I Gede Ardika Dikenang Berjasa Membangun Kepariwisataan Indonesia
Berpulangnya I Gede Ardika, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata periode 2000 – 2004, meninggalkan rasa duka cita yang mendalam di kalangan insan pariwisata di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Berpulangnya I Gede Ardika, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata periode 2000 – 2004, meninggalkan rasa duka cita yang mendalam di kalangan insan pariwisata di Bali. Ardika, putra Bali dari Kabupaten Buleleng, dikenang berjasa membangun industri pariwisata di Tanah Air, di antaranya, mengenalkan konsep pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal dan memelopori pengembangan desa wisata.
Wakil Gubernur Bali, yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, masyarakat Bali, khususnya masyarakat pariwisata, sangat kehilangan seorang tokoh pariwisata yang sangat konsisten menjaga Bali dengan konsep pariwisata berbasis budaya.
“Di mana pun beliau berbicara, selalu mengangkat kearifan lokal Bali, yaitu Tri Hita Karana, sebagai pedoman menjaga keseimbangan pembangunan Bali, baik manusia maupun alam Bali,” kata Tjok Ace kepada Kompas, Sabtu (20/2/2021).
Ardika tutup usia di Bandung, Sabtu (20/2), di usia 76 tahun (Kompas.id edisi Sabtu, 20 Februari 2021). Ardika menjabat menteri pada dua kabinet, yakni pada Kabinet Persatuan Nasional yang dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid, dan juga pada Kabinet Gotong Royong di era Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kepala Unit Pusat Komunikasi Publik Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) Florence Siegers menuturkan, I Gede Ardika meninggal dunia di Rumah Sakit Santo Borromeus pukul 07.46 WIB.
Beliau banyak berjasa untuk Indonesia dalam bidang pariwisata (Pitana)
Perasaan berduka dan kehilangan juga disampaikan Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana dan Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya yang dihubungi Kompas secara terpisah, Sabtu.
Berkontribusi besar
Suryawijaya mengenang sosok Ardika sebagai figur yang ramah, profesional, dan pendidik yang berkontribusi besar pada pengembangan pariwisata dan sumber daya manusia di bidang pariwisata.
Secara terpisah, Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana, Bali, yang pernah menjabat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengenang Ardika sebagai sosok yang mengabdikan hidupnya untuk pariwisata Indonesia.
“Beliau banyak berjasa untuk Indonesia dalam bidang pariwisata,” kata Pitana ketika dihubungi, Sabtu.
Menurut mantan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali ini, Ardika adalah pencetus konsep, istilah, dan proyek percontohan desa wisata pada 1992. Dia juga sekaligus mengenalkan konsep pariwisata berkelanjutan secara Indonesia ke UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia), sebagai pariwisata berkelanjutan berbasis Tri Hita Karana.
Pitana menerangkan, Ardika mengembangkan dua desa di Bali sebagai percontohan desa wisata pada 1992, yakni Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli dan Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan.
“Ketika itu (1992), beliau menjabat Kepala Kanwil Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Bali,” kata Pitana yang pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali.