Gerak Awal dari Kelumpuhan Pariwisata Jatim
Hampir setahun serangan pandemi Covid-19 di Jawa Timur yang belum mereda masih melumpuhkan sektor pariwisata. Kebangkitan terus diupayakan, tetapi sulit dipastikan kapan pemulihan tercapai.

Bunga tumbuh di tebing kawasan Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (7/7/2020). Kawasan yang sempat ditutup akibat pandemi Covid-19 ini telah dibuka kembali dengan pembatasan kehadiran pengunjung atau wisatawan maksimal 20 persen dari daya tampung.
Hampir setahun serangan pandemi Covid-19 di Jawa Timur yang belum mereda masih melumpuhkan sektor pariwisata. Kebangkitan terus diupayakan, tetapi sulit dipastikan kapan pemulihan tercapai.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, kelumpuhan pariwisata di provinsi ini setidaknya tergambar dari kunjungan 20 orang dari luar negeri di Bandar Udara Juanda kurun Januari 2021. Dari jumlah itu, yang benar-benar bisa dikategorikan wisatawan mancanegara cuma seorang, yakni warga Malaysia. Yang 19 orang atau mayoritas ternyata warga Indonesia yang sedang pulang.
Kunjungan 20 orang tadi merosot 99,9 persen dibandingkan dengan kedatangan 17.047 orang dari luar negeri di Juanda pada Januari tahun lalu. Situasi di awal tahun ini cuma lebih baik daripada kedatangan 12 orang dari mancanegara di Juanda pada Mei 2020. Ada kesamaan situasi antara Januari 2021 dan Mei 2020, yakni mayoritas kedatangan dari luar negeri ialah warga Indonesia.
Untuk diketahui, jumlah kedatangan internasional di Juanda merosot mulai April tahun lalu, yakni 21 orang, Mei (12 orang), Juni (97 orang), Juli (76 orang), Agustus (24 orang), September (20 orang), Oktober (52 orang), November (69 orang), dan Desember (85 orang).
Sepanjang tahun lalu masih berlaku larangan kedatangan wisatawan mancanegara, kecuali yang berkepentingan amat mendesak dan dibolehkan berada sementara di Indonesia dengan pengawasan khusus. Oleh sebab itu, kedatangan internasional sejak April 2020 didominasi oleh warga Indonesia yang sedang pulang.
Baca juga : Penghidupan Kembali Wisata Kampung Pecinan Kapasan Surabaya

Warga melihat masakan yang akan dilombakan dalam perayaan Cap Go Meh di Kampung Pecinan Kapasan Dalam, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (26/2/2021). Pandemi membuat kegiatan saling berkunjung kini ditiadakan. Untuk tetap memupuk kerukukan warga, perayaan Cap Go Meh dimanfaatkan dengan makan bersama tetangga dan lomba kuliner pecinan.
Sedikit geliat dunia pariwisata Jatim bisa terlihat dari tingkat keterisian hotel bintang yang pada Januari tahun ini cuma 38,6 persen. Angka itu jelas turun dibandingkan dengan okupansi sebulan awal tahun lalu yang sebesar 51,5 persen. Namun, keterisian pada Januari 2021 masih lebih baik daripada kurun Maret-September 2020 yang berada di kisaran 16-36 persen.
BPS Jatim mencatat rerata lama menginap wisatawan di hotel bintang kurun sebulan awal tahun ini ialah 1,7 hari. Karena pada Januari 2021 Jatim hanya kedatangan seorang warga asing, bisa diyakini bahwa keterisian yang 38,6 persen dan lama menginap yang 1,7 hari merupakan kontribusi wisatawan dalam negeri, termasuk warga Jatim.
Melihat tren kedatangan wisatawan mancanegara di Jatim kurun lima tahun terakhir, jumlah kunjungan di triwulan pertama memang rendah. Triwulan berikutnya akan meningkat dan mencapai puncaknya pada Agustus. Setelah itu, atau triwulan keempat, kunjungan menurun, tetapi masih lebih baik daripada triwulan pertama. Bisa diharapkan ada perbaikan kinerja pariwisata di bulan-bulan berikutnya.
”Situasi membaik seiring penurunan risiko bahaya pandemi yang meski secara tidak langsung akan mengurangi kebijakan larangan bepergian,” kata Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan di Surabaya, Selasa (2/3/2021).
Pembatasan sosial dan pelarangan bepergian secara statistik jelas menekan sektor pariwisata yang mengandalkan kehadiran orang-orang. Namun, di sisi lain, pemerintah berupaya tidak mengurangi kinerja penanganan wabah. Jalan tengah yang ditempuh ialah mengurangi skala pembatasan, seperti pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro sampai Senin (8/3/2021).
Situasi membaik seiring penurunan risiko bahaya pandemi meski secara tidak langsung akan mengurangi kebijakan larangan bepergian.
PPKM berbasis mikro merupakan modifikasi dari PPKM yang telah berjalan empat pekan sejak 11 Januari 2021. PPKM berbasis mikro mencakup wilayah penerapan Kampung Tangguh Semeru (KTS) tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), atau dusun.
Dua tahap awal PPKM mencakup wilayah kabupaten/kota. PPKM merupakan modifikasi yang lebih kendur dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sempat dijalankan di Jatim pada tahun lalu terbatas di Surabaya Raya dan Malang Raya.
Baca juga : Menikmati Pantai Pasir Putih Tlangoh di Bangkalan

