Keelokan Pesisir Utara Pulau Madura Kini Menggoda
Piknik ke Bangkalan, Pulau Madura Jawa Timur kini semakin menyenangkan karena obyek wisata terus bermunculan dan sangat kekinian. Di kabupaten ini, tak kurang 35 tempat yang elok dan nyaman untuk memanjakan mata dan hati
Piknik ke Bangkalan, Pulau Madura Jawa Timur kini semakin menyenangkan karena obyek wisata terus bermunculan dan sangat kekinian. Di kabupaten ini, tak kurang 35 tempat yang elok dan nyaman untuk memanjakan mata dan hati, serta sebagai penambah daya tahan tubuh di kala Pandemi-19 sudah menanti untuk dikunjungi.
Memang akses jalan ke hampir semua obyek wisata di Bangkalan berupa jalan kampung, jadi butuh kesabaran pengendara saat berpapasan di jalan sempit. Tapi, sempitnya jalan, kadang licin, becek, penerangan seadanya bahkan tanpa penanda, langsung terobati dengan keelokan obyek wisata yang dituju.
Pemandangan alam Bangkalan mulai dari batu kapur, deburan ombak, hutan mangrove hingga keindahan di bawah laut. Sepertri deru ombak dengan pantai berpasir putih sepanjang dua kilometer di Pantai Tlangoh, Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, benar-benar bikin hati berbedar-debar gembira.
Di Pantai Tlangoh yang terkenal kumuh, setahun terakhir menjadi bersih bahkan dari gunungan sampah, dan berubah menjadi tempat bermain, berkumpul, berjumpa wisatawan meski didominasl warga lokal. Pantai yang kini dilengkapi dengan beberapa tempat berswafoto, dan sarana lain dari pagi hingga malam ramai tak terkira dan tak harus di akhir pekan.
Wisata yang dikembangkan di pantai ini Kepala Desa Tlangoh Kudrotul Hidayat (39), Selasa (2/2/2021) dengan konsep wisata keluarga. Jadi ketika rombongan keluarga datang, anak-anak bebas bermain sementara orangtua bisa mengawasi sambil menikmati beragam makanan di 30 kios yang seluruh dikelola warga setempat yang bergabung dalam Kelompok Sadar Wisata. Pengawasan di kawasan pantai pun dikawal oleh penjaga pantai yang handal.
Baca juga : Pesona Wisata di Pesisir Utara Madura
Pantai Tlangoh yang dari dulu warganya rata-rata mengadu nasin di nenegri jiran Malaysia, menurut Kudratol, yang generasi ketiga dari keluarga menjadi kepala desa atau klebun dalam bahasa Madura, sudah lama dijadikan tempat berendam warga Bangkalan, terutama bagi mereka yang mengalami gatal-gatal di tubuh bahkan bahkan stroke.
Ritual berendam dilakukan sejak pagi hingga jelag matahari terbenam, dan dilanjutkan mandi dengan air tawar, sehingga badan segar dan bersih.
Justru saat pandemi banyak TKI terpaksa pulang kampung juga memunculkan inisiatif untuk menjadikan Pantai Tlangoh menjadi lokasi wisata andalan (Dwi Mandiri)
Hanya sebatas tempat berendam, Pantai Tlangoh Namun, ketenaran Pantai Tlangoh sebagai tempat berendam itu tidak bisa membangkitkan perekenomian warga. Bahkan, pantai terlihat kotor, dipenuhi sampah. Itulah yang mendorong kepala desa dan para pemuda asal Desa Tlangoh taka da di Bangkalan, padahal pesoana terutama deburan ombaknya, sangat menantang untuk berselancar.
Muncullah keinginan warga setempat untuk membuat gebarakan menata desa hingga pantai, untuk kesejahateraan bersama. Maka tahun 2020 Kudratol berbincang dengan manajemen PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) dan langsung mendapat respon yang begitu melegakan penduduk setempat.
Berkat kegigihan bersama, dan meski sedang pandemic virus korona penyebab penyakit Covid-19, penataan pantai terus dikebut. Mulai memperbaiki jalan, mebangun kios, tempat asntai dan beberapa spot untuk berswafoto.
Baca juga : Taman Pendidikan Mangrove Labuhan Kembali Dibuka
Ketua Pokdarwis Desa Tlangoh Dulasir mengatakan, paling penting lagi semua sarana yang dibangun di kawasan pantai seluruh menerapkan protokol kesehatan. Di depan pinta masuk penjaga bahkan selalu meminta pengunjung memasukkan tas ke dalam kotak pemindai virus yang disediakan PHE WMO. Semacam ruang disinfektan mini dengan cahaya ultraviolet.
Kini di desa ini sudah memiliki Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), setidaknya ada 100 warga Desa Tlangoh yang hidup dari tempat wisata ini, mulai jadi penjaga pantai, petugas kebersihan, penjaga parkir, penjaga pintu masuk, penjual tiket, penjaga toilet, penjaga warung hingga pemilik warung.
“Kami warga Tlangoh terus mencari cara agar wahana foto selfie dan sarana permainan laut seperti parasailing, banana boat ada di sini dalam waktu dekat,” kata Kudrotul.
