Kresnayana Yahya, Dosen “Meh Sembarang Iso” Itu Berpulang
Covid-19 merenggut kehidupan Kresnayana Yahya, dosen senior statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam perawatan di RS Mitra Keluarga, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/3/2021).
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) merenggut kehidupan Kresnayana Yahya (72), dosen senior statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur.
Pengajar yang dijuluki serba bisa atau dalam bahasa suroboyoan ialah meh sembarang iso itu berpulang dalam perawatan di RS Mitra Keluarga, Surabaya, Jumat (5/3/2021) pukul 14.49 WIB. Pendiri dan CEO Enciety Business Consultant ini berpulang dalam usia 72 tahun. Lelaki kelahiran Jakarta pada 3 Agustus 1949 ini meninggalkan istri tercinta Ester Hanaja.
“Kami sivitas akademika ITS kehilangan salah satu putra terbaik,” kata Kepala Unit Komunikasi Publik ITS, Anggra Ayu Rucitra di Surabaya.
Kepergian Kresnayana Yahya atau “kesederhaan perjalanan hidup Sri Kresna” bukan sekadar kehilangan besar bagi ITS melainkan bagi kalangan masyarakat Jatim. Bagi kami yang berprofesi sebagai jurnalis, Pak Kresna adalah salah satu narasumber terbaik. Almarhum ibarat sumur yang tak pernah kering untuk diminum pengetahuannya.
Almarhum adalah sosok yang hebat dan betul-betul memberikan banyak ilmu termasuk motivasi bangi banyak orang terutama pelaku usaha kecil (Tri Rismaharini)
Meski kepakaran dalam matematika dan statistika, Pak Kresna merupakan sosok pembelajar. Tak segan Pak Kresna belajar bidang lain bahkan menguasainya. Spektrum pengetahuan Pak Kresna begitu luas dan teramat banyak almarhum memberikan solusi yang sejuk dan teduh. Berbagai perusahaan dan pemerintahan di Jatim tentu pernah mendapat “pencerahan” dari Pak Kresna untuk menentukan strategi atau kebijakan terbaik.
Dalam Bincang Kompas bertema Keberpihakan Swasta dalam Mengokohkan Posisi UMKM di Jatim, 5 September 2019, di Surabaya, Pak Kresna menekankan bahwa Jatim dan Indonesia tidak bisa mengabaikan kekuatan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sektor ini terbukti paling bertahan hidup saat krisis ekonomi 1998.
Bahkan, sejak serangan pandemi Covid-19 pada 2 Maret 2020, sampai sekarang, UMKM kembali membuktikan diri sebagai sektor yang mampu bertahan. UMKM juga merupakan jalan keluar bagi kelompok yang terdepak alias terkena pemutusan hubungan kerja karena kinerja perusahaan merosot sebagai dampak wabah.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, Pak Kresna merupakan penginspirasi banyak orang. Almarhum menginspirasi bukan sekadar dalam bidang ekonomi melainkan juga sosial.
“Almarhum adalah sosok yang hebat dan betul-betul memberikan banyak ilmu termasuk motivasi bangi banyak orang terutama pelaku usaha kecil,” kata Risma, mantan Wali Kota Surabaya.
Kresnayana bagi Risma tak sekadar bagi guru, tetapi juga motivator yang tak kenal lelah terus memberikan masukan terutama menyangkut perkembangan Kota Surabaya. "Pak Kresnayana tak pernah menolak memberikan motivasi bagi pelaku usaha mikro, agar tangguh dan cepat mengikuti perkembangan pasar," ujar Risma.
Tak kenal lelah
Diah Arfianti, pemilik Diah Cookies Surabaya, merasa kehilangan atas kepergian Pak Kresna. Almarhum tak pernah lelah berbagi ilmu untuk pengembangan pengusaha mikro, kecil, menengah yang tergabung dalam program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda.
"Selalu membuka wawasan agar kalau sudah menggeluti satu bidang usaha jangan tanggung-tanggung dan terus berekspresi serta mengikuti selera dan perkembangan pasar," ujar Diah.
Dalam buku Sosok dan Kiprah Kresnayana Yahya, Sang Pejuang Statistika di Mata Mereka terbitan ITS September 2014, disebutkan bahwa almarhum turut merintis, mengajar, dan mengembangkan Jurusan Statistika di ITS.
Pak Kresna merupakan lulusan SMA Kristen Petra Embong Wungu. Pada 1968, Pak Kresna masuk kuliah di Jurusan Matematika ITS sekaligus Jurusan Matematika IKIP Surabaya (kini Universitas Negeri Surabaya).
Semasa menjadi mahasiswa, Pak Kresna dikenal di kalangan koleganya sebagai pecinta buku. Ke mana-mana, buku tebal tentang matematika selalu dibawa. Almarhum juga aktif di kegiatan kemahasiswaan sehingga ketika itu dikenal dan disegani di ITS.
Pada 1976, Pak Kresna diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil di ITS dan tiga tahun kemudian tugas belajar statistika di Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat. “Saya yakin jurusan statistika akan melejit dari ilmu-ilmu lain sampai ke depannya,” ujar almarhum dalam buku tersebut.
Pak Kresna adalah Ketua Jurusan Statistika ITS kurun 1983-1988. Di masa kepemimpinannya, Jurusan Statistika berkembang dalam tiga konsentrasi yakni industri, bisnis, dan komputasi. Inilah kekhasan jurusan statistika ketika itu dibandingkan dengan kampus-kampus terkemuka lainnya di Nusantara. Kekhasan itu turut dilahirkan oleh Pak Kresna yang selalu berkemeja batik dan ketika muda merupakan atlet lari, lompat tinggi, dan voli.