Ingat Anak Merantau, Lantas Membangun Apartemen
Gaya hidup sehat dan mendukung proses belajar juga menjadi pertimbangan pemilik properti dalam membangun apartemen bagi mahasiswa.
Sekitar 1,7 kilometer dari Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, ada gedung tinggi yang merengkuh ratusan unit hunian. Di setiap sudutnya, ada harapan orangtua kepada anak-anak mereka yang jauh dari mata karena sedang merantau demi mengenyam pendidikan.
Saat membangun Cordova Edupartment, Direktur Bussines Development PT Cipta Pilar Persada Arief B Hartono, menceritakan, dia memikirkan momen mencari tempat indekos bagi putrinya yang akan kuliah.
”Sebagai orangtua, saya ingin hunian yang aman, nyaman, dan pergaulannya kondusif bagi pendidikan putri saya,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Cipta Pilar Persada JE Robbyantono ingin menunjukkan bahwa apartemen dapat menyokong dunia pendidikan. Paduan desain ruang dan bangunannya menciptakan lingkungan yang mendukung orang-orang untuk belajar.
Ruang kerja bersama atau co-working space dan perpustakaan digital merupakan fasilitas umum yang kini juga tersedia di apartemen. Bagi penghuni yang gemar berolahraga, ada pula gym atau ruang olahraga, kolam renang, dinding panjat, dan lintasan lari.
Robbyantono mengatakan, luas kamar yang ditawarkan menawarkan fleksibilitas bagi mahasiswa penghuni dibandingkan dengan apartemen lain. Hal ini, antara lain, terlihat di kamar tipe studio seluas 25 meter persegi (m²). Padahal, umumnya tipe studio memiliki luas ruangan 18-21 m².
Selain itu, perusahaan juga menjaga relasi dengan sejumlah perguruan tinggi yang berlokasi di sekitar apartemen. Misalnya, mengadakan sayembara desain arsitektur yang panitianya berasal dari kampus sekitar sehingga turut membantu menyusun kurikulum kewirausahaan di salah satu politeknik.
Perusahaan juga menjaga relasi dengan sejumlah perguruan tinggi yang berlokasi di sekitar apartemen.
Apartemen tersebut terdiri atas 655 unit. Robbyantono menyebutkan, rata-rata tingkat okupansinya 70 persen per bulan.
Head of High Tech, Property and Consumer Goods Industry MarkPlus Inc Rhesa Dwi Prabowo menilai, pandemi Covid-19 merupakan masa yang menantang bagi bisnis apartemen. Oleh sebab itu, segmentasi pasar merupakan kunci penting agar apartemen dapat bertahan di tengah situasi sulit ini.
Dia memaparkan, segmentasi apartemen perlu meninjau demografi kelompok masyarakat yang hendak diprioritaskan sebagai target pasar, baik dari segi usia maupun pendidikan. Tinjauan ini penting untuk menentukan golongan hunian yang ditawarkan kepada calon konsumen, misalnya apartemen murah atau premium.
Pengembang juga perlu menyesuaikan segmentasi pasar apartemen yang dipilih dengan nilai-nilai yang dipegang.
”Selain itu, pengembang juga perlu menampilkan aspek-aspek pembeda dengan kompetitor apartemen dan rumah tapak,” kata Rhesa saat dihubungi, pekan lalu.
Baca juga: Pasar Apartemen Masih Lesu, Pembelian Didominasi Pengguna
Hadapi pandemi
Dengan konsep yang diusung, Robbyantono optimistis desain ruang dan bangunan apartemen dapat selaras dengan protokol kesehatan untuk menghadapi pandemi Covid-19. ”Patut digarisbawahi, gaya hidup bersih tak hanya saat pandemi,” katanya.
Pengembang juga perlu menyesuaikan segmentasi pasar apartemen yang dipilih dengan nilai-nilai yang dipegang.