Warga berlibur di Pantai Pasir Putih Tlangoh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (13/2/2021). Sebagian besar pengunjung merupakan wisatawan lokal dari Pulau Madura dan Kota Surabaya yang datang memanfaatkan liburan tahun baru Imlek dan libur akhir minggu.
Harapan
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto mengatakan, sejak September tahun lalu, layanan kepariwisataan mulai dibuka kembali. Hingga kini, tak sampai 600 daerah tujuan wisata yang beroperasi lagi dari total 1.000 lokasi. Dari 2.300 hotel di Jatim, yang sudah melayani kembali sekitar separuhnya. Dari 4.200 restoran, yang berani buka kembali sekitar 3.000 restoran.
”Ada harapan situasi membaik pada bulan-bulan berikutnya,” kata Sinarto.
Sejumlah pandangan menyertai keyakinan bahwa situasi membaik. Pada awal tahun, program vaksinasi berjalan dengan harapan segera terwujud kekebalan kelompok. Vaksinasi diharapkan menurunkan risiko penularan atau tingkat bahaya pandemi. Pariwisata juga mengadopsi sejumlah kebijakan sebagai adaptasi dalam masa normal baru untuk menekan potensi penularan penyakit.
Selain itu, situasi wabah di Jatim secara statistik memang sedang menurun meski perlu kritis menyikapinya. Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, kurun Februari, penambahan kasus berada dalam rentang 324-1.044 orang per hari. Situasi itu lebih baik daripada Januari dengan penambahan kasus harian berada dalam rentang 599-1.198 orang.
Data memperlihatkan penurunan, tetapi bukan berarti wabah mereda. Salah satu indikator pandemi di Jatim belum bisa dikatakan mereda adalah status risiko penularan di seluruh (38 kabupaten/kota) berada dalam kategori sedang atau zona oranye. Jatim terbebas dari zona merah sejak Selasa (23/2) atau baru berlangsung sepekan.
Wabah menurun jika penambahan kasus harian sepanjang bulan ini lebih baik daripada Februari. Daerah-daerah kembali ke zona kuning (risiko penularan rendah) dan tidak memburuk ke zona oranye meski ada faktor lain, misalnya bencana. Selain itu, satuan tugas tetap aktif dalam pelacakan, pengetesan, dan penanganan, sementara masyarakat dan dunia usaha disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

