Perusahaan Modal Ventura Makin Selektif Danai Usaha Rintisan
Perusahaan modal ventura selektif mendanai perusahaan rintisan, terlebih di masa pandemi Covid-19. Sejauh ini, bisnis pendanaan ini masih tumbuh positif di tengah krisis ekonomi akibat pandemi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Sejarah memang menunjukkan bahwa krisis menjadi inkubator usaha rintisan atau start up. Forbes mencatat, beberapa perusahaan besar baru diluncurkan saat dan tidak lama setelah krisis ekonomi 2008, seperti Uber dan Whatsapp.
Namun, membangun usaha rintisan akan selalu menantang apa pun kondisi ekonominya, terlebih pada masa pandemi yang melahirkan normal baru, kata Kontributor Senior Forbes, Abdo Riani, November 2020.
Dari sisi investor, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Andreas Surya, Rabu (10/2/2021), mengatakan, krisis saat ini membantu perusahaan modal ventura untuk menganalisis ketahanan dan keberlanjutan bisnis rintisan.
”Kita bisa belajar mengapa satu usaha rintisan bisa tutup dan yang lain bertahan. Kalau bisa, wawancara dan cek perusahaannya lewat pendiri atau karyawannya, bahkan yang sudah tidak lagi bekerja di sana. Berbagai cara perlu dipakai untuk mengetahui benar apa alasan kegagalan atau keberhasilan mereka,” tuturnya dalam diskusi virtual bertajuk ”Menilai Kelayakan Startup”.
Pendekatan tersebut penting mengingat pendanaan modal ventura cenderung dibutuhkan usaha rintisan yang baru berdiri atau baru berkembang. Semakin awal investasi diberikan, risiko kerugian juga semakin besar jika gagal, walaupun potensi keuntungan yang bisa diraih lebih besar jika berhasil.
Penilaian kualitatif menjadi kunci untuk pertimbangan investasi. Penilaian dilakukan dengan menganalisis kapabilitas tim pendiri, potensi pasar, produk, dan operasional. Tolok ukur seperti keterikatan (engagement) pengguna dan produk di media sosial atau penilaian pengguna di aplikasi seperti Playstore juga bisa jadi ukuran.
Chrismanto Saragih, selaku Ketua III Amvesindo, mengatakan, perusahaan modal ventura harus memiliki visi dan misi untuk disesuaikan dengan usaha rintisan. Hal ini penting sebagai exit strategy atau strategi untuk membawa usaha rintisan pada kemandirian keuangan.
”Misalnya, visi kami memperbaiki standar kehidupan masyarakat bawah, ini menentukan apa kami harus menjadi investor. Lalu, lihat kondisi keuangan kita, kita harus pastikan sumber keuangan ada dan sesuai,” ujarnya pada kesempatan sama.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 61 modal ventura yang tercatat di OJK menyalurkan investasi ke usaha rintisan senilai Rp 13,44 triliun sepanjang 2020. Nilai itu tumbuh 5,69 persen secara tahunan dibandingkan dengan 2019 sebanyak Rp 12,72 triliun dari 60 modal ventura.
Wakil Ketua I Amvesindo William Gozali menambahkan, pendanaan modal ventura tetap meningkat karena industri ini sudah bisa mengukur dampak dari pandemi terhadap bisnis usaha rintisan. Pendanaan pun diprediksi terus meningkat seiring pemulihan ekonomi.
”Kalau setiap tahun ada kenaikan dan penurunan di pendanaan, itu normal. Tetapi, secara keseluruhan akan meningkat,” katanya.
Peluang pembiayaan juga diprediksi masih akan terus meningkat seiring pertambahan jumlah usaha rintisan. Menurut laman Startup Ranking, pada 2019, Indonesia menduduki urutan kelima dunia dengan jumlah usaha rintisan terbanyak, yakni 2.193 usaha. Posisi itu lebih dari Amerika Serikat, India, Inggris Raya, dan Kanada.
Tren lokal
Berbicara soal tren, William menyebut, modal ventura saat ini tertarik dengan usaha rintisan yang memasarkan produk atau jasa ekonomi kreatif. Tidak hanya itu, produk dan jasa yang menyasar pasar lokal juga menarik.
”Orang Indonesia itu kreatif. Ini membuat sektor ekonomi kreatif dan lokal secara umum menarik. Misalnya, start up warung yang fokus pada supply chain-nya,” kata William.
Hal ini bisa dilihat dari keberhasilan platform dan aplikasi digital untuk digitalisasi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) BukuKas yang mendapatkan pendanaan seri A senilai 10 juta dollar AS atau setara Rp 142 miliar. Diumumkan Januari lalu, pendanaan itu utamanya didapat dari perusahaan Sequoia Capital India.
Dengan putaran pendanaan terbaru ini, BukuKas telah menghimpun dana sebesar total 22 juta dollar AS atau sekitar Rp 312 miliar. Investasi itu menurut rencana akan digunakan untuk mempercepat akuisisi merchant, memperkuat tim engineering dan produk BukuKas di kedua kantornya, yaitu Jakarta dan Bangalore, India.
Awal tahun ini, BukuWarung juga mengumumkan perolehan pendanaan baru dari Rocketship.vc dan investor individu yang tidak diumumkan nilainya. Platform BukuWarung digunakan untuk membantu pedagang mengelola stok, membuat faktur, mengirim pengingat pembayaran, menagih pembayaran menggunakan faktur, dan membayar pemasok.
Dengan suntikan dana terbaru tersebut, BukuWarung berencana memperbesar tim teknologi dan produk di Indonesia, India, dan Singapura. Tahun ini, perusahaan juga berencana meluncurkan produk monetisasi seperti kredit dan memperluas fitur solusi pembayaran untuk pedagang warung.
Dalam keterangan tertulisnya, BukuWarung telah mencatat transaksi senilai lebih dari 15 miliar dollar AS di platformnya dan telah memproses lebih dari 500 juta dollar AS pembayaran. Ini membuat BukuWarung memimpin pasar dari segi volume.