Di tengah kungkungan pandemi Covid-19, sejumlah properti menawarkan daya tarik berupa kesesuaian dengan gaya hidup sehat.
Setiap unit apartemen dilengkapi ventilasi udara. Koneksi internet nirkabel dengan kualitas memadai disediakan untuk menunjang kegiatan mahasiswa dan kuliah secara dalam jaringan (daring). Di setiap fasilitas umum, terdapat penyanitasi tangan.
Arief menambahkan, desain ruang di fasilitas umum telah memungkinkan pemberlakuan pembatasan jarak. Pengelola juga mengatur kapasitas jumlah orang di dalamnya. Dampaknya, kerumunan dapat dihindari.
Konsep properti yang kuat, menurut Robbyantono, menjadi magnet dalam menggaet investor. Ia optimistis, di tengah pandemi, unit apartemennya tetap menjadi opsi investasi lantaran suasana aman dan nyaman yang telah terbangun.
Baca juga : Pandemi Covid-19 Mengubah Rutinitas Warga Apartemen
Hingga sekitar Desember 2020, sebanyak 86 persen dari transaksi properti berasal dari investor. Ada pula orang tua mahasiswa yang menjadi investor sehingga setelah anaknya menggunakan unit, mereka menyewakan unit apartemen itu.
Sasaran pengguna akhir adalah kelompok masyarakat kelas menengah.
Menurut Arief, tingkat imbal hasil investasi per unit 51 persen dalam tiga tahun. ”Ada juga unit yang harganya (jual) sekitar Rp 254 juta pada pertengahan 2016 dan kini menjadi Rp 525 juta,” katanya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, kredit bank umum untuk pemilikan flat atau apartemen per November 2020 sebesar Rp 22,667 triliun. Posisi kredit ini lebih tinggi dibandingkan dengan akhir 2019 yang sebesar Rp 22,309 triliun.
Pada 2016, 2017, dan 2018, kredit pemilikan apartemen yang dikucurkan bank umum terus meningkat. Kredit yang posisinya sebesar Rp 12,922 triliun pada 2016, naik menjadi Rp 15,44 triliun pada 2017, kemudian naik lagi menjadi Rp 19,913 triliun pada 2018.
Meski demikian, secara nominal, kredit bermasalah untuk pemilikan flat atau apartemen juga meningkat dari Rp 348 miliar pada akhir 2019 menjadi Rp 548 miliar pada November 2020.
Baca juga: Lokasi dan Harga Properti Jadi Pertimbangan
Kebutuhan mahasiswa
Menurut Emir Eranoto (20), mahasiswa Universitas Diponegoro yang menghuni Cordova Edupartment, tempat tinggalnya kini memiliki fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan mendukung proses belajar.
”Misalnya, co-working space yang bisa digunakan untuk mengerjakan tugas hingga rapat organisasi. Ruangannya nyaman serta didukung koneksi internet yang cepat dan stabil,” ujarnya.
Dia mengatakan, orangtuanya memiliki kesan positif terhadap hunian yang ia tempati. Kesan itu muncul karena mereka pernah menginap dan memperhatikan penjagaan ketat selama 24 jam.
Sementara, Dona Trisukma (22), mahasiswa Universitas Diponegoro, mengatakan, Cordova Edupartment dipilih orangtuanya agar dia dapat fokus kuliah. Orangtuanya juga merasa aman dan nyaman ketika menginap di properti itu.
Fasilitas apartemen yang memadai, kata Dona, membuatnya lebih nyaman belajar.
”Fasilitas memadai menimbulkan rasa aman dan nyaman yang berbanding lurus dengan tingkat fokus. Selain itu, fasilitas yang memadai juga mengurangi distraksi,” katanya.
Ketika pengembang memiliki konsep yang kuat, penghuni mampu merasakannya lewat desain ruang dan bangunan. Properti tak sekadar menjadi bisnis, melainkan ikut berkontribusi dalam menopang perjalanan pendidikan. (Maria Paschalia Judith)