Instrumen Investasi Ritel yang Mudah Diakses Dorong Inklusi Pasar Modal
Tingkat literasi dan inklusi pasar modal masih tergolong rendah di antara lembaga keuangan. Penawaran ORI019 dengan karakteristik mudah diakses dan terjangkau diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap pasar modal.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat literasi dan inklusi pasar modal cenderung meningkat, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan industri keuangan lainnya. Penawaran obligasi ritel negara atau ORI019 yang saat ini masih berlangsung pun diharapkan dapat turut memperluas literasi dan inklusi keuangan pasar modal.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2013, 2016, dan 2019, literasi pasar modal cenderung meningkat mulai dari 3,8 persen; 4,4 persen; hingga 4,9 persen. Namun, jika dibandingkan dengan industri keuangan lainnya, literasi pasar modal menempati urutan terakhir setelah perbankan, asuransi, dana pensiun, pembiayaan, dan pegadaian.
Begitu pun dengan tingkat inklusi atau kemampuan mengakses layanan pasar modal yang terus meningkat dari 0,1 persen; 1,3 persen, dan menjadi 1,6 persen. Namun, masih lebih rendah dibandingkan dengan industri keuangan lainnya.
Peningkatan literasi dan inklusi pasar modal sejalan dengan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menunjukkan, per Desember 2020, investor usia muda (di bawah 40 tahun) mencapai 1,23 juta investor atau 85 persen dari total investor.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Timur Dewi Sriana menyampaikan, mayoritas pemilik single investor identification (SID) atau kode tunggal untuk investor yang ada di pasar modal merupakan investor milenial. Artinya, kaum milenial mulai ”melek” dan paham tentang investasi di pasar modal.
”Bisa dikatakan, generasi milenial menjadi pendorong kebangkitan investor domestik ritel di pasar modal,” kata Dewi, Jumat (5/2/2021).
Paparan ini disampaikan dalam webinar Sekolah Pasar Modal bertemakan ”Laksanakan Resolusi Investasi, Bukan Sekadar Wacana Menjaga Gengsi”. Hadir pula sebagai narasumber, Kepala Seksi Evaluasi Transaksi Surat Utang Negara Farouq Widya Pramana.
Farouq mengatakan, peningkatan jumlah investor milenial salah satunya karena ada penawaran ORI019 yang dapat dibeli dengan minimum transaksi sebesar Rp 1 juta. Selain itu, seluruh proses pembelian dapat dilakukan secara dalam jaringan (daring).
”ORI019 dapat menjadi pilihan yang tepat bagi generasi milenial untuk memulai investasi. Selain terjangkau dan mudah diakses, investasi ini juga aman karena kupon dan pokok dijamin oleh undang-undang,” kata Farouq.
Investasi ORI019 dijamin negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara serta memiliki kupon tetap sebesar 5,57 persen per tahun. Selain itu, investor turut mendukung pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan nasional, termasuk penanganan dan pemulihan dampak Covid-19.
Farouq menyampaikan, investasi ORI019 masih dapat dibeli hingga 18 Februari 2021 pukul 10.00. Ada sebanyak 26 mitra distribusi yang telah ditetapkan untuk melayani pemesanan pembelian melalui sistem elektronik, terdiri dari bank umum, perusahaan efek, perusahaan efek khusus, dan perusahaan tekfin.
Secara terpisah, Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gundai menyampaikan, sepanjang 2020, Investree turut menjadi mitra distribusi dari enam surat berharga negara (SBN) melalui platform digital. Mulai dari savings bond retail atau SBR 009 hingga sukuk tabungan atau ST007.
”Pada awal 2021, kami juga berperan dalam ORI019 dan semua hasilnya akan masuk ke dana pemulihan ekonomi nasional. Kami terus melanjutkan kontribusi sebagai mitra distribusi dan akan terus berpartisipasi dalam seri-seri SBN ke depan,” kata Adrian.
Tips berinvestasi
Dewi menyampaikan, untuk bisa memiliki kehidupan sejahtera, investasi hendaknya dilakukan sejak dini. Namun, perlu pemahaman terkait produk-produk investasi guna memitigasi risiko merugi.
”Uang yang digunakan untuk berinvestasi haruslah dana nganggur, bukan dana dapur untuk mengurangi risiko yang terjadi ke depan. Misalnya, bagi rekan mahasiswa, jangan sampai menggunakan uang kuliah untuk dana investasi,” kata Dewi.
Pelajari pula alternatif investasi dan kenali profil risiko masing-masing produk. Selanjutnya, investor harus disiplin untuk menyisihkan uang di awal, bukan menyisakan di akhir untuk dana investasi.
Perencana keuangan Oneshildt Financial Planning, Andoko, menyampaikan, memulai investasi di pasar modal artinya mulai belajar memahami cara menganalisis saham dan risiko berinvestasi. Pemahaman diperlukan agar berinvestasi tidak karena ikut-ikutan.
”Era sekarang sangat mudah untuk mencari informasi, termasuk melihat laporan kinerja perusahaan 5 tahun terakhir. Analisis semacam ini harus dilakukan agar investasi memberi keuntungan bagi investor,” kata Andoko.