Saat bekerja adalah saat belajar dan mencari ilmu baru. Mereka yang kompetitif adalah mereka yang terus belajar.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Pada zamannya, sinetron merupakan bisnis besar yang menjadi andalan stasiun televisi. Kini, sinetron makin kurang dikenal. Kalau sempat menonton, Anda akan melihat profesi yang ikut terdisrupsi dalam industri ini.
Industri sinetron dan orang-orang yang terlibat di sekitarnya adalah contoh industri yang makin berat saat orang mulai meninggalkan televisi karena kanal-kanal pengaliran konten berkembang. Sinetron sepertinya juga kena hukum alam. Produk yang digarap kurang bagus hanya menunggu waktu, sementara industri film yang digarap secara serius masih bisa menemukan relevansi ketika produk seni ini diputar di mana pun, termasuk bioskop.
Perubahan di industri sinetron hanya sebagian kecil dari perubahan yang disebabkan kehadiran teknologi digital. Orang yang membaca buku The Digital Economy karya Don Tapscott pada 1995 mungkin tidak sedikit yang belakangan menyesal. Semua gambaran dunia digital yang tengah berjalan sudah diprediksi dengan akurat oleh Tapscott.
Mereka yang menyesal adalah yang saat itu mungkin menentang perubahan atau setidaknya tidak bergegas melakukan perubahan. Industri media adalah salah satu industri yang disorot Tapscott dan akan mengalami perubahan dahsyat. Mereka yang lambat mengantisipasi akan tertinggal dan terlindas perubahan.
Tapscott sudah jelas dan terang benderang menjelaskan perubahan yang akan terjadi, sektor-sektor yang akan mengalami perubahan mendasar, dan kebutuhan keahlian-keahlian baru. Apabila sekarang kekurangan tenaga ahli di bidang industri dan bisnis digital terjadi di beberapa negara, boleh dibilang mereka adalah yang terlambat atau bahkan mungkin yang tidak membaca prediksi Tapscott.
Perubahan yang akan terjadi, sektor-sektor yang akan mengalami perubahan mendasar, dan kebutuhan keahlian-keahlian baru.
Perubahan makin kencang. Sebab, setelah digitalisasi, dunia akan memasuki layanan berbasis kecerdasan buatan secara masif. Setelah itu, dunia akan memasuki era robotika. Banyak layanan tidak lagi membutuhkan tenaga manusia. Oleh karena itu, wajar jika banyak pekerjaan konvensional akan hilang, sedangkan pekerjaan baru bermunculan. Pekerjaan lama ada yang bertahan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Sekarang adalah saat kemunculan pekerjaan baru makin kencang. Sebagai contoh, di dunia media cetak orang lebih banyak mengenal profesi jurnalis, sirkulasi, iklan, dan sejenisnya. Akan tetapi, sekarang dunia media cetak yang mengembangkan layanan digital memiliki saintis data, pengembang aplikasi, analis data, dan lain-lain. Pekerjaan baru muncul karena berbagai kebutuhan yang makin hari makin rumit.
Pada masa lalu, keahlian di bidang teknologi informasi mengandalkan lulusan teknik elektro arus lemah. Setelah itu, pekerjaan di bidang ini makin detail, kemudian muncul ilmu komputer dan teknologi informasi. Tak lama, ilmu ini berkembang, muncul keahlian seperti pemrograman, saintis data, coding, analis data, keamanan data, dan lain-lain.
Salah satu yang menarik dari perkembangan ini, berbagai ilmu baru tidak lagi didapat di kampus. Ilmu di kampus sudah tertinggal. Ada yang menyebut, separuh dari ilmu yang kita pelajari pada tahun pertama kampus hampir tertinggal ketika kita berada di tempat kerja. Informasi juga berkembang dua kali lipat setiap 18 bulan. Ilmu baru lebih banyak dipelajari sendiri serta mengikuti kursus, pertemuan yang memperkaya pengetahuan dan keterampilan.
Ada yang menyebut, separuh dari ilmu yang kita pelajari pada tahun pertama di kampus hampir tertinggal ketika kita berada di tempat kerja.
Sejak awal Tapscott juga mengingatkan, orang yang mempunyai tipe sekadar sekolah kemudian bekerja tidak akan mampu berkompetisi. Mereka masih berpikir memisahkan dua dunia, yaitu sekolah dengan kerja. Bekerja seolah hanya lanjutan dari bersekolah. Sekolah telah usai ketika lulus dari perguruan tinggi. Pola pikir bersekolah kemudian bekerja sudah tidak mungkin lagi mendukung karier dan pekerjaan di masa kini.
Tapscott menyebutkan, yang dibutuhkan adalah orang yang terus belajar di dalam hidup. Saat bekerja adalah saat belajar dan mencari ilmu baru. Mereka yang kompetitif adalah mereka yang terus belajar. Tidak mengherankan jika Google memberikan insentif agar karyawannya terus belajar karena menyadari banyak ilmu dan pengetahuan baru yang muncul di lapangan. Pendidikan di bangku kuliah tak akan mampu mengejar perubahan ini, apalagi jika raja-raja kecil di kampus cenderung resisten dengan perubahan.
Seorang penulis mengatakan, perubahan sangat cepat di dunia kerja sepertinya membutuhkan organisasi ”gila” agar mereka yang ada di dalamnya bisa menyesuaikan dengan berbagai pekerjaan baru. Dengan organisasi ”gila”, maka mereka bisa mendapatkan orang-orang yang bisa menghadapi tantangan dan pekerjaan baru yang belum ada ilmunya.