Warga mengunjungi Kuliner Pintar Blambangan, Banyuwangi, Selasa (24/2/2021). Lokasi yang dahulu remang-remang kini ditata dengan hiasan aneka lampu sehingga menjadi lebih terang dan menarik untuk dikunjungi wisatawan.
Andalan
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan, dunia usaha kepariwisataan pada prinsipnya mustahil mengabaikan protokol kesehatan. Kepariwisataan berpijak pada kepercayaan konsumen. Layanan yang diberikan jelas harus prima serta mengutamakan keselamatan dan keamanan pengunjung, termasuk dalam penerapan protokol kesehatan.
Memang, di awal-awal penerapan protokol kesehatan, konsumen amat mungkin terasa tidak nyaman. Begitu pula yang dirasakan oleh dunia usaha. Membatasi kedatangan, memberikan potongan harga, dan menawarkan promo demi merayu pengunjung jelas menurunkan potensi pendapatan. Namun, semua itu adalah pengorbanan agar di tahun ini ”brankas” bisa terisi dengan harapan lebih baik daripada tahun lalu.
Aspek lainnya yang juga sangat penting adalah mewujudkan kenyamanan dan kegembiraan konsumen.
Dwi menilai, seiring waktu, masyarakat akan menerima penerapan protokol kesehatan sebagai bagian dari adaptasi normal baru. Pengabaian protokol kesehatan berarti melupakan keselamatan dan keamanan konsumen sehingga usaha akan mati karena ditinggalkan.
”Aspek lainnya yang juga sangat penting adalah mewujudkan kenyamanan dan kegembiraan konsumen,” kata Dwi.
Kenyamanan dan kegembiraan bisa diwujudkan dengan pelayanan prima yang cepat, tepat, dan pasti. Segala komplain atau tanggapan negatif perlu segera ditangani dan perkembangan perbaikan disosialisasikan sebagai wujud kesungguhan pengelola dalam perbaikan pelayanan.
Dwi mengakui, selama serangan pandemi, kehidupan sektor pariwisata mengandalkan kunjungan wisatawan Nusantara (lokal). Di Jatim, obyek-obyek wisata andalan tetap menggeliat di masa pemberlakuan pembatasan karena kehadiran warga Jatim sendiri. Untuk itu, jangan pernah menyepelekan kekuatan wisatawan Nusantara, termasuk lokal.

Pegawai Hotel Amaris Malang, Jawa Timur, mengenakan alat pelindung diri, mulai dari penutup wajah, masker, hingga sarung tangan sesuai protokol kesehatan. Selain itu, area meja kerjanya juga dilengkapi tirai berbahan akrilik.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, pariwisata akan menjadi motor pemulihan sektor kehidupan yang masih remuk dihajar pandemi. Sektor lain bukan tidak bisa menjadi motor, tetapi masih sulit bergerak karena situasi pandemi atau iklim. Misalnya, pemanfaatan sumber daya kelautan dan gagal panen untuk budidaya perkebunan andalan, yakni durian dan kopi, terkait cuaca buruk. Sektor lain belum bisa menjadi solusi mengatasi pengangguran dari pariwisata yang sedang berhenti.
”Kami mencoba menyelamatkan pariwisata dengan memodifikasi layanan pariwisata,” kata Arifin.
Trenggalek sedang mencoba menawarkan paket-paket wisata eksklusif melalui kemitraan dengan aplikasi rintisan. Pariwisata taat dalam protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 sehingga perlu eksklusif atau terbatas. Dengan begitu, pelayanan bisa diberikan secara terpadu dan utuh, termasuk penanganan terhadap wisatawan yang sakit, terutama Covid-19.
Arifin meyakini, jika pariwisata bergerak, sektor pengolahan hasil pertanian dan perkebunan tentu akan ikut bergerak. Dari sana diharapkan terjadi perputaran uang yang membesar sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat, terutama untuk memulihkan perekonomian dan penghidupan keluarga.
Pandangan ini sesuai dengan kenyataan di Jatim. Sebesar 60 persen atau mayoritas dari kekuatan produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim merupakan konsumsi keluarga (masyarakat). Konsumsi berkontribusi 4,8 persen terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk itu, penghidupan masyarakat perlu dipulihkan dan mungkin salah satunya dengan menggerakkan kembali kepariwisataan.