Penambahan Harian Pasien di Jatim Masih Tinggi
Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur membaik dalam tahap kedua pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang terlihat dari jumlah harian pasien sembuh melampaui pasien baru meski belum memunculkan tren.
SURABAYA, KOMPAS – Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur membaik dalam tahap kedua pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kurun 26 Januari-8 Februari 2021. Perbaikan terlihat dari jumlah harian pasien sembuh melampaui pasien baru meski di masing-masing indikator belum memperlihatkan konsistensi.
Mengutip data laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, kurun 26 Januari-6 Februari 2021 atau dua hari menjelang berakhirnya PPKM tahap kedua, penambahan pasien Covid-19 sebanyak 10.244 orang atau rerata harian 853-854 orang. Jumlah itu di bawah kesembuhan akumulatif dua belas hari terakhir yang 10.660 atau 888-889 orang setiap hari. Selisih antara pasien sembuh dan pasien baru 35 orang setiap hari.
Kurun waktu yang sama, kematian secara akumulatif mencapai 675 jiwa atau rerata harian 56-57. Pasien dirawat menurun dalam sepuluh hari terakhir yakni dari 8.067 orang yang pada Sabtu (6/2) tersisa 6.736 orang. Penurunan pasien dalam satu dasarian (sepuluh hari) 1.331 orang atau 133-134 orang setiap hari.
Penambahan kasus harian berada dalam rentang 679-1.022 orang. Kesembuhan berada dalam rentang 786-1.013 orang. Kematian berada dalam rentang 39-74 jiwa. Situasi memperlihatkan perbedaan begitu tajam dalam kasus baru, kesembuhan, dan kematian. Selain itu, data bersifat fluktuatif atau belum memperlihatkan suatu tren. Penambahan pasien baru dan kematian harian yang ideal mengecil sedangkan kesembuhan bertambah atau setidaknya stabil.
Menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, PPKM tetap memberi hasil positif terhadap situasi wabah atau pagebluk di provinsi berpenduduk 40,7 juta jiwa ini. Meski belum bisa diklaim bahwa pandemi mereda tetapi kesembuhan yang sudah melampaui kasus baru merupakan situasi menggembirakan dan pertanda membaik.
PPKM di Jawa-Bali untuk meredakan wabah dilaksanakan dalam dua tahap. Yang pertama berlangsung 11-25 Januari 2021 dimana di Jatim dilaksanakan di 15 kabupaten/kota. Tahap kedua yang segera berakhir berlangsung di 17 kabupaten/kota.
Khofifah mengklaim, sebelum PPKM, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) isolasi pasien ialah 79 persen ke 54 persen atau sudah di bawah anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO) 60 persen. Namun, BOR di unit rawat intensfif (ICU) dari 72 persen ke 69 persen. Perbandingan jumlah kasus dengan tes (positivity rate) dari 20 persen ke 18 persen yang masih melambung dari standar WHO 5 persen. Tingkat penularan (rate transmission) dari 1,1 ke 0,82.
Kabupaten/kota zona merah atau risiko tinggi penularan dari delapan lokasi menjadi dua lokasi (Madiun dan Trenggalek). Selama PPKM dilaksanakan vaksinasi untuk tenaga kesehatan dan sasaran tertentu yang sudah mencapai 70 persen.
“PPKM memberi dampak positif bagi perbaikan situasi pandemi di Jatim,” kata Khofifah.
Selepas PPKM, Jatim belum akan menerapkan skema serupa apalagi yang lebih tegas seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), karantina wilayah, atau penguncian (lockdown). Jatim mendorong keaktifan kembali Kampung Tangguh Semeru yang sudah dibentuk dalam penanganan dan pengendalian Covid-19 berbasis keterlibatan masyarakat.
Skema pembatasan hingga penguncian, lanjut Khofifah, bisa diterapkan di tingkat Kampung Tangguh Semeru berbasis rukun warga (RW) sehingga tidak menghabiskan banyak sumber daya dan tidak rumit. Untuk PPKM dan PSBB seperti pernah ditempuh di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, beribu-ribu aparatur dikerahkan untuk penyekatan, pemeriksaan, dan pengendalian mobilitas masyarakat guna menekan potensi penularan Covid-19.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo mengingatkan, situasi wabah yang membaik memerlukan konsistensi yang kestabilan sampai kurun waktu tertentu setidaknya sebulan dan bertahan pada bulan-bulan berikutnya. Data fluktuatif tentang penambahan kasus, kesembuhan, dan kematian memperlihatkan kenyataan bahwa pandemi belum bisa disebut mereda apalagi terkendali dan tertangani.
Perlu tetap berhati-hati dan melanjutkan skema pembatasan sosial (Windhu Purnomo)
Secara sederhana, lanjut Windhu, penambahan kasus baru mengecil bahkan sekecil mungkin sementara kesembuhan bertambah atau stabil. Namun, fakta bahwa kasus harian bertambah 853-854 orang masih terlalu tinggi. Satuan Tugas Covid-19 menginginkan penambahan di Jatim di bawah 700 dan mengecil.
