Media Sosial Berbayar Bakal Mendisrupsi Sejumlah Aktivitas
Sejumlah media sosial akan memperkenalkan beberapa layanan yang membuat para pengguna tidak bisa lagi mendapatkan akses bebas. Banyak aktivitas yang ada selama ini akan terpengaruh.
Oleh
Andreas Maryoto
·5 menit baca
Sejumlah media sosial sudah mengumumkan bakal memungut uang untuk beberapa layanannya. Mereka akan memperkenalkan beberapa layanan yang membuat para pengguna tidak bisa lagi mendapatkan akses bebas. Kecenderungan berbayar ini akan mendisrupsi beberapa aktivitas bisnis.
Pada pekan lalu Twitter mengumumkan fitur yang memungkinkan pemilik akun untuk mengenakan biaya pada para pengikutnya agar mereka bisa mengakses pada konten-konten ekstra. Mereka juga bakal membuat fitur yang memungkinkan pemilik akun membuat grup dan bergabung ke dalam kelompok dengan minat khusus.
Fitur bernama Super Follows ini membuat pemilik akun bisa mendapatkan uang dari para pengikutnya. Selama ini para pengikut bisa menikmati konten-konten gratis sementara pemilik akun mungkin bekerja keras untuk membuat konten. Mereka yang menjadi pengikut dan mau membayar akan mendapatkan bonus seperti cuitan ekstra, akses untuk masuk ke dalam komunitas, langganan kabar terbaru, dan tanda bahwa pengikut memberikan dukungan.
Di dalam sebuah uji coba, Twitter memperlihatkan sebuah contoh seorang pengikut harus membayar 4,99 dollar AS untuk mendapat sejumlah keuntungan di atas. Sistem ini sedang dikembangkan oleh beberapa platform, seperti Youtube, Facebook, dan GitHub. Mereka memberi nama sistem pembayaran langsung ke kreator (direct creator payment). Pengikut atau pengguna bisa langsung membayar ke pembuat konten.
Salah satu aktivitas yang terdampak adalah kepenulisan opini di berbagai media, baik cetak maupun daring. Para penulis terkenal apalagi mereka familier dengan media sosial sangat boleh jadi akan menggunakan fitur itu dan mengenakan pembayaran bagi pengikutnya. Jika uang yang didapat sangat besar, para penulis opini tidak lagi mengirim tulisan ke rubrik opini, tetapi mengelolanya secara mandiri.
Selama ini terlihat mulai ada keterbelahan. Ada yang jago menulis di rubrik opini di media cetak dan daring, tetapi mereka lemah di media sosial. Ada pula sebaliknya, ada yang jago menulis di media sosial, tetapi lemah sekali di kepenulisan media cetak dan daring. Inovasi semacam Super Follows ini menjadi lahan yang pas bagi mereka yang jago di kepenulisan opini di media cetak dan daring, tetapi ia juga pintar berkomunikasi di media sosial.
Perusahaan sindikasi yang berbasis konten mungkin juga bakal ditinggalkan. Para penulis kolom mungkin bakal memilih mengunggah tulisan di Super Follows dan mendapat uang dari aktivitas ini ketimbang mengirim ke media massa. Mereka cukup mudah untuk mengunggah dan juga mendapatkan uang. Jasa perantara yang sudah lama terdisrupsi akan semakin hilang dengan temuan-temuan teknologi. Mereka tidak bisa lagi mengandalkan jaringan karena jaringan telah diambil alih oleh platform.
Para penulis sastra, seperti cerpen dan novel, sangat boleh jadi juga akan bermigrasi ke fitur Super Follows. Mereka bisa menuangkan karya tertulis di fitur itu dan mendapatkan respons dari para pengikutnya. Mereka juga bisa menambahkan aktivitas kecil seperti soal kelanjutan cerita di fitur. Meski dalam kasus ini, produk cetak untuk cerpen dan novel masih memiliki tempat di hati para pembacanya sehingga tak mudah begitu saja tergantikan.
Sebelumnya media sosial baru berbasis suara Clubhouse yang sejak awal memastikan sebagai tempat untuk berbincang dan belajar telah mengumumkan akan membuat fitur sistem pembayaran. Oleh karena itu, para pengguna tidak bisa mengakses bebas untuk semua obrolan. Sistem pembayaran akan diterapkan untuk pemberian tips, tiket masuk, dan biaya langganan sehingga pembuat konten bisa mendapatkan uang dari aktivitas mereka.
Di dalam kasus media sosial berbasis suara ini, aktivitas yang bakal terdisrupsi adalah seminar dan acara bincang-bincang yang selama ini membutuhkan waktu dan tempat khusus. Penyelenggara acara harus menyiapkan tempat khusus, dan peserta harus datang dan mengalokasikan waktu untuk mengikuti acara. Dengan media sosial berbasis suara itu, acara seminar atau bincang-bincang bisa dilaksanakan kapan pun. Mereka bisa melakukannya sejak pagi hingga malam hari.
Google juga sudah membuat fasilitas untuk menghimpun media-media yang memiliki mutu baik, yaitu mereka yang menjalankan laku jurnalisme. Saat ini mereka memberikan uang kepada para pengelola media sebagai kompensasi mereka bergabung. Ke depan sangat mungkin Google akan mengenakan pembayaran bagi mereka yang mengakses informasi bermutu, seperti layanan Google lainnya semula gratis, tetapi kemudian berbayar.
Facebook juga berencana membuat layanan sejenis. Mereka tidak mau lagi disebut sebagai platform yang berisi ujaran kebencian dan hoaks. Mereka mulai melakukan bersih-bersih. Facebook juga merencanakan membuat program semacam Google yang menghimpun media-media bermutu sehingga audiens bisa mendapatkan informasi yang akurat. Mereka akan mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk program ini. Suatu saat mereka juga sangat mungkin menerapkan pembayaran untuk audiens yang mengonsumsi informasi yang bernilai tinggi.
Upaya Google dan Facebook akan mendisrupsi media-media yang mengejar klik melalui berita sensasional dan bermutu rendah. Kedua platform secara tidak langsung akan melabeli media yang bermutu dan media yang tidak bermutu. Audiens tak perlu membayar untuk berita yang tidak jelas, tetapi audiens akan diajak untuk mengonsumsi berita yang menjalankan laku jurnalisme dan mereka mau membayar.
Fenomena ini memberi pelajaran bagi kita bahwa disrupsi di media ternyata tidak berhenti ketika media daring muncul menggantikan media konvensional. Media daring pun yang selama ini dikonsumsi banyak orang sudah mulai terdisrupsi juga. Oleh karena itu, kita lebih baik bersikap, disrupsi tidak akan berhenti. Kita perlu terus berinovasi yang waktunya tidak terbatas karena temuan baru akan bermunculan.
Sejumlah orang mungkin berpandangan disrupsi media sosial berbayar masih akan lama. Orang juga tak mudah untuk membayar untuk konten yang mereka konsumsi. Sikap seperti ini hanya akan mengulang kesalahan beberapa tahun lalu. Mereka inilah yang akan ditelan oleh zaman karena menyepelekan perubahan. Cepat atau lambat mereka yang berpotensi terdisrupsi harus segera berbenah dan mengantisipasi tanpa memandang ”lawan” mereka akan datang lebih cepat atau baru belakangan datang.