Saham Sektor Industri Dasar dan Kimia Diproyeksi Topang IHSG
Sektor industri dasar dan kimia diproyeksi akan mencatat kinerja yang baik pada tahun ini.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan berpotensi melanjutkan penguatan jangka menengah seiring rentang konsolidasi telah bergeser ke arah yang lebih baik. Saham di sektor industri dasar dan kimia diproyeksi masih akan menjadi penopang, berlandaskan catatan kinerja yang baik sepanjang 2020, di tengah gempuran pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham sektor industri dasar dan kimia tumbuh 9,85 persen sejak awal Januari 2020 hingga penutupan perdagangan, Senin (8/2/2021).
Analis Sucor Sekuritas, Hendriko Gani, mengatakan, masih ada peluang melaju di tengah masa pemulihan ekonomi.
Adapun kinerja saham tahun berjalan, dari 80 emiten, sebanyak 30 emiten berada di zona hijau, 43 di zona merah, dan 7 tidak beranjak dari harga awal tahun.
”Secara tahun berjalan, kenaikan indeks sektor industri dasar dan kimia lebih tinggi dari indeks IHSG yang hanya tumbuh 3,84 persen sejak awal Januari 2021,” ujar Hendriko, Selasa (9/2/2021).
Secara tahun berjalan, kenaikan indeks sektor industri dasar dan kimia lebih tinggi dari indeks IHSG yang hanya tumbuh 2,89 persen sejak awal tahun 2021. (Hendriko Gani)
Ia menilai, kinerja sektor industri dasar ditopang pergerakan saham dari emiten produsen kertas akibat kenaikan harga produk yang cukup signifikan. ”Secara fundamental, emiten kertas bergerak menanjak dan masih memiliki potensi penguatan,” ujarnya.
Di sisi lain, Hendriko menilai sejumlah subsektor industri dasar juga masih menarik diperhatikan, salah satunya emiten produsen semen. Sebab, sektor utamanya, yakni konstruksi, mendapatkan katalis positif besar dari berbagai proyek pemerintah dan pendanaan dari bank BUMN serta lembaga pengelola investasi.
”Kinerja emiten di sektor semen diprediksi bakal bangkit tahun ini seiring prospek pemulihan ekonomi. Jika pemulihan ekonomi terjadi sesuai ekspektasi, diproyeksikan volume permintaan semen naik secara moderat pada tahun ini,” ujarnya.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menuturkan, sektor industri dasar dan kimia berada dalam tren kenaikan semenjak berbalik arah pada akhir September 2020. Kenaikan ditopang keragaman emiten jenis olahan bahan baku dasar industri yang memiliki relevansi bisnis pada masa pemulihan ekonomi dari efek pandemi Covid-19.
”Emiten yang dirasakan sebagai penopang indeks ini seperti emiten-emiten industri dasar dengan kapitalisasi besar yang walau sempat koreksi tetapi kembali rebound,” katanya.
Sektor industri dasar dan kimia berada dalam tren kenaikan semenjak berbalik arah pada akhir September 2020.
Salah satu pendongkrak kinerja emiten di sektor tersebut adalah penjualan polyethylene, bahan baku plastik, untuk bisnis olahan plastik. Emiten di lini bisnis moulding untuk sarung tangan karet juga relevan untuk mendukung manufaktur sarung tangan yang diperlukan, terutama untuk kebutuhan tim medis dalam menangani pasien medis.
Meski begitu, ia mengingatkan, faktor pemulihan ekonomi global akan menjadi katalis yang cukup penting bagi sektor industri dasar. ”Hal ini karena produk-produk seperti bahan kimia dan kertas memiliki porsi ekspor yang cukup signifikan,” katanya.
Faktor pemulihan ekonomi global akan menjadi katalis yang cukup penting bagi sektor industri dasar.
Proyeksi IHSG
Sampai dengan perdagangan sesi pertama Selasa (9/2/2021), IHSG menguat 0,25 persen ke level 6.224,087. Menurut Frankie, rilis data produk domestik bruto (PDB) memengaruhi pasar efek meski sesaat karena kemungkinan besar investor telah mengantisipasi rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang PDB 2020.
Data pertumbuhan ekonomi 2020 yang dirilis BPS, yakni minus 2,07 persen, sejalan dengan proyeksi pemerintah di kisaran negatif 2,2 persen hingga negatif 1,7 persen. Namun, realisasi pertumbuhan ekonomi lebih baik dari proyeksi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi negatif 2,2 persen.
”Catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara triwulanan menunjukkan kontraksi terdalam akibat puncak sentimen pandemi Covid-19 pada triwulan II-2020,” ujarnya.
Pelaku pasar, lanjutnya, memaklumi realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, PDB Indonesia dinilai relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa kondisi negara lain yang juga masih berjuang menghadapi pandemi Covid-19.