Rendahnya tingkat suku bunga dalam negeri berpotensi menciptakan aliran modal asing keluar saat suku bunga di luar negeri kembali meningkat.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski meningkat pada Februari 2021, cadangan devisa Indonesia ke depan berpotensi tergerus karena dipicu kecenderungan keluarnya aliran modal dari dalam negeri. Hal ini perlu diwaspadai mengingat normalisasi imbal hasil obligasi dan suku bunga acuan global tengah terjadi di tengah tren suku bunga domestik yang rendah.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2021 sebesar 138,8 miliar dollar AS (Rp 1.988 triliun). Jumlah ini meningkat dari posisi pada akhir Januari 2021 yang sebesar 138 miliar dollar AS (Rp 1.977 triliun).
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, Jumat (5/3/2021), mengatakan, cadangan devisa Indonesia ke depan diprediksi cenderung menurun. Rendahnya tingkat suku bunga dalam negeri berpotensi menciptakan aliran modal asing keluar saat suku bunga di luar negeri kembali meningkat.
”Kemungkinan normalisasi suku bunga di luar negeri tetap harus diwaspadai. Di sisi lain, perdagangan global yang cenderung meningkat volumenya tidak memberi dampak terhadap cadangan devisa,” ujarnya.
Kemungkinan normalisasi suku bunga di luar negeri tetap harus diwaspadai. Di sisi lain, perdagangan global yang cenderung meningkat volumenya tidak memberi dampak terhadap cadangan devisa.
Sementara itu, ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menuturkan, di pasar obligasi, kepemilikan asing terhadap surat berharga negara (SBN) turun sekitar 1,06 miliar dollar AS. Penurunan ini merupakan respon tren kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah AS atau US Treasury sebesar 34 basis poin.
Peningkatan imbal hasil obligasi AS ini berpotensi mendorong kenaikan imbal hasil obligasi global lainnya. Untungnya, rata-rata nilai tukar rupiah cenderung bergerak stabil di level Rp 14.029 per dollar AS.
”Selain itu, penurunan cadangan devisa juga terindikasi dari penyerapan valuta asing melalui lelang term doposit (penempatan dana berkangka) valuta asing perbankan sepanjang Februari yang cenderung menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ujarnya.
Tren kenaikan obligsi AS sepanjang pekan ini membuat rupiah bergerak melemah. Pada Jumat, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI sebesar Rp 14.371 per dollar AS, atau melemah 0,5 persen dalam sepekan.
Di pasar obligasi, kepemilikan asing terhadap SBN turun sekitar 1,06 miliar dollar AS. Penurunan ini merupkan respon tren kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah AS sebesar 34 basis poin.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengemukakan, posisi cadangan devisa negara saat ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Februari 2021 terutama dipengaruhi penarikan pinjaman pemerintah dan penerimaan pajak.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," ujarnya melalui siaran pers.
BI mencatat total modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia mulai awal tahun hingga 4 Maret 2021 mencapai Rp 1,56 triliun. Sementara itu, berdasarkan data transaksi 1-4 Maret 2021, total aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia mencapai Rp 400 miliar.