Geliat Ekowisata untuk Angkat Kopi Robusta Banaran
Lewat kerja sama antara PTPN IX dan PT Dyandra Promosindo terkait pengelolaan Kampoeng Kopi Banaran, diharapkan ”branding” kopi Banaran semakin kuat, terutama sebagai tolok ukur kopi robusta.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
UNGARAN, KOMPAS — Merek kopi Banaran milik PT Perkebunan Nusantara IX, Jawa Tengah, didorong agar semakin dikenal luas di tingkat nasional, bahkan internasional. Upaya menuju itu, antara lain, dengan mengembangkan Kampoeng Kopi Banaran di Bawen, Kabupaten Semarang, dengan pengelolaan yang terintegrasi melalui sistem kemitraan.
Pada Senin (15/2/2021), dilakukan penandatanganan kerja sama pengelolaan terintegrasi antara PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX dan PT Dyandra Promosindo selama 10 tahun yang dapat diperpanjang ke depannya. Lewat kerja sama tersebut diharapkan branding kopi Banaran semakin kuat, terutama sebagai tolok ukur kopi robusta.
Berdasarkan kerja sama tersebut, PT Dyandra Promosindo, yang juga bagian dari grup Kompas Gramedia (KG), akan mengelola Kampoeng Kopi Banaran di Bawen. Adapun area yang akan dikelola Dyandra yakni seluas 40 hektar. Saat ini, di tempat itu telah ada restoran Banaran Sky View dengan pemandangan Danau Rawa Pening, resort, ballroom, tempat outbound, dan lainnya.
Direktur PTPN IX Tio Handoko mengatakan, dari kerja sama tersebut, diharapkan Banaran menjadi benchmark atau tolok ukur ekowisata di Jawa dan Indonesia. Menurut dia, meski holding PTPN memiliki komoditas lain, seperti teh, sawit, dan karet, komoditas kopi diarahkan untuk berada di depan. Kopi robusta dari Jateng pun diharapkan semakin dikenal.
Kampoeng Kopi Banaran, lanjut Tio, juga berpotensi besar untuk didorong sebagai pusat edukasi kopi robusta di Jateng. ”Kami melihat ada pengetahuan yang bisa kami bagi tentang kopinya Jawa Tengah ini. Tidak sekadar branding, kami harapkan semua berjalan beriringan, baik edukasi, marketing, maupun bisnis,” kata Tio.
Tio menuturkan, saat ini ada sekitar 1.000 hektar kebun kopi milik PTPN IX, dan tengah didorong menjadi 1.500 hektar. Di Kebun Getas atau di sekitar Kampoeng Kopi Banaran sendiri terdapat 341 hektar.
Adapun di Kaligua, Kabupaten Brebes, yang berada di kaki Gunung Slamet, pada lahan yang kurang produktif untuk teh, rencananya diubah menjadi lahan kopi arabika karena iklimnya cocok.
Lebih lanjut, apabila pemasaran kopi Banaran sudah semakin baik, PTPN IX siap menjadi offtaker atau pembeli dari para petani kopi di Jateng. ”Mimpi kami seperti itu. Kami berharap dapat menyelamatkan kehidupan petani dengan membeli kopi mereka,” kata Tio.
Direktur Utama PT Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh menuturkan, Kampoeng Kopi Banaran memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Menurut dia, pengelolaan tersebut tak semata-mata mengutamakan aspek bisnis, tetapi juga maju bersama dengan para pemangku kepentingan, komunitas, dan masyarakat.
Itu potensi besar karena saat ini brand-brand lokal kopi justru dicintai.
”Kami tak sekadar membesarkan Banaran Sky View, outbound, dan lainnya yang sudah ada. Namun, kekuatan kopi robusta ini akan kami kelola sedemikian rupa sehingga dapat menjadi brand bergengsi. Tentu itu akan dilakukan secara bertahap. Itu potensi besar karena saat ini brand-brand lokal kopi justru dicintai,” ujar Hendra.
Kampoeng Kopi Banaran terletak di Bawen, Kabupaten Semarang atau sekitar 1 kilometer (km) dari pertigaan Pintu Tol Bawen. Lokasi tersebut strategis untuk menggaet pengunjung mengingat berada di tengah-tengah Yogyakarta-Solo-Semarang atau kerap kali disebut segitiga emas.
Genjot produksi
Manajer Kebun Getas PTPN IX Sigit Sujatmoko mengemukakan, produksi kopi pada 2020 sebesar 48 ton atau menurun signifikan dari 2019 yang 249 ton. Hal tersebut dipengaruhi kemarau panjang pada 2019 yang membuat pembungaan tanaman kopi gagal. Namun, cuaca bagus pada 2020 diyakini akan membuat produksi kembali meningkat pada 2021.
”Tanaman kopi ini sangat bergantung cuaca. Kemarau pada 2019 membuat tanaman kekurangan air sehingga bunganya tak terbentuk sehingga pada 2020 produksi drop. Tahun ini, karena pada 2020 cuaca bagus, pembungaannya sempurna. Pada 2021, kami perkirakan produksi bisa mencapai sekitar 400 ton,” kata Sigit.
Sigit menambahkan, sejumlah program disiapkan untuk optimalisasi produksi kopi di Kebun Getas. Di antaranya yakni penambahan sumur yang diharapkan dapat mengairi titik-titik yang kekeringan. Selain itu, dilakukan juga pemupukan organik, yang sementara baru pada 45 hektar dari total luas Kebun Getas yang 341 hektar.