukup dengan memberi kesempatan kerja yang sama antara perempuan dan laki-laki, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung ambisi perempuan.
Vice President Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan, pihaknya mendukung usaha perempuan untuk berkarier. Dukungan itu, antara lain, dilakukan dengan memberi jatah cuti melahirkan enam bulan untuk ibu dan 10 hari untuk ayah, menyediakan ruang laktasi dan bermain untuk anak, serta memberi gaji yang sama bagi perempuan dan laki-laki.