Ada persoalan mendasar yang harus diperbaiki sebelum ekosistem kecerdasan buatan di Indonesia dapat tumbuh pesat. Kelemahan ini ialah integrasi data antarlembaga.
Oleh
Satrio Pangarso Wisanggeni/Agnes Theodora
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mempercepat perkembangan digitalisasi dan penggunaan teknologi kecerdasan buatan di segala sektor. Untuk mengembangkan ekosistem kecerdasan buatan di Indonesia, sejumlah pekerjaan rumah menanti.
Beberapa kalangan, kepada Kompas, pekan lalu, mengatakan, perkembangan ekosistem kecerdasan buatan di Indonesia sudah masuk ke tahap implementasi lebih lanjut, terutama untuk industri yang erat terkait dengan teknologi. Untuk lebih cepat lagi berkembang, ekosistem digital harus dibangun.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyatakan, pemerintah telah memulai pembangunan ekosistem pengembangan kecerdasan buatan. Pada 10 Agustus 2020, BPPT meluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045.
Inisiatif itu dilakukan, kata Hammam, untuk menjaga pengembangan ekosistem di dalam negeri dan membendung daya tarik dari negara lain, seperti Singapura dan Uni Emirat Arab, yang telah lebih dahulu berfokus pada pengembangan kecerdasan buatan. Ia berharap dokumen itu dapat disahkan menjadi peraturan presiden pada pertengahan tahun ini.
Hammam mengakui, ada persoalan mendasar yang harus diperbaiki sebelum pengembangan ekosistem kecerdasan buatan di Indonesia dapat tumbuh pesat. Kelemahan ini adalah integrasi data antarlembaga.
”Kita terkadang masih egosentris. Semua data itu tidak berbagi pakai. Menjadi penting bagaimana kita bisa mengawinkan ini semua? Agar datanya harmonis, tepercaya, dan lalu bisa dimanfaatkan untuk membangun aplikasi kecerdasan buatan,” katanya.
Produktif dan efisien
Direktur Digital Business Telkom Fajrin Rasyid mengatakan, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan harus didorong agar proses bisnis lebih produktif dan efisien.
”Kecerdasan buatan dapat meningkatkan pendapatan dan nilai usaha bagi stakeholder-nya, juga mendorong layanan masyarakat secara lebih personal, membaca pola perilaku konsumen, menganalisisnya, dan lalu merekomendasikan solusi yang tepat,” katanya.
Meski demikian, menurut Fajrin, pengembangan ekosistem kecerdasan buatan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Cara terbaik untuk membangunnya lewat strategi kolaborasi pentahelix yang melibatkan kalangan akademik, pelaku usaha, komunitas, pemerintah, sampai media dan masyarakat.
Fajrin menilai, ekosistem kecerdasan buatan di Indonesia sebenarnya sudah mulai terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tantangan yang menanti masih banyak. ”Salah satu tantangan besar adalah masalah talenta. Butuh gerakan strategis untuk memperkuat dan memperbanyak talenta di bidang ini,” ujarnya.
Peran pemerintah tak kalah penting dalam mengatur regulasi dan kebijakan strategi nasional pengembangan kecerdasan buatan. ”Peran komunitas dan media tak kalah penting untuk menyuarakan adanya standardisasi dan regulasi sistem kecerdasan buatan. Selain itu, juga untuk menyosialisasikan kecerdasan buatan,” ujarnya.
Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan, pengembangan kecerdasan buatan bisa lebih cepat apabila kesiapan ekosistem, data, dan keterampilan pengembangan algoritma kecerdasan buatan bersinergi.
Sementara itu, Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk Boy Kelana Soebroto menuturkan, hal yang paling utama perlu disiapkan dalam penerapan kecerdasan buatan adalah sisi sumber daya manusia.
”Astra dalam hal ini berperan aktif dengan menjalankan data analytics bootcamp yang setiap gelombangnya merekrut dan melatih lulusan universitas dari seluruh Indonesia,” katanya.
Para lulusan itu direkrut dan dilatih untuk menjadi ahli sains data dan analitik yang mumpuni. Mereka disiapkan untuk berkontribusi dalam penerapan kecerdasan buatan di ekosistem bisnis.
Boy menuturkan, kecerdasan buatan saat ini berkembang pesat karena data melimpah di dunia digital. Karena itu, peran serta aktif sektor bisnis swasta di dunia inovasi digital akan jadi sangat penting. Astra saat ini turut aktif berkontribusi dari sisi investasi di dunia digital dan inkubasi bisnis digital.
”Sebagai contoh, kami membangun platform aplikasi sewa mobil Movic, aplikasi parkir CariParkir, dan laman e-dagang portal otomotif untuk penjualan mobil baru dan bekas, yakni www.seva.id,” ujarnya.
Menurut Boy, dukungan yang diperlukan dalam pengembangan kecerdasan buatan adalah sinkronisasi penyiapan keterampilan di dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi.
”Keterlibatan dunia usaha di sektor bisnis digital juga akan menjadi bentuk dukungan yang sangat penting bagi ekosistem penerapan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia,” katanya. (CAS/MAR)