“Jadi belum bisa dikatakan mereda meskipun sedang membaik,” kata Windhu.
Dalam situasi begitu, lanjut Windhu, aparatur harus meningkatkan kewaspadaan dan masyarakat meningkatkan kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan. Yang dikhawatirkan, selepas PPKM, dianggap tiada skema pembatasan sehingga mobilitas masyarakat kembali tinggi lalu berdampak memunculkan peningkatan potensi penularan lagi.
Jatim perlu melihat kembali dampak masa libur 28 Oktober-1 November 2020. Selama libur, meski ada skema pengetatan peraturan, mobilitas masyarakat tetap tinggi. Dua pekan kemudian, situasi wabah di Jatim memburuk dimana daerah risiko rendah atau zona kuning berkurang dari 24 ke 13 kabupaten/kota. Situasi di 11 kabupaten/kota memburuk menjadi risiko sedang (zona oranye).
Selain itu, latar belakang PPKM pada prinsipnya terjadi sepekan setelah masa libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Adapun Senin (4/1) menjadi awal kegiatan aparatur dan masyarakat setelah berlibur meskipun selama masa libur ada pengetatan dan pembatasan misalnya larangan perayaan pergantian tahun. Sehari sebelum PPKM tahap pertama, di Jatim terdapat 3 zona merah dan 35 zona oranye. Situasi itu memburuk dari 13 Desember 2020 yang 1 zona merah dan 37 zona oranye.
“Perlu tetap berhati-hati dan melanjutkan skema pembatasan sosial,” kata Windhu.
Tingkatkan kemampuan
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya menekan penyebaran Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan dengan meningkatkan kemampuan penelusuran yang telah dimiliki Satgas Covid-19. Meski tracing ini sudah dilakukan sejak awal pandemi, Maret 2020, namun terus diperdalam dan ditingkatkan dengan tujuan menekan laju penyebaran dan memutus rantai Covid-19.
Pelatihan tersebut menurut Pelaksana Tugas Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana mulai Senin (8/2/2021) dengan melibatkan Babinsa, Bhabinkamtibmas dan jajaran tingkat kelurahan. Meski saat ini kondisi pasien Covid-19 di Kota Pahlawan mengalami penurunan Bed Occupancy Ratio (BOR) untuk ruang ICU dari 100 persen menjadi 80 persen. Sementara non ICU tinggal 60 persen.
Jadi akan ada ribuan satgas yang ikut pelatihan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya itu, antara lain dari 154 kelurahan se-Surabaya serta jajaran tiga pilar., termasuk kepala seksi (kasi).
Untuk mekanisme, lanjut dia, akan digelar di masing-masing kecamatan atau kelurahan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dalam setiap pertemuan mengundang satgas berjumlah 23 orang. Hal itu menjadi penting dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan dengan membatasi peserta. Peserta akan mendapat pelatihan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) oleh Dinkes.
Setelah peserta atau atgas mengikuti pelatihan, diharapkan mereka dapat melacak kontak erat dengan perbandingan satu pasien postif 20 – 30 kontak erat.
Kejujuran warga
Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengusulkan tiga hal untuk pengetatan aturan PPKM, penambahan fasilitas kesehatan rujukan khusus bagi pasien covid-19 dari luar Surabaya Raya. Cara lain menggerakkan kembali satgas Kampung Tangguh Kampung Wani Jogo Suroboyo di tingkat RT/RW.
Pengaktifan kampung tangguh di tingkat RT/RW sekaligus juga kembali mengingatkan warga agar segera menginformasikan melalui RT/RW jika ada warga, atau anggota keluarga yang mengalami gejala Covid-19. "Semua cara dilakukan untuk memutus mata rantai peneyebaran virus korona, dan paling utama warga harus selalu menerapkan protokol kesehatan, dan jika mengalami gejala, atau orang terdekat wajib melapor ke RT untuk diteruskan ke kelurahan dan kecamatan," kata Irvan.
Pengamatan Kompas di Surabaya, akhir-akhir ini warga atau anggota keluarga yang positif Covid-19, cenderung memilih menjalani isoloasi mandiri di rumah, dan tidak menginformasikan ke RT.
"Idealnya semua warga baik masih rekatif atau bahkan positif meski tanpa gejala wajib menginformasikan ke satgas RT/RW untuk ditindaklajuti karena semua terkait permakanan dan proses penyembuhan, termasuk upaya untuk menekan penyebaran," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febri Rachmanita.
Jadi kata Febria, mau isolasi di rumah, di Asrama Haji, Rumah Sakit Lapangan Jalan Indrapura bahkan RS Rujukan di Kota Surabaya, semua ditentukan oleh satgas, berdasasarkan kondisi atau keluhan pasien. "Kejujuran warga sangat dibutuhkan untuk dilakukan penelusuran," ujarnya.