Pasar China masih menjadi kunci utama terhadap prospek harga dan permintaan batubara Indonesia. Selain faktor cuaca, kenaikan harga batubara dipengaruhi sentimen naiknya sejumlah harga komoditas lain, seperti gas bumi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemulihan ekonomi di sejumlah negara yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 turut mengerek harga batubara di pasar internasional. Kendati pemulihan ekonomi berdampak positif terhadap harga batubara, PT Adaro Energy Tbk tetap mempertahankan produksi di angka 54 juta ton di tahun ini. Beroperasinya sejumlah pembangkit listrik tenaga uap turut mendongkrak permintaan batubara.
Dalam laporan kinerja operasi PT Adaro Energy Tbk sepanjang 2020, perusahaan tersebut mencatatkan produksi batubara 54,53 juta ton atau sedikit di atas panduan operasi perusahaan yang sebesar 52 juta ton hingga 54 juta ton. Namun, angka produksi pada 2020 masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang sebanyak 58,03 juta ton.
Kepala Komunikasi Perusahaan Adaro Energy Febriati Nadira, Rabu (17/2/2021), mengatakan, pemulihan ekonomi di sejumlah negara, khususnya di Asia, turut mendongkrak permintaan batubara. Naiknya permintaan batubara selama musim dingin serta larangan China terhadap batubara asal Australia berkontribusi terhadap harga batubara pada triwulan IV-2020.
”Kendati ada dampak positif pemulihan ekonomi terhadap harga batubara, perusahaan tetap berhati-hati untuk mengantisipasi ketidakpastian,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta.
Negara di kawasan Asia Tenggara, lanjut Nadira, masih menjadi tujuan utama perusahaan dengan pangsa pasar sebesar 49 persen. Kawasan Asia Timur dan India menjadi tujuan berikutnya masing-masing 25 persen dan 13 persen. Adapun pangsa pasar China mendapat porsi 12 persen dari total penjualan batubara Adaro.
”Ada peningkatan permintaan batubara di Thailand dan Vietnam menyusul beroperasinya sejumlah pembangkit listrik tenaga uap baru di dua negara tersebut,” kata dia.
Kawasan Asia Tenggara masih menjadi tujuan utama perusahaan dengan pangsa pasar sebesar 49 persen.
Tahun ini produksi batubara Adaro diperkirakan tidak jauh berbeda dengan realisasi produksi di 2020. Adapun alokasi belanja modal perusahaan berkisar 200 juta dollar AS -300 juta dollar AS.
Dari sisi harga, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan Februari 2021 sebesar 87,79 dollar AS per ton atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode Januari 2021 yang sebesar 75,84 dollar AS per ton. Kenaikan ini turut dipengaruhi sentimen naiknya harga gas di pasar internasional. Namun, diakui bahwa pemulihan ekonomi di sejumlah negara berkontribusi penting terhadap melonjaknya harga batubara.
”Ada sinyal kenaikan harga komoditas sumber daya alam sebagai dampak pemulihan ekonomi di sejumlah negara yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19. Tidak bisa dimungkiri bahwa naiknya permintaan batubara di China turut mendongkrak harga batubara,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi.
Tahun ini pemerintah menargetkan produksi batubara 550 juta ton. Target tersebut sama dengan target pada 2020 meski realisasi produksi di tahun tersebut sebanyak 561 juta ton.
Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batubara sebanyak 550 juta ton. Target ini sama dengan target pada 2020 meski realisasi produksi pada tahun tersebut 561 juta ton. Sementara target serapan batubara di pasar dalam negeri pada tahun ini adalah 137,5 juta ton, lebih tinggi daripada realisasi 2020 yang sebanyak 132 juta ton.
Dalam telekonferensi pers, beberapa waktu lalu, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengemukakan, terkait produksi batubara, pemerintah menginginkan produksi tetap dijaga di tengah tingginya harga batubara. Namun, tak menutup kemungkinan akan ada relaksasi produksi sepanjang hal itu menguntungkan negara dan badan usaha.
Pada prinsipnya, produksi batubara akan dijaga agar tak melimpah di pasaran yang berdampak pada merosotnya harga. ”Kami akan terbuka (terhadap relaksasi produksi batubara) sepanjang itu menguntungkan negara. Namun, semua akan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian,” kata Ridwan.