Pemulihan Ekonomi Membuka Ruang PNM Rangkul 9,6 Juta Nasabah
Kebutuhan masyarakat terhadap pembiayaan ultramikro selama pandemi turut mendorong pertumbuhan jumlah nasabah aktif PT Permodalan Nasional Madani. Ini juga bagian dari kontribusi perusahaan dalam pemulihan ekonomi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, PT Permodalan Nasional Madani (Persero) mampu menambah nasabah baru hingga 29 persen menjadi 7,9 juta nasabah. Pada periode pemulihan ekonomi 2021, perseroan optimistis bisa merangkul hingga 9,6 juta nasabah sekaligus mengompensasi penyaluran kredit yang sempat melambat karena pandemi.
EVP Keuangan dan Operasional PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Sunar Basuki, Rabu (10/2/2021), mengatakan, kenaikan jumlah nasabah aktif terjadi baik pada program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) maupun program Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM). Jumlah nasabah UlaMM pada 2020 sebanyak 97.446 nasabah, naik 32,13 persen dibandingkan dengan 2019 sebesar 73.749 nasabah.
Sementara jumlah nasabah Mekaar pada 2020 mencapai 7,8 juta nasabah, naik 29,1 persen dari 2019 sebesar 6 juta nasabah. Hal ini menunjukkan kebutuhan masyarakat terhadap pembiayaan ultramikro pada periode pandemi turut mendorong pertumbuhan jumlah nasabah aktif PNM.
”Pemberdayaan usaha mikro dan ultramikro adalah cara PNM untuk turut berkontribusi pada program Pemulihan Ekonomi Nasional,” ujarnya dalam Paparan Kinerja 2020 dan Target 2021 PT PNM secara virtual di Jakarta.
PNM Mekaar merupakan layanan permodalan berbasis kelompok yang diperuntukkan bagi masyarakat prasejahtera pelaku usaha ultramikro. Adapun PNM ULaMM adalah layanan pembiayaan dan pendampingan usaha kepada pelaku usaha mikro dan kecil.
Kenaikan jumlah nasabah sejalan juga dengan pertumbuhan aset perusahaan pembiayaan mikro BUMN ini. Jumlah aset PNM pada 2020 sebesar Rp 31,66 triliun, tumbuh 27,1 persen dari tahun 2019 yang sebesar Rp 24,9 triliun.
Kebutuhan masyarakat terhadap pembiayaan ultramikro pada periode pandemi turut mendorong pertumbuhan jumlah nasabah aktif PNM. Pemberdayaan usaha mikro dan ultramikro adalah cara PNM turut berkontribusi pada program Pemulihan Ekonomi Nasional.
Menurut Sunar, sepanjang 2020, jumlah penyaluran ULaMM turun 35 persen secara tahunan menjadi Rp 2,51 triliun, Namun, pada periode yang sama, penyaluran ke Mekaar naik 20,4 persen ke Rp 24,34 triliun. Jika ditotal, penyaluran pembiayaan PNM pada 2020 tumbuh 11,54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 26,86 triliun.
”Kita sempat kehilangan pendapatan pada periode Maret sampai awal Agustus 2020. Relaksasi salah satu penyebabnya sehingga PNM tidak penuh menerima pembayaran dari nasabah. Jadi, walaupun kita dorong, efek pandemi memang tidak bisa dimungkiri masih berpengaruh,” katanya.
Relaksasi dan peningkatan beban usaha akibat pandemi Covid-19 turut membuat laba bersih PNM tergerus 63,3 persen dari Rp 977 miliar pada 2019 menjadi Rp 359 miliar pada 2020. Meski begitu, PNM tetap sanggup memperbaiki tingkat rasio gagal bayar (non-performing loan/NPL) ULaMM dari level 2,86 persen pada 2019 menjadi 2,66 persen pada 2020. NPL Mekaar juga membaik dari 0,14 persen pada 2019 menjadi 0,13 persen pada 2020.
Pada periode pemulihan ekonomi tahun ini, lanjut Sunar, PNM optimistis bisa merangkul sebanyak 9,6 juta nasabah. Target tersebut relevan mengingat pada Februari ini jumlah nasabah PNM telah mencapai 8,2 juta nasabah.
”Saat ini mayoritas jumlah nasabah PNM terdapat di Pulau Jawa. Nasabah terbanyak ada di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah,” ujarnya.
Merger usaha
Pemerintah saat ini tengah mengkaji penggabungan tiga BUMN yang akan terlibat dalam pembentukan perusahaan induk (holding) ultramikro, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PNM, dan PT Pegadaian (Persero).
Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menilai, penggabungan ini dapat memberi efek positif terhadap upaya menaikkan kelas pelaku usaha mikro dan ultramikro. Apalagi BRI sebagai koordinator holding memiliki kemampuan aset, jaringan, serta teknologi yang mumpuni untuk memperluas keterjangkauan pembiayaan.
”Jenjang pengembangan pelaku UMKM ke depan akan lebih baik. Segmen UMKM ini perlu diurus secara serius karena kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerjanya besar,” ujar Fithra.
Melalui integrasi ketiga BUMN, lanjutnya, inklusi keuangan pada pelaku UMKM juga akan turut terdongkrak. Jaringan serta sumber dana murah yang dimiliki BRI bisa membantu Pegadaian dan PNM agar lebih efisien dalam mendukung serta menyalurkan program dan produk bagi pelaku usaha mikro dan ultramikro yang selama ini banyak mendapat pembiayaan dari rentenir.
”Kredit ultramikro dengan rentang penyaluran kredit di bawah Rp 10 juta merupakan peluang bisnis yang cukup menggiurkan, baik dari sisi volume maupun potensi pendapatan,” kata Fithra.
Kredit ultramikro dengan rentang penyaluran kredit di bawah Rp 10 juta merupakan peluang bisnis yang cukup menggiurkan, baik dari sisi volume maupun potensi pendapatan.
Sementara itu, Sunar menekankan, jika pembentukan perusahaan induk ultramikro ini terealisasi, PNM akan mendapatkan manfaat berupa perluasan pangsa pasar dan efektivitas biaya operasional. Merger usaha juga akan membuat posisi PNM di pasar pembiayaan UMKM semakin kompetitif.
”Biaya aktivitas bisnis yang selama ini dilakukan PNM terbilang tinggi, terutama terkait tatap muka menjangkau nasabah dan pendampingan. Kalau pangsa pasar kita luas, biaya layanan di suatu wilayah bisa terbagi sehingga biaya per nasabah lebih rendah,” ujarnya.