Dengan produk pengurang pestisida, petani dapat mengefisiensikan biaya pembelian pestisida hingga 10-40 persen. Risiko kesehatan yang timbul akibat paparan pestisida juga dapat berkurang sekitar 50 persen.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan pestisida secara terus-menerus menimbulkan risiko bagi lingkungan dan kesehatan petani. Oleh sebab itu, produk pengurang pestisida yang berbahan baku lokal dapat menjadi solusi dalam pertanian.
CEO dan Co-founder Pandawa Agri Indonesia Kukuh Roxa mengatakan, Pandawa Agri Indonesia memproduksi reduktan atau pengurang pestisida, baik jenis insektisida maupun herbisida. ”Kami memanfaatkan bahan baku organik yang ada di Indonesia sehingga tidak ada ketergantungan pada impor,” ujarnya dalam telekonferensi pers, Rabu (10/2/2021).
Menurut Kukuh, permintaan dunia terhadap pestisida rata-rata tumbuh 5-6 persen per tahun. Tiga besar insektisida yang memiliki pangsa pasar tertinggi secara berturut-turut ialah herbisida, pestisida, dan fungisida. Nilai permintaan Indonesia di pasar global berkisar 3 miliar dollar Amerika Serikat pada 2020.
Di Indonesia, petani biasanya memberi herbisida ke tanaman sebelum pemupukan. Mayoritas petani yang memberikan herbisida ialah perempuan. Paparan tersebut membuat perempuan berisiko secara kesehatan, seperti iritasi mata dan kulit.
Dengan produk pengurang pestisida, lanjut Kukuh, petani dapat mengefisiensikan biaya pembelian pestisida hingga 10-40 persen. Risiko kesehatan yang timbul akibat paparan pestisida juga dapat berkurang sekitar 50 persen.
Sepanjang 2014-2020, perusahaan telah menjual produk sekaligus mengurangi penggunaan pestisida hingga lebih dari 1 juta liter kepada 22 korporasi dan 1.000 petani di 15 provinsi di Indonesia. Nilai penghematan dari pengurangan penggunaan pestisida mencapai 535.714 dollar AS.
Nilai penghematan dari pengurangan penggunaan pestisida mencapai 535.714 dollar AS.
Pada 2021, korporasi menargetkan menjual dan mengurangi penggunaan pestisida sebanyak 1 juta liter kepada lebih dari 30 perusahaan dan 2.000 petani di 16 provinsi. Untuk pertama kalinya, Pandawa Agri Indonesia akan mengekspor produknya ke Malaysia.
Research and Development Product Pandawa Agri Indonesia Prabawati Hyunita Putri menambahkan, penggunaan produk reduktan pestisida sebanyak 50 persen dari volume keseluruhan. Petani yang semula terbiasa menggunakan 1 liter pestisida, kini cukup menggunakan separuhnya dan sisanya memakai reduktan pestisida.
Dari sisi kandungannya, angka toksik produk pengurang herbisida berada di kelompok relatif tidak berbahaya (relatively harmless). Herbisida dan zat pendamping herbisida pada umumnya berada di golongan sedikit beracun (slightly toxic).
”Produk ini (reduktan pestisida) dapat terurai di tanah sehingga tidak berpotensi menjadi polutan,” katanya.
Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) Gusrizal mengatakan, PT Pupuk Indonesia tengah meningkatkan stok pupuk nonsubsidi di kios-kios untuk mengantisipasi tingginya permintaan. ”Kami berharap, melalui pengenalan pupuk nonsubsidi, petani tetap bisa memenuhi kebutuhannya,” ujarnya melalui siaran pers.
Gusrizal menambahkan, saat ini, stok nasional pupuk nonsubsidi di lini III atau gudang kabupaten sebanyak 184.594 ton. Stok terbanyak berada di daerah yang kebutuhannya tergolong sangat tinggi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Korporasi tengah mengupayakan agar persebaran stok dapat merata.
Pemerintah telah menegaskan bahwa pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi petani yang telah tergabung dalam kelompok tani, terdaftar dalam sistem elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) di daerah tertentu, dan memiliki Kartu Tani. Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49 Tahun 2020 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2021.
Selain itu, lanjut Gusrizal, dosis pupuk yang bisa ditebus petani juga telah ditentukan berdasarkan alokasi dan rekomendasi dinas pertanian setempat. Di sisi lain, Survei Pertanian Antar-sensus Badan Pusat Statistik menyatakan, terdapat 5,6 juta petani yang belum tergabung dalam kelompok tani dan tidak terdaftar dalam e-RDKK.
”Oleh sebab itu, perusahaan akan menggencarkan promosi pupuk nonsubsidi,” katanya.