Mobilitas Warga Dibatasi, Perekonomian Lampung Alami Kontraksi
Perekonomian Lampung pada 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,67 persen. Kondisi itu jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 5,26 persen.
Oleh
Vina Oktavia
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perekonomian Lampung pada 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,67 persen. Kondisi itu jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 5,26 persen. Pembatasan mobilitas warga selama pandemi Covid-19 menjadi salah satu pemicu menurunnya kondisi perekonomian di daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung yang dirilis pada Jumat (5/2/2021), pada triwulan IV 2020, pertumbuhan ekonomi Lampung mengalami kontraksi 2,26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sektor lapangan usaha yang mengalami kontraksi terparah ialah penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh -13,1 persen serta transportasi dan pergudangan yang tumbuh -12,9 persen.
”Adanya pengetatan atau pelarangan acara perayaan pergantian tahun bagi pengusaha dan tempat hiburan, hotel, pariwisata, dan masyarakat berpengaruh pada lapangan usaha sektor akomodasi dan makan minum, perdagangan, dan jasa lainnya,” kata Kepala BPS Lampung Faizal Anwar saat memberikan penjelasan melalui video konferensi di Bandar Lampung.
Kebijakan lainnya, seperti perpanjangan masa pembelajaran daring, juga berpengaruh terhadap melemahnya sektor akomodasi, khususnya jasa penyediaan tempat kos. Pembatasan mobilitas warga ke sejumlah daerah juga membuat sektor transportasi tertekan.
Dia menambahkan, kontraksi pertumbuhan ekonomi Lampung pada 2020 juga dipicu melambatnya laju pertumbuhan lapangan usaha di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Pada triwulan IV-2020, sektor yang menjadi penopang utama struktur ekonomi di Lampung itu mengalami kontraksi -25,34 persen.
Selain pola tanam yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya, harga komoditas yang anjlok juga turut memicu rendahnya pertumbuhan lapangan usaha di sektor tersebut. Secara kumulatif, perekonomian Lampung pada triwulan IV-2020 mengalami kontraksi 8,28 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Meski demikian, Faizal mengatakan, lapangan usaha di sektor kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh paling tinggi selama pandemi Covid-19. Banyaknya aktivitas tes cepat dan pembelian obat-obatan oleh masyarakat membuat sektor itu mampu tumbuh 10,93 persen selama tahun 2020.
Faizal menilai, upaya pemerintah daerah untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi juga sudah terlihat. Di sektor pengeluaran, pada triwulan IV-2020, pertumbuhan ekonomi ditopang konsumsi pemerintah yang tumbuh 36,08 persen dan aktivitas ekspor barang dan jasa yang tumbuh 14,59 persen.
Kondisi itu menunjukkan upaya pemerintah daerah untuk terus menjaga laju pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan pandemi Covid-19. Selain mengoptimalkan penyerapan anggaran untuk menggenjot konsumsi, pemerintah daerah juga terus mendorong aktivitas ekspor barang dan jasa.
Secara terpisah, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lampung Friandi Indrawan mengatakan, kebijakan pemerintah terkait pelarangan perayaan pergantian tahun telah merugikan pelaku usaha restoran dan hotel. Pasalnya, kebijakan itu baru diumumkan menjelang akhir tahun saat sudah banyak pengusaha yang mengeluarkan modal untuk menyiapkan acara bagi pengunjung hotel dan restoran.
Dia berharap, pemerintah bisa lebih matang dalam merancang kebijakan terkait pembatasan mobilitas warga. Pemerintah juga semestinya berkoodinasi dengan pelaku usaha sebelum mengeluarkan kebijakan pelarangan atau pembatasan jam operasional tempat usaha. Hal itu penting agar kegiatan ekonomi daerah tetap bisa berjalan kendati dihantam pandemi Covid-19.