Pandemi Covid-19 memaksa pelaku usaha untuk bertransformasi digital. Melek digital dan mampu membaca peluang kenormalan baru menjadi strategi pelaku UMKM mengembangkan bisnisnya.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi digital menjadi keniscayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk bertahan dan beradaptasi di tengah pandemi Covid-19. Adaptasi teknologi diyakini akan membuat usaha lebih berdaya saing di tengah keterbatasan mobilitas masyarakat.
Proses transformasi digital usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) salah satunya dapat dilihat dari perkembangan e-dagang (e-commerce) di Indonesia. Data Bank Indonesia yang dikutip pada Kamis (11/2/2021) menunjukkan, nilai transaksi e-dagang pada 2020 mencapai Rp 429 triliun atau meningkat dari Rp 205 triliun pada 2019.
Pemilik Sate Babi Bawah Pohon Jakarta, Alethea Alice, menyampaikan, pandemi Covid-19 memberinya kesempatan untuk berefleksi tentang proses bisnis yang dijalankan. Kini, bukan lagi konsumen yang mendatangi restoran, melainkan konsumen didatangi layanan restoran.
Pasar digital yang semakin membesar pun dilihatnya sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis kuliner. Pemanfaatan teknologi dan penggunaan berbagai platform digital menjadi strategi Alice dalam mempertahankan usaha di tengah pandemi Covid-19.
”Sekarang, para pelanggan di pasar daring itu makan pakai mata dulu baru pakai mulut. Jadi, memang, untuk meyakinkan pelanggan, kita harus membuat visual yang menarik selain dari rasa yang enak,” ujar Alice.
Sebagai upaya memastikan menu disukai konsumen, Alice memberikan kesempatan mencicipi makanannya secara gratis dan mereka diminta memberikan kritik atas menu yang dicoba. Strategi ini juga untuk lebih mengenalkan produk kepada pelanggan secara lebih luas.
Strategi lainnya, dilakukan dengan metode vacuum pack sehingga menu sate babi bisa sampai ke Makassar, Semarang, Yogyakarta, Kalimantan, Medan, Palembang, bahkan Singapura. Alice menyampaikan, penjualan secara daring telah membuat usahanya lebih berkembang dan stabil karena dapat berfokus pada kekuatan dan mencoba berbagai opsi baru.
Nanda Ayu Sita, pemilik usaha camilan manis dengan nama BoxinAja, juga turut memanfaatkan peluang usaha secara daring. Usaha yang dimulai pada April 2020 ia pasarkan melalui media sosial Instagram serta menjadi mitra dari GoFood dan GrabFood.
”Saya pakai Instagram untuk promosiin produk dan alhamdulillah pesanan dalam sehari bisa sampai 50 boks. Saat ini saya juga sudah mulai bermitra dengan GoFood dan GrabFood untuk memperluas pasar,” kata Nandya.
Menurut dia, platform daring membuka kesempatan untuk lebih banyak menarik konsumen. Salah satunya karena ada promo-promo yang ditawarkan untuk memberi diskon bagi konsumen sehingga turut meningkatkan daya beli.
”Bagi para UMKM yang ingin menjajakan dagangannya di platform e-dagang, penggunaan berbagai promo itu sangat membantu untuk membuat produk kita berada pada jejeran teratas. Dengan begitu, kemungkinan konsumen memilih produk kita akan lebih besar,” tutur Nandya.
Pemanfaatan teknologi
Ekonom Universitas Indonesia dan Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal menyampaikan, sebagian UMKM berhasil di tengah pandemi karena mengandalkan informasi, komunikasi, dan teknologi. Adopsi teknologi ini bisa jadi kunci utama untuk mendongkrak transaksi, bahkan hingga ratusan persen.
”Intervensi kesehatan, seperti vaksinasi, juga menjadi poin penting yang akan mempercepat pemulihan konsumsi serta mengembalikan potensi investasi yang lebih luas. Selain itu, intervensi fiskal dengan menambah stimulus hingga dua kali lipat di tahun 2021 akan menggairahkan sektor UMKM,” tutur Fithra.
Pemilik perusahaan Qasir, Michael Williem, mengatakan, sebagai perusahaan penyedia platform point of sale atau titik penjualan untuk usahawan nano dan mikro, Qasir mendapati mitra-mitra usahawan yang bertahan adalah mereka yang sigap melakukan adaptasi, baik adaptasi atas penerapan protokol kesehatan maupun adaptasi teknologi.
”Tidak dapat dimungkiri, transformasi digital membuat UMKM menjadi lebih berdaya saing. Misalnya, ketika pelaku bisnis UMKM menjalin kemitraan dengan layanan pengiriman online, kolaborasi dengan platform e-dagang dalam menjalankan promo, program bundling, dan strategi lain, itu membuat produk berputar terus,” papar Michael.
Daya tahan dan kreativitas pelaku usaha mikro saat ini menciptakan optimisme bahwa UMKM Indonesia dapat kembali pulih pada 2021. Beberapa langkah strategis lain yang bisa dilakukan para pelaku usaha adalah mulai mengusahakan agar bisnis punya status formal dan merapikan pencatatan usaha.
Peralihan operasional bisnis ke layanan digital dapat menjadi langkah strategis bagi para pelaku usaha. Khususnya, bagi usahawan yang masih mengandalkan proses manajerial bisnis secara manual, mulai dari arus kas, pengecekan stok barang, hingga operasional inventaris.
”Dengan begitu, pelaku bisnis dapat fokus pada perencanaan bisnisnya. Bahkan, mungkin bisa mulai melakukan ekspansi pasar walaupun di tengah kondisi yang serba tidak pasti akibat pandemi Covid-19,” ujar Michael.