Bank berusaha menjaga kualitas kredit melalui pencadangan. Meski demikian, bank tetap memacu pertumbuhan kredit konsumer, di antaranya untuk kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah upaya menggenjot segmen kredit konsumer, sejumlah perbankan tetap memupuk pencadangan demi menjaga portofolio kredit tetap sehat sepanjang tahun ini. Perbankan masih tetap selektif menyalurkan kredit karena pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Melalui keterangan resmi yang diterima Kompas, Senin (1/3/2021), Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Catur Budi Harto menyampaikan, perusahaan memiliki pencadangan kerugian yang memadai untuk menjaga risiko dan keberlangsungan bisnis di masa mendatang.
BRI mengalokasikan biaya pencadangan dengan rasio coverage pinjaman bermasalah atau NPL coverage hingga 237,73 persen dari nilai kredit bermasalah.
”Pencadangan BRI yang sangat memadai ini bahkan membuat laba perusahaan terkoreksi menjadi Rp 18,66 triliun pada akhir 2020,” ujarnya.
Secara individual, pada Desember 2020, NPL BRI (gross) 2,94 persen atau di bawah NPL gross industri perbankan yang sebesar 3,06 persen. Tiga segmen dengan NPL terendah adalah segmen mikro 0,83 persen, segmen konsumer 1,49 persen, dan segmen mikro-kecil 3,61 persen.
Pencadangan BRI yang sangat memadai ini bahkan membuat laba perusahaan terkoreksi menjadi Rp 18,66 triliun di akhir tahun 2020. (Catur Budi Harto)
Khusus di segmen konsumer, Catur menyebutkan, rasio kredit bermasalah yang rendah mencerminkan debitor BRI cukup punya daya tahan dalam menghadapi situasi krisis akibat pandemi Covid-19. Kualitas pembiayaan yang terjaga menunjukkan kehati-hatian dan penyaluran kredit perseroan yang terukur.
”Tanpa penyaluran yang selektif dan ketat, kami tidak mungkin menorehkan angka NPL yang terjaga seperti saat ini,” kata Catur.
Kinerja intermediasi akan tetap dijaga di tengah potensi kenaikan permintaan kredit akibat berbagai pelonggaran dan relaksasi yang menyasar kredit konsumsi. Adapun pertumbuhan kredit konsumer BRI per akhir 2020 sebesar 2,3 persen secara tahunan.
Kualitas pembiayaan yang terjaga menunjukkan kehati-hatian dan penyaluran kredit perseroan yang terukur.
Kinerja kredit pemilikan rumah (KPR) naik 10,6 persen menjadi Rp 35,7 triliun, sedangkan kredit kendaraan bermotor (KKB) terpangkas 26,8 persen menjadi Rp 3 triliun.
Kontraksi
Sementara itu, pada 2020, penyaluran kredit segmen konsumer PT Bank Central Asia Tbk terkontraksi 10,8 persen secara tahunan menjadi Rp 141,2 triliun. Adapun NPL gross BCA pada akhir 2020 sebesar 1,8 persen.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan, pihaknya memang terus menjaga tingkat kredit bermasalah di level yang memadai. Salah satunya dengan terus memupuk biaya pencadangan yang cukup. ”Di tengah tantangan yang dinamis saat ini, kami akan berupaya untuk menjaga NPL tetap berada di level aman,” kata Vera.
Menilik paparan kinerja BCA 2020, perusahaan telah memupuk pencadangan hingga Rp 11,6 triliun atau naik 152,3 persen dibandingkan dengan 2019. Sementara, secara keseluruhan, laba bersih BCA Rp 27,1 triliun atau turun 5 persen dibandingkan dengan laba bersih 2019 yang sebesar Rp 28,6 triliun.
Meskipun tetap berkomitmen menjaga kualitas portofolio kredit, BCA berupaya menggenjot penyaluran kredit konsumer, terutama untuk segmen KPR dan KKB melalui rangkaian acara pameran perdagangan virtual BCA Expoversary 2021.
Untuk memudahkan calon debitor dalam mendapatkan fasilitas KKB, BCA meluncurkan laman KKB Virtual Mall. ”Kami memahami keterbatasan ruang gerak saat ini yang membuat nasabah membutuhkan solusi transaksi kendaraan bermotor yang aman dan nyaman. Kehadiran KKB Virtual Mall menjadi solusi bagi nasabah karena memiliki sejumlah fitur modern yang mudah digunakan,” kata Direktur Teknologi Informasi BCA Finance Sugito Lie.
Meskipun tetap berkomitmen menjaga kualitas portofolio kredit, BCA berupaya menggenjot penyaluran kredit konsumer.
Bank Indonesia, dalam data uang beredar yang dirilis pekan lalu, menyebutkan, kredit perbankan per Januari 2021 terkontraksi 2,1 persen secara tahunan.
”Pertumbuhan kredit pada Januari 2021 membaik. Perbaikan ini tecermin dari pertumbuhan kredit per Januari 2021 yang terkontraksi 2,1 persen, berkurang dari kontraksi 2,7 persen pada Desember 2020,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran pers.