Pandemi Covid-19, Beras Organik dan Rempah Kian Diminati
Rempah dan beras organik kian diminati. Bahan pangan sehat ini banyak diburu hingga luar negeri, demi kebutuhan meningkatkan imunitas tubuh untuk menghadapi gencarnya penularan virus.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Minat dan permintaan beras organik dan bahan rempah atau yang dikenal dengan empon-empon, meningkat selama pandemi di tahun 2020. Hal ini diduga terjadi karena bahan bahan pangan ini berdampak baik untuk kesehatan dan bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Kepala Seksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Arifan Sasongko mengatakan, jika sebelumnya permintaan ekspor beras organik hanya diterima dari Australia, maka mulai tahun 2021, pihaknya sudah menerima tambahan dua permintaan untuk ekspor ke luar nageri.
Permintaan beras organik dari Kecamatan Grabag, saat ini diminta untuk memenuhi permintaan pasar di Singapura dan Thailand, sebanyak 20 ton per bulan. Beberapa waktu lalu, Kabupaten Magelang juga menerima permintaan beras untuk ekspor sebanyak 50-60 ton per bulan.
Beras yang diminta terdiri dari beras merah, putih, dan hitam dari Kecamatan Tempuran. Namun, negara tujuan ekspor, saat ini belum diberitahukan oleh pihak eksportir.
Penambahan permintaan beras untuk ekspor ini, menurut dia, diduga antara lain muncul karena keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luar negeri yang menjalankan perilaku hidup sehat.
“Menjalankan perilaku hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat bebas dari bahan kimia, adalah bagian dari kebutuhan untuk meningkatkan imunitas, daya tahan tubuh di masa pandemi,” ujarnya, Senin (1/2/2021).
Berdasarkan data 2020, luas areal tanaman padi organik di Kabupaten Magelang, terdata mencapai 837 hektar, dengan produksi 8.593 ton gabah kering giling (GKG) per tahun.
Pengiriman beras organik ke luar negeri sebelumnya hanya dilakukan ke Australia, sebanyak 40 ton per bulan. Adapun, ekspor ke Australia ini dimulai sejak tahun 2013 hingga sekarang.
Peningkatan permintaan dan perluasan areal tanah juga terjadi pafa jenis tanaman rempah atau empon-empon. Kepala Seksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Ananto Kasworo mengatakan, peningkatan permintaan rempah memicu terjadinya perluasan areal 10 jenis rempah yang semula terdata 505,98 hektar di tahun 2019, di tahun 2020, berkembang menjadi 513,59 hektar.
“Peningkatan permintaan dan perluasan tanaman itu terutama terjadi pada tanaman jahe,” ujarnya. Sepanjang 2019, areal jahe terdata seluas 13,1 hektar, di tahun 2020, berkembang menjadi 14,9 hektar.
Adapun, selain jahe, sembilan jenis empon-empon yang ditanam di Kabupaten Magelang terdiri dari laos, kencur, temulawak, kunyit, lempuyang, temukunci, temuireng, kapulaga dan mengkudu. Areal tersebut tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Magelang. Rempah-rempah ini adalah bahan baku untuk pembuatan jamu, aneka minuman herbal, yang kini kian diminati di masa pandemi.
Menjalankan perilaku hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat bebas dari bahan kimia, adalah bagian dari kebutuhan untuk meningkatkan imunitas, daya tahan tubuh di masa pandemi (Arifan Sasongko)
Di awal pandemi, sekitar bulan April, peningkatan permintaan jahe terasa yang memicu gairah petani untuk menanamnya, juga terasa karena saat itu sempat terjadi kekosongan bibit jahe. Karena kondisi itulah, maka Kabupaten Magelang juga tidak mampu memenuhi permintaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang saat itu juga sedang mencari-cari bibit jahe.
Peningkatan permintaan jahe juga dirasakan terjadi secara nasional, sehingga akhirnya pemerintah pusat juga memberikan bantuan 434 kilogram (kg) bibit jahe untuk ditanam di areal seluas dua hektar.
Gairah menanam rempah ini, menurut Ananto, diprediksi masih akan terus berlanjut.
“Dengan melihat harga rempah, terutama jahe, dan permintaannya yang masih tinggi, maka perluasan areal rempah ini diprediksi, setidaknya masih akan terus terjadi di tahun 2021 ini,” ujarnya.
Permintaan dari Australia
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Maju di Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman, Ahmad Tarwiyadi mengatakan, tahun ini, pihaknya juga mendapatkan permintaan rempah-rempah dari Australia.
“Dari Australia sebenarnya lebih memfokuskan permintaan pada jahe. Namun, pembeli dari sana juga menginginkan contoh ragam rempah-rempah yang lain,” ujarnya.
Permintaan tersebut baru diterimanya Februari lalu, dengan melibatkan perusahaan eksportir dari Kulonprogo. Sebelum resmi memulai kerjasama pembelian rempah, Ahmad saat ini terlebih dahulu mengirimkan tujuh jenis rempah, masing-masing sebanyak 5 kilogram (kg). Dari sampel inilah, pembeli dari Australia baru akan memutuskan akan membeli jenis rempah apa saja.
Sampel tujuh jenis rempah yang dikirim tersebut terdiri dari sampel laos, temulawak, kencur, kunyit, serta tiga jenis jahe yaitu jahe merah, jahe emprit, dan jahe gajah. Total luas areal empon-empon di Desa Margoyoso sendiri mencapai lebih dari 100 hektar.
Seturut informasi yang didapatkan dari pihak eksportir, rempah-rempah itu akan digunakan sebagai obat.
“Sama seperti disini, di mana empn-empon banyak digunakan sebagai jamu, di luar negeri, aneka rempah ini pun juga digunakan untuk obat-obatan herbal, peningkat stamina dan ketahanan tubuh selama pandemi,” ujarnya.