Bendungan Tukul di Pacitan Dioperasikan, Presiden: Perkuat Ketahanan Pangan
Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Tukul di Pacitan, Jawa Timur. Sejak 2015, total ada 18 bendungan yang tuntas dibangun. Keberadaan bendungan-bendungan baru diharapkan memperkuat ketahanan pangan dan air.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bendungan-bendungan yang dibangun sepanjang enam tahun ini diharapkan bisa memperkuat ketahanan pangan dan penyediaan air baku. Selain itu, bendungan berfungsi sebagai pengendali banjir.
Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah memanfaatkan bendungan yang sudah selesai dibangun supaya bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi daerah, serta meningkatkan produksi pertanian. Hal itu disampaikan dalam peresmian Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Minggu (14/2/2021) siang.
”Berfungsinya Bendungan Tukul ini akan menjadi infrastruktur penting untuk memperkuat ketahanan pangan dan memperkuat ketahanan air,” kata Presiden yang didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Hadir pula Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Pacitan Indartato.
Bendungan Tukul menjadi satu di antara 65 bendungan yang dibangun sebagai proyek strategis nasional di Indonesia sejak 2015. Sejauh ini, sebanyak 15 bendungan telah rampung dibangun sepanjang 2015-2019 dan tiga bendungan rampung pada 2020.
Kelima belas bendungan yang rampung pada 2015-2019 adalah Bendungan Rajui dan Payaseunara di Aceh, Jatigede di Jawa Barat, Titab di Bali, Bajulmati dan Nipah di Jawa Timur, Bendungan Teritip di Kalimantan Timur, Raknamo dan Rotiklot di NTT, Tanju dan Mila di NTB, Logung dan Gondang di Jawa Tengah, Sei Gong di Kepulauan Riau, serta Bendungan Sindang Heula di Banten.
Dari kelima belas bendungan ini, volume tampung bertambah 1.106,04 juta meter kubik dan bisa dimanfaatkan sebagai irigasi pertanian seluas 109.790 hektar. Selain itu, secara keseluruhan, kelima belas bendungan ini bisa menyediakan air baku 6,28 meter kubik/detik, reduksi banjir sebesar 1.859,89 meter kubik/detik, menyediakan energi sebesar 113,42 megawatt, serta memunculkan potensi pariwisata.
Adapun pada 2020, tiga bendungan yang rampung dibangun adalah Bendungan Napun Gete di Nusa Tenggara Timur, Tukul di Jawa Timur, dan Tapin di Kalimantan Selatan. Ketiga bendungan tersebut menambah suplai irigasi menjadi 116.162 hektar dan air baku sebesar 7,29 meter kubik/detik.
Basuki Hadimuljono melalui keterangan tertulis menyebutkan, potensi air di Indonesia cukup tinggi, sebesar 2,7 triliun meter kubik per tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar meter kubik/tahun. Sejauh ini, sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar meter kubik/tahun untuk berbagai keperluan, seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan, dan irigasi.
”Namun, dengan potensi tersebut, keberadaannya tidak merata dalam dimensi ruang dan waktu sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air baru. Pada musim hujan, air akan ditampung dalam bendungan dan akan dimanfaatkan pada musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk menambah tampungan air,” kata Basuki.
Pembangunan bendungan akan dilanjutkan sehingga rampung secara bertahap pada 2024. Pekan depan, menurut Presiden, Bendungan Napungete di NTT, Bendungan Tapin di Kalimantan Selatan, dan Bendungan Sindangheula di Provinsi Banten juga akan diresmikan.
Dua kali
Bendungan Tukul yang pengerjaannya dimulai pada 2015 akan mampu mengairi sawah seluas 600 hektar. Dengan irigasi ini, indeks penanaman di Pacitan bisa ditingkatkan. Apabila biasanya hanya satu kali menanam padi dan satu kali menanam palawija dalam setahun, kini petani bisa dua kali menanam padi dan satu kali menanam palawija.
Adapun sebagai penyedia air baku, sebanyak 300 liter per detik bisa disiapkan oleh bendungan yang berada di Sungai Telu, Desa Karanggede, Kecamatan Arjosari, Pacitan, ini.
Potensi banjir juga bisa dikurangi sampai 44,86 meter kubik per detik. Selain sebagai konservasi sumber daya air, Bendungan Tukul yang dibangun dengan APBN murni senilai Rp 916 miliar juga bisa menghasilkan listrik 0,25 megawatt.
Khofifah meyakinkan, irigasi yang disediakan air bendungan-bendungan yang dibangun akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas padi di Jatim. Tahun 2020, Badan Pusat Statistik mencatat Jatim sebagai produsen padi tertinggi di seluruh Indonesia dengan kontribusi 18,17 persen.
Produksi Jatim mencapai 10,02 juta ton gabah kering giling atau setara 5,76 juta ton beras. Produksi jagung Jatim juga tertinggi secara nasional dengan 6,6 juta ton pada 2020 atau 21,8 persen dari produksi nasional.
”Nilai tukar petani di Jatim satu-satunya yang masih tumbuh positif 0,26 persen, sementara di provinsi lain cenderung sudah terkontraksi,” tambah Khofifah.
Khofifah juga berharap Presiden Joko Widodo meresmikan dua bendungan lainnya, yaitu Bendungan Tugu di Trenggalek dan Bendungan Gongseng di Bojonegoro. Pengisian awal waduk setelah pengerjaan konstruksi selesai (impounding) di kedua bendungan ini akan dilakukan Juni 2021.
”Kira-kira empat-lima bulan setelah impounding, sudah siap diresmikan sehingga bisa memberikan tetesan kesejahteraan masyarakat Jatim,” ujar Khofifah.
Selain Bendungan Tukul di Pacitan, lima bendungan lain di Jatim yang termasuk proyek strategis nasional adalah Bendungan Tugu dan Bendungan Bagong di Trenggalek, Bendungan Bendo di Ponorogo, Bendungan Gongseng di Bojonegoro, serta Bendungan Semantok di Nganjuk.