UMKM mesti melakukan transformasi digital, transformasi hijau, dan transformasi keselamatan agar berkembang dan berdaya saing.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi ke arah digital yang dilakukan usaha mikro, kecil, dan menengah bukan hanya dari sisi pemasaran atau penjualan. Transformasi digital juga menyentuh perencanaan dan produksi agar UMKM semakin berkembang dan berdaya saing.
Duta Besar RI untuk Republik Korea Umar Hadi, Kamis (4/3/2021), mengatakan, transformasi digital merupakan keharusan di era digital seperti saat ini. ”Digitalisasi juga harus dimanfaatkan mulai dari perencanaan, proses produksi, hingga riset pasar,” katanya dalam seminar daring bertema ”Export Revolution: Goodbye Ekspor Konvensional, Langkah Strategis Menduniakan Produk UMKM Indonesia”.
Ia menambahkan, saat ini banyak modul atau materi yang bisa dipelajari secara daring, termasuk untuk meriset pasar secara digital. Layanan internet yang cukup baik di Indonesia merupakan faktor pendukung bagi UMKM bertransformasi digital.
Namun, menurut Umar, saat ini transformasi digital saja juga belum cukup. Pelaku UMKM harus melakukan transformasi hijau, yakni dengan menjalankan usaha secara ramah lingkungan, seiring kecenderungan konsumen di banyak negara maju memilih produk-produk ramah lingkungan. Konsumen ini menghargai produk dari suatu proses produksi yang tidak merusak lingkungan dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara semena-mena.
”Konsumen di Korea Selatan, misalnya, selalu hati-hati dalam belanja dengan melihat kandungan suatu produk. Mereka betul-betul mencari produk yang green (ramah lingkungan),” ujarnya.
Transformasi keselamatan, lanjut Umar, juga harus dilakukan pelaku UMKM. Semua bentuk dan tempat usaha mesti memenuhi aspek keselamatan yang berkaitan erat dengan keamanan dan kesehatan. Pelaku usaha yang hendak mengekspor produk mereka ke Korea Selatan mesti memperhatikan tren pilihan konsumen.
Ekspor Indonesia ke Korea Selatan pada 2020 sekitar 8 miliar dollar AS. ”Akibat pandemi, nilai ekspor tahun lalu turun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang sempat mencapai 11 miliar dollar AS hingga 12 miliar dollar AS,” kata Umar.
Sekitar 30 persen dari total ekspor Indonesia ke Korea Selatan berupa bahan mentah, terutama batubara dan mineral. Oleh karena itu, ada peluang menggenjot ekspor produk lain ke Korsel, antara lain produk turunan kelapa sawit. Alasannya, industri makanan-minuman olahan dan industri kosmetik di Korsel belum banyak mengadopsi bahan dari minyak sawit.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Muhammad Neil El Himam menuturkan, saat ini ada tren peningkatan pemanfaatan teknologi digital untuk menangkap peluang ekonomi, terutama dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. Transformasi digital UMKM diperlukan agar mereka dapat menjangkau lebih banyak konsumen dengan lebih efektif dan efisien.
Saat ini ada tren peningkatan pemanfaatan teknologi digital untuk menangkap peluang ekonomi, terutama dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19.
Menurut dia, UMKM Indonesia perlu strategi efektif agar produk mereka dapat diterima pasar Korsel. ”Kualitas produk harus baik, dikemas menarik, dan menggunakan bahan alami atau organik. Tentunya UMKM juga perlu aktif dalam pameran dagang atau seminar daring untuk mengetahui kondisi pasar,” katanya.
Ketua Umum Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (Kopitu) Yoyok Pitoyo mengatakan, pelaku UMKM berharap kebangkitan baru pada tahun ini. ”Pemerintah dan asosiasi-asosiasi UMKM perlu bersinergi agar kita semua dapat mengatasi dampak pandemi Covid-19, termasuk di bidang ekonomi,” katanya.
Produk dalam negeri
Secara terpisah, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan, pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengajak mencintai produk dalam negeri dan membenci produk luar negeri merupakan bentuk afirmasi peran negara. Peneguhan ini untuk memberi peluang lebih besar kepada produk lokal.
Ajakan itu disampaikan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Kamis. ”Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal untuk produk-produk Indonesia,” kata Presiden (Kompas.id, 4/3/2021).
Menurut Teten, Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut karena menilai masih ada ketidakberpihakan kepada produk lokal UMKM dalam praktik di pusat perbelanjaan maupun perdagangan digital. ”Presiden mengajak kita membela, melindungi, dan memberdayakan UMKM agar naik kelas,” kata Teten melalui pesan tertulis.
Presiden mengajak kita membela, melindungi, dan memberdayakan UMKM agar naik kelas.
Teten menegaskan, pernyataan Presiden tersebut bukan berarti anti-impor. Faktanya, kebijakan impor selama ini juga tidak menghambat jenama asing masuk.
Keinginan Presiden agar produk lokal mendapat tempat lebih baik adalah praktik yang wajar dilakukan pemerintah di semua negara. Hal ini disebabkan tidak banyak jenama lokal dengan dukungan sumber daya tidak seimbang sanggup bersaing secara setara dengan jenama global.
”Membela produk UMKM harus dilakukan dengan pilihan kata-kata yang tajam biar semua orang jadi tersadar bahwa kita harus bangga dengan hasil karya anak bangsa sendiri,” ujar Teten.