Peningkatan ekspor pada Januari 2021 menandakan pemulihan ekspor. Hal ini menjadi harapan bagi pergerakan memacu kinerja ekspor pada bulan-bulan berikutnya.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekspor Indonesia pada Januari 2021 mencatatkan kinerja positif dan mengindikasikan adanya tren pemulihan. Kenaikan ini diharapkan berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, nilai ekspor pada Januari 2021 mencapai 15,3 miliar dollar Amerika Serikat (AS) yang terdiri dari nonmigas 14,4 miliar dollar AS dan migas 883 juta dollar AS. Dibandingkan dengan Januari 2020, kinerja total ekspor tersebut naik 12,24 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, peningkatan tersebut menandakan pemulihan ekspor. ”Ekspor Januari 2021 menjadi harapan bagi pergerakan kinerja ekspor pada bulan-bulan selanjutnya,” katanya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (15/12/2021).
Peningkatan tersebut menandakan pemulihan ekspor. Ekspor Januari 2021 menjadi harapan bagi pergerakan kinerja ekspor pada bulan-bulan selanjutnya.
Berdasarkan sektornya, kenaikan ekspor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan pada Januari 2021 terhadap Januari 2020 secara berturut-turut masing-masing mencapai 11,72 persen, 13,91 persen, dan 16,92 persen. Nilai ekspor industri pengolahan 11,9 miliar dollar AS, pertanian 337 juta dollar AS, dan pertambangan 2,08 miliar dollar AS.
Meskipun demikian, nilai total ekspor pada Januari 2021 lebih rendah 7,48 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Menurut Suhariyanto, penurunan tersebut disebabkan oleh faktor musiman akhir tahun yang aktivitas ekonominya lebih banyak dibanding awal tahun.
Di sisi lain, nilai total impor pada Januari 2021 turun 6,49 persen dibanding Januari 2020 menjadi 13,34 miliar dollar AS. Dibanding bulan sebelumnya, nilai impor tersebut merosot 7,59 persen.
Menurut golongan penggunaan barang, impor bahan baku/penolong pada Januari 2021 sebesar 9,9 miliar dollar AS atau turun 6,1 persen dibandingkan dengan Januari 2020, sedangkan barang modal merosot 10,72 persen menjadi 1,99 miliar dollar AS. Barang konsumsi juga turun 2,92 persen menjadi 1,42 miliar dollar AS.
Dengan demikian, neraca perdagangan pada Januari 2021 surplus 1,95 miliar dollar AS. Pada Januari tahun sebelumnya terjadi defisit neraca perdagangan senilai 636,7 juta dollar AS.
Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) sekaligus Wakil Menteri Perdagangan 2011-2014 Bayu Krisnamurthi berpendapat, Indonesia mesti memperhatikan referendum Swiss lantaran Swiss menjadi anggota Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (European Free Trade Association/EFTA). Referendum ini juga menyangkut kelanjutan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (CEPA) Indonesia dan EFTA.
Berdasarkan data yang dihimpunnya, 51 persen masyarakat Swiss akan mengatakan ”ya” pada kerja sama dengan Indonesia, sekitar 34 persen mengatakan ”tidak”, dan masih ada 15 persen yang belum memutuskan.
”Masyarakat yang menolak ini menekankan isu keberlanjutan lingkungan, salah satunya mengenai produk kelapa sawit Indonesia,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan mendata, sepanjang 2020, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar 1,69 miliar dollar AS terhadap Swiss. Surplus ini melonjak hingga sekitar 36 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.