Jalan Penghubung 14 Desa di Kabupaten Alor Rusak Berat
Jalan yang menghubungkan 14 desa di Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, rusak berat akibat hujan deras sejak dua pekan terakhir sehingga menghambat aktivitas warga.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KALABAHI, KOMPAS — Jalan yang menghubungkan 14 desa di Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, rusak berat akibat hujan deras sejak dua pekan terakhir. Jalan tanah sepanjang 6 kilometer itu menghambat seluruh aktivitas warga di 14 desa tersebut, termasuk distribusi vaksin Covid-19 dari Kalabahi ke Puskesmas Mebung.
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia Kecamatan Alor Tengah Utara Johanis Atamai yang menghubungi Kompas di Kupang, Jumat (12/2/2021), mengatakan, panjang jalan kabupaten itu hanya 6 km, sudah dibangun aspal sejauh 2 km, sisanya 4 km belum diaspal. Meski hanya 4 km jalan tanah, kondisi jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 30 derajat sehingga semua jenis kendaraan sulit melintas.
”Pada musim hujan seperti sekarang, jika memaksakan diri, pengendara bakal mengalami kecelakaan. Ini sering terjadi. Jalan digerus air hujan dan banjir sehingga menjadi licin, hancur, dan berlumpur. Jalan itu menghubungkan 14 desa di Kecamatan Alor Tengah Utara dengan total penduduk sekitar 9.500 jiwa,” kata Atamai.
Ke-14 desa itu antara lain Manetwai, Luka, Kelai Sibarat, Lembur Tengah, dan Alim Mebung. Desa-desa ini terkenal sebagai penghasil kenari, kemiri, kelapa, kopi, pinang, pisang, kelapa, cokelat, mangga, dan cendana. Karena jalan buruk, pada musim panen, hasil perkebunan itu sulit dipasarkan ke Kalabahi, ibu kota kabupaten, sehingga sebagian besar petani membiarkannya rusak di pohon.
Pada musim hujan seperti sekarang, jika memaksakan diri, pengendara bakal mengalami kecelakaan. Ini sering terjadi. Jalan digerus air hujan dan banjir sehingga menjadi licin, hancur, dan berlumpur. (Johanis Atamai)
Akses warga dari dan ke Kalabahi terganggu. Sebagian besar warga memilih berjalan kaki melintasi jalan 4 km itu untuk berbelanja kebutuhan hidup di Kalabahi. Mereka selalu kesulitan ketika kembali menyusuri jalan yang menanjak itu sambil memikul barang.
”Pikul beras 10 kg, ditambah minyak goreng 2 liter, minyak tanah 5 liter, dan hasil belanja lain dari Kalabahi, itu sangat membebani. Apalagi saat hujan deras disertai angin badai. Kondisi ini sudah berlangsung lama sejak warga bermukim di desa-desa di Kecamatan Alor Tengah Utara,” tutur Atamai.
Tidak terangkut
Hal serupa terjadi saat pengangkutan vaksin Covid-19 dari Kalabahi ke Puskesmas Mubeng di Desa Alim Mubeng. Vaksin bisa terangkut ke sana, tetapi dilakukan dengan susah payah karena kondisi jalan rusak.
Kios milik warga desa yang menyediakan bahan pokok pun barang-barangnya sedang kosong. Kendaraan truk pengangkut barang tidak bisa melintasi jalan tersebut.
Atamai mengatakan, bupati saat ini mendapat dukungan 95 persen selama dua periode berturut-turut mencalonkan diri. Jumlah 36 tempat pemungutan suara di Alor Tengah Utara memenangkan bupati saat ini, Amon Djobo. Warga pun berharap bupati bisa membantu membangun jalan itu setelah memimpin. Namun, sampai hari ini jalan tersebut tidak dibangun.
