Meski Sudah Divaksin, Jangan Pelesir ke Luar Negeri Dulu
Vaksinasi oleh sebagian masyarakat dianggap lampu hijau untuk dapat kembali bepergian atau berlibur ke luar negeri. Munculnya varian baru virus SARS-CoV-2 perlu diwaspadai masyarakat dengan tetap membatasi mobilitas.
JAKARTA, KOMPAS — Vaksinasi oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai lampu hijau untuk dapat kembali bepergian atau berlibur ke luar negeri. Munculnya varian baru virus SARS-CoV-2 perlu diwaspadai masyarakat dengan tetap membatasi mobilitas.
Meningkatnya minat masyarakat untuk kembali bepergian ke luar negeri terlihat dari survei terbaru oleh marketplace perjalanan daring Wego.co.id yang dirilis pekan ini.
Berdasarkan survei terhadap 306 pengguna aplikasi dan situs Wego di Indonesia, 40 persen pejalan Indonesia berencana bepergian ke luar negeri setelah mendapatkan vaksin Covid-19.
Survei yang dilakukan pada 28 Januari-10 Februari 2021 tersebut mencatat, berdasarkan kategori usia, mayoritas pejalan Indonesia berumur 35-44 tahun menyatakan akan melakukan perjalanan internasional setelah mendapat vaksin (48 persen).
Responden di kategori usia yang lebih muda, yakni 18-24 tahun dan 25-34 tahun, juga menyatakan hal serupa dengan persentase masing-masing 40 persen dan 37 persen. Mereka yang minat berwisata setelah vaksin menargetkan destinasi di Asia Timur (30 persen), Asia Tenggara (24 persen), dan Eropa (15 persen) sebagai tujuan wisata.
Sementara itu, kategori usia yang lebih tua, yakni 45-54 tahun, paling banyak menjawab ”mungkin”. Secara keseluruhan, responden yang menjawab ”mungkin” 39,5 persen. Di sisi lain, hanya 20,5 persen wisatawan Indonesia yang tidak memandang vaksin sebagai jaminan perjalanan internasional yang aman.
Baca juga : Tahun Budaya Keamanan Penerbangan 2021 Diluncurkan
”Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan Indonesia berusia 18-44 tahun lebih siap bepergian setelah inokulasi,” kata Kaushal Pilikuli selaku Growth Marketing Director APAC Wego saat merilis hasil survei pekan ini.
Sebanyak 46 persen responden mengaku akan merasa lebih aman untuk bepergian jika telah cukup banyak penduduk di tempat tujuan mendapatkan vaksin. Adapun 21 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan perjalanan sampai kehidupan kembali seperti saat sebelum pandemi.
Alasan utama wisatawan Indonesia tetap tidak ingin bepergian ke luar negeri meski sudah ada program vaksin adalah karena takut tertular Covid-19 (47 persen) di perjalanan, tidak mengetahui syarat masuk negara tujuan atau larangan perjalanan internasional yang sedang berlaku (14 persen), dan masalah kesehatan selain Covid-19 (13 persen).
Kewaspadaan baru
Seiring vaksin mulai didistribusikan ke banyak penduduk dunia, termasuk Indonesia, jumlah pertambahan kasus positif Covid-19 cenderung menurun. Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, pertambahan kasus positif Covid-19 secara global mengalami penurunan sejak Januari 2021. Penurunan terendah terjadi pada Februari 2021 dengan pertambahan kasus rata-rata di bawah 400.000 orang per hari.
Kendati demikian, dalam seminggu terakhir di awal Maret, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia kembali menunjukkan kenaikan. Hal lain yang juga menjadi kewaspadaan baru bagi masyarakat di dunia adalah menyebarnya varian baru korona atau SARS-CoV-2.
Selain lebih menular, sejumlah varian baru berpotensi menurunkan efektivitas vaksin. ”Mutasi ini menjadi tantangan terbesar saat ini. Kita harus lebih hati-hati,” kata Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman David Handojo Muljono dalam diskusi daring, Jumat (5/3/2021).
Ketua Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia sekaligus tim ahli Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Tri Yunis Miko menyarankan masyarakat untuk menahan diri bepergian ke luar negeri jika tidak penting. Selama cakupan vaksinasi di Indonesia atau negara tujuan masih rendah, risiko penularan Covid-19 tetap tinggi.
”Jangan bepergian ke luar negeri dulu, kecuali cakupan vaksinasi (di Indonesia) sudah di atas 60 persen, sekarang baru sekitar 5 juta orang. Sabar dulu hingga status Covid-19 turun menjadi endemik dan dapat diisolasi dengan baik oleh pemerintah daerah atau suatu negara,” pesannya.
Baca juga : Waspadai Lima Varian Baru SARS-CoV-2
Menurut dia, mutasi tersebut berpotensi menyebabkan vaksin kurang efektif kendali masih bisa dikendalikan. ”Dengan satu mutasi atau bahkan tiga mutasi, diharapkan antibodi akan tetap mengenali varian ini,” lanjutnya.
Sebagai salah satu cara untuk menekan jumlah orang yang terinfeksi virus korona jenis baru, Satgas Covid-19 mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada 9 Februari 2021. Ini memperbarui SE Nomor 6 Tahun 2021 yang berakhir pada 8 Februari 2021.
SE tersebut mengatur ketentuan bagi warga negara Indonesia (WNI) dan pelaku perjalanan internasional yang masuk ke wilayah Indonesia untuk memproteksi WNI dari kasus impor.
”Tujuan SE ini adalah untuk melakukan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi dalam rangka mencegah terjadinya peningkatan penularan Covid-19, termasuk varian virus SARS-CoV-2 baru yang telah bermutasi menjadi varian B117, D614G, dan P1 serta potensi berkembangnya virus SARS-CoV-2 varian baru lainnya,” tutur Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, yang menandatangani SE tersebut.
Wisatawan domestik
Dengan masih terbatasnya mobilitas wisatawan mancanegara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menilai, masa pandemi dapat menjadi momentum untuk menarik wisatawan berkualitas dari dalam negeri. Ia juga mengingatkan masyarakat agar bangga dan mencintai wisata dalam negeri.
Dalam rapat kerja bersama Kementerian Perdagangan, Kamis (4/3/2021), ia menyebut, ada 55 juta lebih penduduk kelas ekonomi menengah atas yang berpotensi menyaingi kualitas wisatawan mancanegara. Kebanyakan dari mereka disebut mampu menghabiskan hampir 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 150 triliun per tahun untuk berwisata di luar negeri.
”Jadi, ada Rp 150 triliun yang keluar dari Indonesia setiap tahunnya karena kita hobi berlibur ke luar negeri,” kata Sandiaga melalui siaran virtual di Youtube.
Baca juga : Penerapan Protokol Kesehatan untuk Menggenjot Wisatawan Domestik
Sampai tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 16,1 juta dan menyumbang devisa 17,6 miliar dollar AS atau di bawah target Rp 20 miliar dollar AS. Ke depan, Sandiaga mendorong agar Indonesia tidak terus mengejar kemampuan negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia, dalam menarik kunjungan wisatawan asing berkualitas.
Indonesia dinilai perlu menarik lebih banyak wisatawan domestik yang berdaya beli tinggi dan dapat meningkatkan lama tinggal di destinasi wisata. Upaya ini, menurut dia, perlu dilakukan dengan memperbaiki kualitas destinasi dalam negeri.
”Pandemi ini akan mengubah pola pikir kita untuk mengarah pada kualitas yang lebih baik, pariwisata yang lebih berkelanjutan, dan mendukung pengembangan ekonomi kreatif,” kata Sandiaga.