Berdasarkan data dari Pokdarwis Desa Tlangoh, Juli-September 2020 ada sebanyak 9.500 pengunjung datang ke pantai itu dengan pendapatan dari tiket masuk dan parkir mencapai Rp 40 juta.
Mengubah prilaku
Mengubah prilaku hidup warga sekaligus menjaga alam, termasuk memunculkan kemandirian dan berkelanjutan serta dijalankan dalam mekanisme partisipatif yang melibatkan pemangku kepentingan di Tlangoh, melengkapi keberhasilan PHE WMO saat mengembangkan Taman Pendidikan Mangrove (TPM) Labuhan, Program Wisata Laut Labuhan, Eco Edufarming Bandangdaja.
Program seperti ini kata General Manager PHE WMO Dwi Mandiri, menitikberatkan pada sektor wisata melalui pengembangan pariwisata di pesisir utara Bangkalan, Jawa Timur dengan target mewujudkan One Belt One Road (OBOR) pariwisata setempat.
Maka kolaborasi yang bersumber pada kesadaran masyarakat lokal dengan Pemerintah Kabupaten Bangkalan serta PHE WMO dalam pengembangan pariwisata di Pantai Tlangoh bisa menghasilkan energi yang menjamin program itu bisa berkesinambungan dakam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kami warga Tlangoh terus mencari cara agar wahana foto selfie dan sarana permainan laut seperti parasailing, banana boat ada di sini dalam waktu dekat (Kudrotul)
Apalagi keberhasilan pengembangan wisata Pantai Tlangoh yang diinisiasi justru saat pandemi Covid 19 juga menjadi bukti bagaimana tantangan yang berat justru memghasilkan kreatifitas warga lokal yang hebat.
Baca juga : Memasarkan Kekayaan “Brang Wetan”
"Justru saat pandemi, ketika roda perkonomian tertekan banyak TKI terpaksa pulang kampung dan berinisiatif menjadikan Pantai Tlangoh yang terabaikan dan kotor menjadi lokasi wisata andalan," ujarnya.
Nah selepas dari Pantai Tlangoh, perjalanan melepas penat sambil menyusuri mangrove bisa dilanjutkan ke Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan Jawa Timur. Sepanjang dua kilometer area pesisir yang tambak tersebut, kini menjadi oase di kala terik. Pantai Tlangoh kira-kira berjarak 30 kilometer dari tengah kota Bangkalan.
Setiap hari karena pandemi Covid-19, ratusan pejalan datang mengunjungi desa, jika normal bisa mencapai ribuan orang terutama pelajar, mahasiswa dan peneliti. Desa yang kini menjadi destinasi ekowisata ini selalu mampir di Taman Pendidikan Mangrove dan Taman Wisata Laut Labuhan.
Tak lagi merantau
Menurut Pembina Kelompok Tani Magrove Cemara Sejahtera Muhammad Sahril, tak banyak yang tahu jika Desa Labuhan gersang, karena penduduknya cenderung meninggalkan desanya dan merantau ke negeri jiran. Mereka memilih meninggalkan desa, karena yang bisa dikembangkan hanya tambak, sementara garis pantai semakin mundur akibat abrasi.
Dengan segala kesukaran, Sahril yang juga mantan TKI di Malaysia ini, sejak 2014 terus mengajak warga untuk mengubah nasib di kampung sendiri. Caranya menggerakkan ekonomi keluarga sekaligus menlestarikan lingkungan pantai dan hutan mangrove.
Niat warga pun mendapat uluran tangan dari PHE WMO dengan memberikan bibit mangrove yang didatangkan dari Mangrove Center Tuban untuk dilakukan pembibitan mandiri. Tak kurang 10.000 bibit mangrove dan cemara laut di tanam di areal seluas 30 hektar. PHE juga memneydiakan tempat pelatihan sekaligus menginap serta beberapa sarana penunjang di kawasan yang banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa dan peneliti.
Mangrove dan cemara laut yang ditanam antara lain berjenis Rizhophora stylosa, Stenggi, Rhizopora apiculata, Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Avicenna marina dan cemara casuarina, kini rata-rata tinggi pohon mencapai 5 meter. Sekarang benar-benar hijau apalagi sudah dilengkapi jogging track sepanjang 300 meter.
Begitu kawasan tersebut mulai hijau, infrastruktur jalan menuju desa diperbaiki, fasilitas penunjang seperti jalur trekking, saung dan aula disediakan. Konsep yang dikembangkan konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat termasuk memperbaiki ekosistem laut di sekitar perairan Desa Labuhan pada 2017.
Kini hamparan mangrove dan cemara laut tumbuh subur di pesisir utara Desa Labuhan dan menjadi destinasi wisata berbasis edukasi. Kedatangan wisatawan tentu menjadi penopang ekonomi masyarakat Desa Labuhan, sekaligus destinasi wisata berkelanjutan.
Hijaunya kawasan itu pun langsung berefek pada pundi-pundi warganya, karena tanpa henti ada saja yang datang dan pergi. Kenikmatan lain di Labuhan, bisa menikmati mangrove sambil menyelam menyusuri batu karang yang dulu hancur, kini mulai tumbuh lagi. Ingin santai sambil memandang ke lepas pantai, atau makan dengan menu rumahan ibu-ibu Labuhan, mari berlabuh meski barang sekejab.