Vaksinasi bagi Pedagang Belum Mendongkrak Omzet di Pasar Tanah Abang
Pasar Tanah Abang belum seramai biasanya pascavaksinasi Covid-19 kepada pedagang dan pengelola pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak pemberian vaksinasi Covid-19 untuk pedagang dan pengelola pasar dilaksanakan pada Februari hingga Maret ini, aktivitas perdagangan di Pasar Tanah Abang, Jakarta, masih lesu. Namun, bagi sebagian pedagang, kondisi saat ini sudah berangsur membaik ketimbang masa awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020 lalu.
Arus lalu lintas di sekitar Pasar Tanah Abang pada Senin (8/3/2021) tampak ramai lancar. Di depan Blok B pasar itu, beberapa pedagang menenteng pakaian sembari menawarkannya kepada pengunjung yang melintas.
Seorang petugas keamanan berjaga di pintu masuk gedung pasar Blok B, tetapi ia tak melakukan pemeriksaan suhu tubuh kepada pengunjung yang datang. Di dalam pasar terdengar riuh suara pedagang menawarkan dagangannya kepada pengunjung yang lalu-lalang. Situasinya cukup ramai meskipun tak sampai menyebabkan kerumunan.
Umar, karyawan toko pakaian anak-anak, mengatakan, situasi saat ini belum seramai biasanya, tetapi mulai berangsur normal karena toko tak selalu sepi pembeli. Saat ini omzet tokonya dalam sehari berkisar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Nilai omzet itu hanya separuh dari omzet pada masa sebelum pandemi yang bisa mencapai Rp 5 juta ke atas dalam sehari.
”Situasi sekarang sudah lebih baik ketimbang pada masa awal pembatasan sosial. Sekarang mulai banyak pengunjung berbelanja di hari Jumat hingga Minggu,” ucap Umar.
Sementara itu, aktivitas pedagang dan pengunjung di Blok A tak jauh berbeda dengan Blok B. Hanya saja, di area ini petugas keamanan di pintu masuk pasar masih memeriksa suhu tubuh pengunjung dengan menggunakan termometer yang diarahkan ke tangan.
Ian, karyawan toko pakaian pria di Blok A, menuturkan, kondisi pasar sudah mulai ramai semenjak dosis kedua vaksinasi Covid-19 diberikan kepada pedagang dan pengelola pasar pada Rabu (3/3/2021) pekan lalu. Terutama pada Sabtu dan Minggu, menurut dia, pasar cukup ramai pengunjung.
”Pas pembatasan sosial di sini sepi sekali. Sekarang mulai agak ramai (pengungjung). Sehari ada beberapa potong pakaian yang bisa terjual, tetapi omzet masih berkurang jauh (dibandingkan sebelum pandemi),” kata Ian.
Pengangkut barang
Tak hanya pedagang, buruh pengangkut barang di Pasar Tanah Abang juga alami penurunan pendapatan selama pandemi ini. Afandi, pramubarang atau pengangkut barang di Blok B, pun menilai situasi saat ini masih tergolong sepi karena dalam sehari pengguna jasanya hanya satu atau dua orang. Padahal, sebelum pandemi, penguna jasanya bisa lima orang per hari.
”Senin sampai Kamis sepi. Bisa dua sampai tiga kali angkut barang dari toko sudah bersyukur,” ujar Afandi.
Aliyudin, pengangkut barang di Blok A, pun mengaku pendapatannya turun drastis semenjak pandemi. Sebelum pandemi, ia bisa memperoleh pendapatan Rp 500.000 dalam sehari. Namun, sekarang pendapatannya hanya Rp 100.000.
”Sekarang pengunjung sudah lumayan, tetapi kebanyakan masih seputar Jabodetabek. Sehari ini baru sekali angkut barang, dapat Rp 15.000,” ucapnya.
Sementara itu, pembeli menahan diri untuk belanja di Pasar Tanah Abang karena mereka juga terdampak pandemi. Salah satunya Wawan, pedagang pakaian di Pasar Kalideres.
Semenjak pandemi, Wawan bersama istrinya berbelanja hanya sekali dalam sebulan. Padahal, sebelum pandemi, ia bisa belanja pakaian di Pasar Tanah Abang untuk memenuhi kebutuhan barang dagangannya di Pasar Kalideres, itu minimal sekali dalam sepekan.
”Jualan di Kalideres sepi, jadi belanja ke Tanah Abang kalau sudah balik modal,” ujar Wawan.
Merosot
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia DKI Jakarta Diana Dewi menyebutkan, dengan merujuk data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, tak kurang dari 40 persen total produksi tekstil nasional dipasarkan di Pasar Tanah Abang. Nilai perdagangannya tak kurang dari Rp 30 triliun per tahun atau Rp 2,5 triliun per bulan.
Sejak pandemi, lanjutnya, omzet perdagangan tekstil di Pasar Tanah Abang merosot 50 persen. ”Dari data kami penurunan omzet yang ada di Pasar Tanah Abang (selama pandemi Covid-19) mencapai 50 persen. Saat ini omzet mereka sekitar Rp 1,25 triliun per bulan,” kata Diana, yang dihubungi lewat telepon.
Menurut Diana, berbagai cara sudah dilakukan pedagang Pasar Tanah Abang untuk meningkatkan omzet penjualan meskipun usaha itu masih belum membuahkan hasil. Upaya itu, antara lain, dengan promosi melalui media sosial dan platform e-dagang.
”Usaha para pedagang (melakukan promosi melalui media sosial dan platform e-dagang) tampaknya belum dapat mengembalikan omzet mereka seperti pada masa sebelum pandemi,” ujarnya.