Risiko Masih Membayangi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2021
Kasus Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020. Penambahan kasus yang tak kunjung terkendali menjadi risiko terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2021.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Risiko pertumbuhan ekonomi yang negatif masih membayangi triwulan I-2021 seiring penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19. Prioritas kebijakan saat ini harus sepenuhnya diarahkan pada penanganan Covid-19 yang efektif.
Peneliti senior Smeru Research Institute, Asep Suryahadi, mengemukakan hal itu, Rabu (10/2/2021). Menurut dia, penanganan Covid-19 yang efektif bukan hanya melalui vaksinasi.
Berdasarkan data di laman Worldometers.info, kasus positif Covid-19 di Indonesia sejak 2 Maret 2020 sampai dengan 10 Februari 2021 sebanyak 1.183.555 kasus. Adapun jumlah kasus aktif sebanyak 168.416 kasus.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah menyiapkan tujuh strategi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi 2021, yakni melaksanakan vaksinasi Covid-19, melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional, dan mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Strategi lain adalah memprioritaskan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menyusun daftar negatif investasi, membentuk lembaga pengelola investasi, serta menyusun strategi pengungkit pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti penandatanganan perjanjian dagang internasional.
”Ketujuh strategi itu akan menjaga optimisme pertumbuhan ekonomi 2021 dan 2022,” kata Airlangga.
Pemerintah menyiapkan tujuh strategi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi 2021.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi, pemerintah akan menjalankan program vaksinasi sesuai jadwal dan mengendalikan pandemi Covid-19 lebih optimal. Implementasi protokol kesehatan juga akan melibatkan aparat keamanan di tingkat pusat dan daerah.
Kepala Subdirektorat Pengelolaan Portofolio Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Novi Puspita Wardani menambahkan, strategi memperkuat pemulihan ekonomi juga dilakukan melalui pendalaman pasar keuangan. Pandemi Covid-19 menciptakan peluang untuk meningkatkan investor ritel domestik.
Peningkatan minat investor ritel ini tecermin dalam pencapaian penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel. Pada 2020, realisasi penerbitan SBN ritel mencapai Rp 77 triliun, melampaui target Rp 60 triliun. Lebih dari 50 persen di antaranya merupakan investor baru dari kalangan generasi milenial.
Pandemi Covid-19 menciptakan peluang untuk meningkatkan investor ritel domestik.