PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) berkomitmen memproduksi mobil-mobil ramah lingkungan. Komitmen juga diwujudkan dalam bentuk riset bersama tujuh perguruan tinggi di Indonesia.
Oleh
Fajar Ramadhan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren dunia bergerak ke arah keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Di sektor otomotif, produsen mulai gencar memproduksi kendaraan ramah lingkungan.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) berkomitmen memproduksi mobil-mobil ramah lingkungan. Komitmen juga diwujudkan dalam bentuk riset bersama tujuh perguruan tinggi di Indonesia dalam 2-3 tahun terakhir. Riset bertujuan mencari tahu model elektrifikasi yang bisa dikembangkan pada kendaraan di dalam negeri.
Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono mengungkapkan, negara-negara tujuan ekspor produk TMMIN menetapkan batasan emisi tertentu. ”Di Arab Saudi, misalnya, mobil beremisi tinggi langsung diberi label merah saat di dealer agar tidak dibeli konsumen,” katanya saat berkunjung secara virtual ke harian Kompas, Kamis (4/3/2021).
Kunjungan bersama Direktur TMMIN Bob Azam dan manajemen TMMIN tersebut diisi dengan diskusi soal industri otomotif di Indonesia bersama Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra.
Bob Azam mengatakan, salah satu cara untuk mencapai industri otomotif rendah emisi adalah pengembangan kendaraan listrik. Pengembangan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai teknik-teknik elektrifikasi.
Pengembangan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri memerlukan sumber daya manusia yang menguasai teknik-teknik elektrifikasi.
”Membuat electronic jacket dari baterai, misalnya, cukup kompleks. Komponen ini yang akan mengatur manajemen energinya,” katanya.
SDM dengan keahlian elektrifikasi juga menyesuaikan layanan purnajual, pemasaran, dan rantai pasok dalam industri otomotif. Bahkan, berperan dalam proses mengedukasi konsumen perihal kendaraan listrik secara masif.
”Untuk memperkenalkan (mobil) dari transmisi manual ke otomatis saja butuh waktu 10 tahun,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyampaikan, pemerintah menargetkan 15 juta kendaraan listrik beroperasi di Indonesia pada 2023. Kendaraan sebanyak itu terdiri dari 2 juta unit roda empat dan 13 juta unit roda dua.
Target tersebut dapat menghemat impor bahan bakar minyak setara 77.000 barel per hari. Pengurangan impor tersebut menghemat devisa 1,8 miliar dollar AS dan menurunkan emisi gas karbon 11,1 juta ton.
Dari sisi pembiayaan, Bank Indonesia menerbitkan kebijakan yang membolehkan uang muka nol persen untuk kredit kendaraan bermotor berwawasan lingkungan atau ramah lingkungan. Aturan ini berlaku sejak 1 Oktober 2020.