Maybank Berdayakan Penyandang Disabilitas Melalui Pelatihan Usaha
PT Bank Maybank Indonesia Tbk bersama Maybank Group Foundation mengimplementasikan program pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas dan komunitas marjinal secara daring.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT Bank Maybank Indonesia Tbk bersama Maybank Group Foundation melanjutkan program pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas dan komunitas marjinal. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, kegiatan pun dilakukan secara daring untuk tetap memotivasi kegiatan usaha dan meningkatkan perekonomian.
Program pemberdayaan yang bernama Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE) 2.0 terdiri dari kegiatan pembekalan untuk mengubah pola pikir, meningkatkan kepercayaan diri penyandang disabilitas untuk memulai dan mengembangkan usaha, sampai berhasil menjual dan memasarkan produk. Peserta program juga diajarkan mengelola keuangan serta mengenal produk dan layanan perbankan.
CEO Maybank Foundation Shahril Azuar Jimin, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas, Senin (15/2/2021) mengatakan, program itu juga memanfaatkan penggunaan teknologi antara lain untuk pelatihan dan mentoring, pendampingan yang intensif dan berkelanjutan, tracking sistematis perkembangan usaha dan peningkatan pendapatan peserta, hingga menghubungkan peserta dengan produk, layanan dan teknologi perbankan digital yang dibutuhkan.
"Pemberdayaan ekonomi merupakan salah satu fokus tanggung jawab sosial perusahaan kami. Melalui program RISE, Maybank Group mendukung upaya membangun komunitas yang mandiri, dengan menjangkau lebih banyak penerima manfaat dan berdampak positif bagi masyarakat, selaras dengan misi humanising financial services," jelasnya.
Program yang juga selaras dengan misi ASEAN dan lima sasaran Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (SDGs) itu pertama kali dikenalkan di Indonesia pada 2016, program RISE 2.0 sudah diikuti lebih dari 4.000 peserta yang tersebar di 27 kota seluruh Indonesia.
Tahun ini, pelatihan kembali diadakan secara daring dengan total peserta 235 penyandang disabilitas dari berbagai latar belakang usaha seperti penjahit, penjual makanan, toko kelontong, servis elektronik, pangkas rambut, kerajinan tangan serta peserta lainnya yang sedang berencana untuk membuka usaha. Mereka berasal dari provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah.
Program RISE 2.0 di berbagai wilayah tersebut merupakan awal pelatihan tingkat Basic dan Standard, yang telah berlangsung dan akan lanjut sampai dengan Desember 2021, dengan target sekitar 2.000 peserta. Pada 8 Februari hingga 25 Maret 2021, pelatihan ini juga akan dilaksanakan di Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Tengah, Maluku, Sulawesi Selatan, Aceh dan Kalimantan Tengah.
Tahun 2020 lalu, program RISE 2.0 dilaksanakan sebanyak 35 kali di 16 kota dengan jumlah peserta sebanyak 1.647 penyandang disabilitas dan komunitas marjinal. Adapun target peserta yang direncanakan untuk mengikuti pelatihan mencapai 7.350 peserta hingga akhir 2023 untuk tiga level yaitu Basic, Standard, dan Premium.
Head, Corporate & Brand Communications, Tommy Hersyaputera memastikan, program tetap dilanjutkan tahun ini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. Program daring itu diharapkan tetap dapat membangun dan meningkatkan kapabilitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan menciptakan komunitas yang mandiri sehingga dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan di sekitarnya.
Keberhasilan dari program RISE tahap pertama dapat dilihat dari peningkatan yang signifikan terhadap penghasilan rata-rata bulanan peserta. Pada September 2019, sebanyak 40 persen dari peserta semula berpenghasilan Rp 1.264.782 meningkat menjadi Rp 5.543.735, atau naik sebesar 338,3 persen.
Pada Oktober 2019, penghasilan mereka meningkat kembali sebesar 403,7 persen dan 60 persen. Dari 2.267 peserta secara keseluruhan juga telah memulai usaha atau meningkatkan usaha mereka selama tiga bulan pasca pelatihan.
“Kami berharap dengan peningkatan kapabilitas usaha, para penyandang disabilitas dapat mandiri, mampu berwirausaha namun juga menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi sesama komunitas penyandang disabilitas lainnya. Dengan demikian dapat mendorong dan menciptakan motivasi usaha bagi masyarakat marjinal di sekitarnya sehingga dapat memberikan multiplier effect,” tutup Tommy.
Program pelatihan RISE yang diinisiasi di Malaysia, mulai dikembangkan ke kawasan ASEAN, termasuk ke Indonesia dan Filipina, pada 2016. Selama rentang waktu pelaksanaan program RISE tahun 2016 sampai dengan 2019 telah menyentuh sebanyak 2.267 peserta penyandang disabilitas dan komunitas marjinal dari 17 kota.
Selain di Indonesia, program serupa juga secara regional telah diluncurkan pada 26 September 2019 di Manila, Filipina. Cakupan pelatihan juga telah diperluas hingga ke lima negara di Asia Tenggara lainnya, yakni Filipina, Malaysia, Singapura, Laos, dan Myanmar.