Saat ini anak sekolah belajar secara daring. Mereka butuh data pulsa. Setiap hari mereka harus ke Kalabahi membeli pulsa data. Siswa SMP dan SMA juga harus ke Kalabahi untuk mengambil materi pelajaran guna dipelajari di rumah.
”Kondisi jalan rusak mengganggu semua aktivitas belajar daring para siswa. Anak-anak kesulitan memiliki pulsa data untuk internet karena pulsa data harus dibeli di Kalabahi. Di desa dan kecamatan ada yang menjual pulsa data, tetapi terbatas. Sementara kebutuhan banyak, ada ribuan siswa dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah membutuhkan itu,” katanya.
Longsor
Camat Reok Barat, Kabupaten Manggarai, Quintus Nang mengatakan, jalan provinsi yang menghubungkan Kecamatan Reok Barat dengan Simpang Hita di Manggarai Barat rusak berat. Hampir sepanjang titik di ruas jalan itu terjadi longsor sehingga tidak dapat dilalui kendaraan. Ketebalan material longsoran sampai 50 cm.
Titik longsor terparah terdapat di wilayah Muntah, Sesa Kajong hingga Sambor, Kecamatan Nggalak, Kabupaten Manggarai. Wilayah ini mengalami kerusakan paling buruk sehingga tidak satu pun kendaraan berani melintas.
Quintus berkoordinasi dengan kepala desa di Nggalak dan babinsa setempat untuk memperbaiki titik-titik jalan yang rusak. ”Warga harus berinisiatif memperbaiki sendiri. Jangan tunggu pemprov karena kondisi jalan rusak itu selalu terjadi setiap musim hujan. Laporan pun sudah berulang kali disampaikan, tetapi tetap tidak ditanggapai,” kata Quintus.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi NTT Maksi Nenabu mengatakan, jalan yang menghubungkan 14 desa di Alor menjadi tanggung jawab pemkab setempat karena merupakan jalan kabupaten. Pemprov juga terus mendorong agar jalan kabupaten di NTT, termasuk di Alor, segera dibangun meski saat ini sebagian anggaran terfokus pada penanganan Covid-19.
Terkait jalan provinsi yang menghubungkan Manggarai dan Manggarai Barat, pemprov sudah menyiapkan anggaran senilai Rp 17 miliar pada tahun anggaran 2021. Namun, saat ini hampir sebagian besar anggaran dipotong melalui program refocusing untuk penanganan Covid-19.
Tahun depan akan dianggarkan dana untuk pembangunan jalan aspal 2 km lagi sehingga sisa 2 km. (Amon Djobo)
Piter Poli Kayan (28), warga Desa Demondei, Flores Timur, mengatakan, jalan penghubung Desa Demondei dengan ibu kota kecamatan, yakni Baniona, putus total akibat longsor yang menutup badan jalan. Jutaan metrik kubik material longsoran menutup badan jalan sehingga kendaraan roda dua dan roda empat sulit melintas, termasuk pejalan kaki. Warga tidak bisa akses ke pasar dan puskesmas setempat.
Bupati Alor Amon Djobo mengatakan, pembangunan jalan itu dikerjakan bertahap karena anggaran daerah terbatas. Lagi pula, pemerintah daerah tidak hanya fokus pada ruas jalan itu, tetapi ada sekitar 350 ruas jalan kabupaten dan kecamatan yang butuh perhatian serupa. ”Tahun depan akan dianggarkan dana untuk pembangunan jalan aspal 2 km lagi sehingga sisa 2 km,” katanya.
Anggota DPRD NTT, Viktor Mado, mengatakan, sebagian jalan kabupaten dan provinsi di NTT pada musim hujan saat ini sangat sulit dilalui kendaraan. Saat ini pemerintah hanya bisa memperbaiki secara darurat agar jalan-jalan itu bisa dilalui kendaraan sehingga mobilisasi barang dan manusia bisa terealisasi. ”Pemprov, pemkab, dan pemkot sedang konsentrasi menangani Covid-19,” ujarnya.