Perpanjangan PPKM Jawa-Bali diyakini memengaruhi upaya pemulihan pariwisata Bali. Pariwisata Bali saat ini lebih mengandalkan kunjungan wisatawan dalam negeri yang utamanya dari Jawa.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat Jawa-Bali diyakini memengaruhi upaya pemulihan pariwisata Bali. Dalam menghadapi kondisi global pandemi Covid-19, pariwisata Bali saat ini lebih mengandalkan kunjungan wisatawan dalam negeri yang utamanya dari Jawa.
Perihal itu diakui Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa ketika dihubungi Kompas, Rabu (10/2/2021). ”Meskipun akan ada (perayaan) Imlek dalam waktu dekat, situasi secara umum saat ini pariwisata memang sepi karena bukan masa libur,” kata Astawa.
Adapun kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, termasuk Bali, juga masih terbatas karena situasi pandemi Covid-19 secara global. Selain itu, pemerintah masih memberlakukan kebijakan tentang pengaturan bagi pelaku perjalanan internasional memasuki wilayah Indonesia.
Ketika ditemui di Denpasar, Selasa (9/2/2021), Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, atau biasa disebut Tjok Ace, mengatakan, sektor pariwisata di Bali masih mengalami kondisi sulit mengawali 2021.
Wisatawan dalam negeri yang diharapkan menjadi andalan pariwisata Bali juga mengalami pembatasan perjalanan karena pemerintah melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
”Bagaimanapun Bali menyatakan siap (menerima kunjungan wisatawan). Namun, daerah asal wisatawan juga membatasi perjalanan jarak jauh bagi warganya. Kondisi ini tentunya akan menyulitkan,” kata Tjok Ace, yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali, Selasa.
Dihubungi terpisah, pengusaha pariwisata Bali di Kota Denpasar, Ida Bagus Gede Sidharta Putra, mengungkapkan, langkah pemerintah memperpanjang PPKM di wilayah Jawa dan Bali dalam upaya menanggulangi peningkatan kasus Covid-19 turut memengaruhi keinginan dan kepercayaan calon wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata, termasuk ke Bali.
Kesehatan penting
Sidharta juga menyatakan menjaga kesehatan masyarakat tetap penting. Namun, kembali menggerakkan perekonomian masyarakat juga harus diperhatikan. Menurut Ketua PHRI Kota Denpasar, sebagian besar kalangan pariwisata di Indonesia, khususnya di Bali, sudah menyiapkan sumber daya manusia dan fasilitas jasa kepariwisataannya agar memenuhi standar penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE).
Dunia pariwisata di Bali bergeliat singkat pada Desember 2020 dan momen libur akhir tahun. Kondisi itu dinilai memengaruhi aktivitas ekonomi Bali pada triwulan IV-2020 meski terbatas. Dalam rilis Bank Indonesia Provinsi Bali dan berita resmi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali terkini tentang pertumbuhan ekonomi Bali triwulan IV-2020 disebutkan aktivitas sektor pariwisata di Bali akhir tahun 2020 juga ditopang wisatawan Nusantara.
Bagaimanapun Bali menyatakan siap (menerima kunjungan wisatawan), tetapi daerah asal wisatawan juga membatasi perjalanan jarak jauh bagi warganya. Kondisi ini tentunya akan menyulitkan.
Selain dari kunjungan wisatawan dalam negeri, tercatat pula peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada Desember 2020. Selama Desember 2020 terdapat 150 kunjungan wisman ke Bali. Sebelumnya, pada November 2020, tercatat 53 kunjungan wisman. Peningkatan jumlah wisman ke Bali pada Desember 2020, menurut BPS Provinsi Bali, lebih disebabkan adanya kegiatan konferensi, rapat, ataupun pertemuan berskala internasional di Bali.
Lebih lanjut Sidharta mengatakan, pemerintah diharapkan juga memperhatikan dampak lanjutan dari tekanan ekonomi yang berkepanjangan ini terhadap kelangsungan sektor pariwisata, khususnya pariwisata Bali. Menurut Sidharta, sektor pariwisata masih menjadi lokomotif penggerak ekonomi Bali sehingga pemulihan pariwisata Bali akan memengaruhi pemulihan ekonomi Bali.