Pemkot Surabaya Jembatani Usaha Rintisan dengan Perusahaan
Pemerintah Kota Surabaya terus mempertemukan pelaku usaha rintisan atau ”start-up” dengan perusahaan atau lembaga yang memanfaatkan produk kreatif mereka.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus mempertemukan pelaku usaha rintisan atau start-up dengan perusahaan atau lembaga yang memanfaatkan produk kreatif mereka. Di Surabaya, para pelaku usaha rintisan kini tak lagi pada tataran pembentukan konsep ekosistem, tetapi justru mengiplementasikan gagasannya sekaligus menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga dan perusahaan.
Pemkot Surabaya, menurut Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati, Rabu (3/3/2021), pelaku usaha rintisan yang memiliki pabrik untuk menghasilkan produk kreatif di Koridor di lantai 3 gedung Siola, Jalan Tunjungan, Surabaya. Koridor merupakan tempat kerja bersama atau co-working space yang menjadi tempat untuk menghasilkan produk-produk kreatif.
Saat ini, menurut Wiwiek, memang tidak lagi pada tataran pembentukan konsep ekosistem di antara pelaku usaha di bidang teknologi, perguruan tinggi termasuk Pemkot Surabaya.
Perlu ada intensitas proses dari semua pihak termasuk Pemkot Surabaya untuk menpertemukan produk kecerdasan buatan tersebut dapat termanfaatkan oleh para penggunanya. (Wiwiek Widayati)
Justru Pemkot Surabaya terus mendorong pelaku usaha rintisan dari generasi milenial ini untuk mengimplementasikan bagaimana gagasan pembentukan ekosistem tersebut mampu segera mewujudkan hasil konkret dari kerja sama antara pemangku kepentingan.
”Perlu ada intensitas proses dari semua pihak termasuk Pemkot Surabaya untuk menpertemukan produk kecerdasan buatan tersebut dapat termanfaatkan oleh para penggunanya,” ujar Wiwiek.
Peran Pemkot Surabaya tetap mengawal perkembangan start-up di kota ini karena membangun ekosistem start-up tidak bisa secara cepat. Seperti Surabaya yang sudah mengawal tumbuh dan berkembangnya ekosistem start-up agar kelak dari Surabaya ada start-up selevel unicorn.
Di Koridor juga ada sesi mentoring untuk memberi semangat para pelaku start-up supaya lebih cepat dalam mengembangkan usahanya. Mereka juga didorong untuk terus mengembangkan dan melebarkan usahanya, baik dari segi bidang jasa maupun produknya. Pemkot Surabaya pun tak lantas melepas mereka, tetapi terus memantau kemajuan mereka, karena itu dinilai sangat perlu terhadap kemajuan usaha yang dikelola masing-masing peserta.
Menurut Koordinator Start-up Surabaya Astri Novianti, start-up yang dibina di Koridor saat ini ada tujuh yakni Riliv, Reblood, Jahitin, Campuspedia, Agendakota, Syarihub, dan Ternaknesia.
Selama ini, sebelum pandemi Covid-19, co-working space Koridor dibuka 24 jam untuk arek-arek suroboyo secara gratis. Ruang Tata Rupa Koridor yang berada di Gedung Siola lantai 3 memiliki tujuh unit koridor.
Tujuh koridor
Tujuh koridor itu ialah ruang Paduraksa, ruang Baur, ruang Sesrawungan kelompok kreatif seperti tata rupa, pahlawan ekonomi, pejuang muda, dan ruang Kreavi. Koridor benar-benar sebagai ajang menumbuhkan ekosistem anak-anak muda yang bisa memulai, berkarya, dan berinovasi untuk memajukan Surabaya.
Sejak pandemi Covid-19, pertengahan Maret 2020 lalu menurut Astri, semua kelas termasuk sharing digelar setiap bulan, yakni dua kali kelas dalam satu bulan. Materi yang diberikan pasti bertujuan untuk lebih membuat start-up berkembang. Contohnya, ada materi branding, digital, marketing, dan menciptakan kemasan.
Selain itu, mereka yang aktif di Koridor, seperti Astrid dan beberapa rekan lainnya, tetap memantau perkembangan bisnis start-up tiap bulan. ”Koridor berproses dan terus didukung oleh Pemkot Surabaya dengan pengawasan dari Bagian Humas Pemkot Surabaya,” ujarnya.
”Biasanya start-up ingin dihubungkan dengan dinas atau instansi terkait, seperti Reblood, membutuhkan mitra dengan dinas kesehatan, peran humas dibutuhkan di proses ini untuk membuka jalan, layaknya humas menjadi jembatan penghubung antara start-up dan dinkes,” ujar Astri.